NERACA
Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meninjau kesiapan pasokan energi jelang Idulfitri 2025 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Salah satu fokus peninjauannya yaitu distribusi jaringan gas bumi (jargas) rumah tangga di Rumah Susun (Rusun) Grudo, yang telah menggunakan jargas selama beberapa tahun terakhir.
Dalam tinjauan tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengunjungi salah satu penghuni rusun dan tak canggung untuk menggoreng telor menggunakan jargas.
Bahlil menegaskan bahwa penggunaan jargas merupakan salah satu strategi utama pemerintah dalam mengurangi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).
"Pemerintah akan lakukan program (jargas) yang masif ini untuk menurunkan impor LPG. Selain menggunakan jargas, ada juga substitusi LPG ke Dimethyl Ether (DME)," ujar Bahlil.
Bahlil mengungkapkan bahwa pemanfaatan jargas di Indonesia masih tergolong kecil, meskipun penggunaannya lebih hemat hingga 40 persen dibandingkan LPG. Saat ini, jargas baru tersedia di 86 kota/kabupaten, sementara di Jawa Timur sendiri, baru sekitar 6 persen dari total potensi pasar yang memanfaatkannya.
Padahal, menurut Neraca Gas Indonesia 2022-2030, rata-rata pasokan gas bumi nasional mencapai 15.087 mmscfd, sedangkan kebutuhan hanya sekitar 11.615 mmscfd. Dengan surplus tersebut, potensi pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan rumah tangga masih sangat besar.
Pemerintah pun terus berupaya memperluas jaringan gas dengan membangun integrasi pipa gas dari Sumatera hingga Jawa. Investasi pembangunan pipa gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) dan Duri-Sei Mangkei (Dusem) menjadi langkah strategis untuk menyalurkan gas dari Wilayah Kerja (WK) Agung dan WK Andaman. Gas tersebut nantinya akan disalurkan ke industri maupun langsung ke rumah tangga melalui jargas.
Jika proyek ini selesai, diperkirakan sebanyak 300 ribu rumah tangga di sepanjang pipa gas Cisem dan 600 ribu di wilayah Dusem akan mendapatkan sambungan jargas. Pemerintah menargetkan pengembangan jargas hingga 5,5 juta sambungan pada 2030. Dengan pencapaian tersebut, impor LPG diproyeksikan turun sebesar 550 kilotons per annum (ktpa), yang berpotensi menghemat subsidi LPG hingga Rp5,6 triliun per tahun.
Hingga 2024, total sambungan jargas rumah tangga yang telah terpasang mencapai 703 ribu melalui pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta 240 ribu sambungan dari sumber non-APBN.
Lebih Hemat dan Praktis
Suhartini (62), warga Rusun Grudo lantai 2, merasakan langsung manfaat jargas dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengaku lebih nyaman menggunakan jargas dibandingkan LPG 3 kilogram (kg) yang harus diganti secara berkala.
"Kalau pakai LPG kan, misal habis, harus naik turun tangga dengan gowo (membawa) tabung gas beli di warung. Tapi kalau pakai jargas, tidak perlu repot gonta-ganti tabung gas," ujar Suhartini.
Selain kepraktisannya, Suhartini juga merasakan penghematan biaya dengan jargas. Dengan jargas, ia hanya mengeluarkan sekitar Rp30 ribu per bulan, sedangkan jika menggunakan LPG, ia bisa menghabiskan hingga Rp40 ribu untuk dua kali pengisian tabung 3 kg.
Keunggulan lain yang ia rasakan adalah kenyamanan saat memasak, terutama saat sahur. Ia tidak perlu khawatir gas habis tiba-tiba seperti saat menggunakan LPG.
Lebih lanjut terkait jargas, PT PGN Tbk, selaku Subholding Gas PT Pertamina (Persero), siap membangun jaringan gas (jargas) rumah tangga secara nasional agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun negara termasuk mengurangi subsidi energi.
Sampai dengan semester I 2024, PGN telah melayani 3.154 pelanggan industri dan komersial, 2.017 pelanggan kecil dan 816.063 pelanggan rumah tangga. Artinya dengan terbukanya potensi baru di kawasan ekonomi khusus terutama di sektor pariwisata tentunya dapat mendukung pertumbuhan jumlah pelanggan gas bumi dan penetrasi wilayah yang baru.
Hal ini membuka potensi baru untuk pemerataan pemakaian gas bumi nasional merupakan target PGN dalam era transisi energi yang berkelanjutan. PGN berharap ke depannya bentuk kerja sama semacam itu dapat semakin meningkat, sehingga akan lebih memudahkan masyarakat untuk menerima manfaat dari konsumsi gas bumi.
Saat ini, PGN pun terus melakukan pemanfaatan sumber gas bumi untuk pengembangan jargas rumah tangga. Pipa transmisi terus bertambah dan dilanjutkan pipa distribusi untuk penetrasi jargas ke rumah-rumah.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan bahwa perseroan terus mendorong peran PGN sebagai Subholding Gas untuk mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi di masa transisi fossil fuel ke arah Energi Baru Terbarukan. Gas dapat menjadi energi unggulan dan solusi di fase transisi energi.
"Saat ini PGN akan melakukan berbagai inisiatif untuk memperluas pemanfaatan gas di dalam negeri. Dengan semakin banyaknya jaringan gas rumah tangga masyarakat mendapatkan akses dan pilihan energi yang lebih beragam, terjamin dan bersih,” jelas Fadjar.
Jelang Lebaran, Pengendalian PMK Tetap Optimal Jakarta – Menjelang perayaan Idul Fitri, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pengendalian penyakit mulut dan…
DPRD dan Instansi Terkait Awasi Kualitas BBM di SPBU Tolitoli – Pengawasan terhadap kualitas dan distribusi BBM di Kabupaten Tolitoli…
Di Tengah Fenomena ‘Eggflation’ Produksi Telur Indonesia Melimpah Jakarta – Di tengah fenomena eggflation yang melanda berbagai negara dan menyebabkan…
Jelang Lebaran, Pengendalian PMK Tetap Optimal Jakarta – Menjelang perayaan Idul Fitri, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pengendalian penyakit mulut dan…
DPRD dan Instansi Terkait Awasi Kualitas BBM di SPBU Tolitoli – Pengawasan terhadap kualitas dan distribusi BBM di Kabupaten Tolitoli…
Perluasan Distribusi Jargas Kurangi Penggunaan LPG Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meninjau kesiapan pasokan energi jelang…