Nasionalisme Mudik-Balik

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro,  MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

 

Arus mudik dan balik menjadi ritual tahunan yang seolah menjadi symbol nasionalisme. Ritual tahunan ramadhan – lebaran tidak bisa terlepas dari empat  siklus yaitu pekan pertama ramadhan identik khusyuk ibadah, pekan kedua khusyuk bukber, sedangkan pada pekan ketiga adalah khusyuk berbelanja sandang – pakaian imbas dari perolehan THR, dan di pekan keempat ramadhan adalah khusyuk ritual mudik lebaran, sementara pekan kelima adalah etos arus balik yang jumlahnya cenderung lebih banyak dibanding arus mudik.

Persepsian mudik – balik tentu tidak bisa lepas dari migrasi untuk mendapatkan tahap hidup dan kesejahteraan yang lebih baik di perkotaan dan atau perantauan. Terkait ini, Kementerian Perhubungan menyebut mudik tahun ini dimulai 21 Maret dengan puncak arus mudik H-3. Puncak arus mudik – balik pastinya terjadi kemacetan sehingga harus mendapatkan perhatian serius dan pihak berwajib sudah melakukan simulasi di semua potensi yang ada, termasuk plan A, plan B, plan C untuk antisipasi. Ritual mudik - balik tahunan sangat membutuhkan manajemen mudik – balik yang baik karena melibatkan mobilitas penduduk dalam jumlah sangat banyak.

Kementerian Perhubungan menyebut lebaran 2025 arus mudik melibatkan 146,48 juta orang dengan berbagai tujuan. Arus mudik melibatkan 52% dari total jumlah penduduk. Oleh karena itu, tujuan dari manajemen mudik – balik tidak lain untuk menyajikan arus mudik - balik berjalan lancar, aman dan mereduksi kemacetan di semua ruas baik untuk arusmudik - balik. Dominasi penggunaan moda yaitu kendaraan pribadi sehingga jalur darat masih menjadi favorit dari pelaksanaan mudik - balik.

Meski demikian, tidak bisa diabaikan potensi dari penggunaan moda lain, misal mobil pribadi 23,0% (33,69 juta), bus 16,9% (24,76 juta), kereta api antar kota 16,1% (23,58 juta), pesawat 13,5% (19,77 juta) dan sepeda motor 8,7% (12,74 juta). mudik tidak lepas dari beragam alasan, misal merayakan Idul Fitri (62,6%) dan mengunjungi orang tua/saudara/teman (29,2%) dan sisanya mengisi waktu liburan. Arus balik lebih mengacu pencairan kehidupan terbaik. Potensi kemacetan pada nasionalisme mudik – balik lebaran tahun ini sepertinya sedikit berkurang karena pemerintah menerapkan kebijakan WFA (Work From Anywhere) dan secara tidak langsung kebijakan WFA sangat mendukung terhadap Operasi Ketupat di lebaran ini. Di satu sisi, WFA bisa dilakukan ASN per 24-27 Maret sehingga 19 Maret sudah ada pergerakan arus mudik.

Di sisi lain, Operasi Ketupat dilaksanakan, terutama di Jawa, Lampung dan Bali mulai 23 Maret – 8 April. Harapannya adalah arus mudik bisa diurai lebih awal sehingga mereduksi kemacetan. Hal ini menegaskan ada ancaman kemacetan arus mudik -balik, terutama di simpul kepadatan area wisata, pasar tumpah dan perlintasan KA tanpa penjaga. Selain itu, peran sektor lain juga penting mereduksi kemacetan, termasuk misal PT KAI memberi kuota mudik gratis lewat Program Mudik Gratis Motor 2025 untuk 7.424 motor dan 16.960 orang dengan jadwal pemberangkatan arus mudik 26-29 Maret dan arus balik 4-6 April 2025.

Komitmen lain untuk mereduksi potensi kemacetan nasionalisme mudik – balik yaitu cara rekayasa lalu lintas termasuk dengan penerapan one way, baik secara nasional dan lokal terutama untuk kasus-kasus ruas jalan tertentu. Bahkan, pengamanan rest area di sejumlah ruas tol juga penting dipertimbangkan untuk memberikan keamanan dan juga kenyamanan arus mudik dan balik. Artinya, koordinasi sektoral dan lintas sektoral, juga di tingkat pusat dan daerah harus bersinergi secara baik dan sistematis.

Paling tidak, ini ditunjukan dengan keterlibatan Kemkomdigi dengan peluncuran panduan mudik praktis yaitu MudikPedia Lebaran 2025. Sebagai bentuk panduan lengkap mudik lebaran 2025 maka diharapkan memberikan kepastian dan jaminan mudik aman, nyaman dan lancar (seluruh informasi dapat diakses melalui tautan https://s.id/mudikpedia). Fakta arus mudik - balik lebaran 2025 harus menjadi evaluasi untuk lebaran tahun 2026.

BERITA TERKAIT

Realisme Ekonomi Politik

  Oleh: Firdaus Baderi Wartawan Harian Ekonomi Neraca   Ketika pemerintah menekankan pendekatan defensif seperti  reformasi fiskal,  deregulasi perpajakan, serta…

Pasar Halal Global

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kebijakan perdagangan pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan menaikkan tarif, kini masih menjadi dialektika pembahasan…

Disiplin Anggaran untuk Kesehatan APBN

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal   Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen makro ekonomi yang vital…

BERITA LAINNYA DI

Realisme Ekonomi Politik

  Oleh: Firdaus Baderi Wartawan Harian Ekonomi Neraca   Ketika pemerintah menekankan pendekatan defensif seperti  reformasi fiskal,  deregulasi perpajakan, serta…

Pasar Halal Global

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kebijakan perdagangan pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan menaikkan tarif, kini masih menjadi dialektika pembahasan…

Nasionalisme Mudik-Balik

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro,  MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo   Arus mudik dan balik menjadi ritual tahunan…