Akuisisi Obi Nickel - Harita Nickel Investasikan Dana Rp2,11 Triliun

NERACA

Jakarta – Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel menambah kepemilikan sahamnya di PT Obi Nickel Cobalt melalui transaksi akuisisi senilai Rp2,11 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Akuisisi ini dilakukan Harita Nickel dengan mengambil alih 628.240 lembar saham atau 10% kepemilikan Obi Nickel yang sebelumnya dipegang oleh Li Yuen Pte. Ltd. Saham ditransaksikan di harga Rp3.370.570 per lembar atau secara total setara dengan US$140,09 juta.

Manajemen NCKL menerangkan akuisisi 10% saham Li Yuen itu berdasar pada potensi pengembangan bisnis yang menjanjikan dari PT Obi Nickel Cobalt. Dengan peningkatan kepemilikan tersebut, perseroan juga dapat memberikan kepastian untuk memasok pasokan bijih nikel kepada entitas asosiasi perseroan. Setelah transaksi ini, total kepemilikan NCKL di PT Obi Nickel Cobalt menjadi 20% dari sebelumnya 10%, dengan nilai saham Rp1,25 triliun atau setara dengan 1.256.480 juta saham. 

Adapun, porsi kepemilikan Li Yuen Pte. Ltd atas Obi Nickel berkurang dari sebelumnya 30% menjadi 20%, dengan nilai saham yang sama dengan NCKL. Di sisi lain, Lygend New Power (Hong Kong) Limited menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan mencapai 60% atau setara dengan 3.769.440 lembar saham. Porsi saham itu setara dengan Rp3,76 triliun.  Emiten tambang nikel ini mencatatkan laba sebesar Rp4,83 triliun sepanjang Januari sampai dengan September 2024. Torehan laba itu naik 4,09% dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp4,46 triliun. 

Sementata pendapatan tercatat sebesar Rp20,37 triliun atau naik 18,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp17,29 triliun. Sebagian besar pendapatan itu berasal dari akun pengolahan nikel mencapai Rp17,74 triliun, naik dari posisi pencatatan tahun lalu di angka Rp14,86 triliun.

Adapun, pendapatan dari kontrak penambangan nikel relatif stabil di angka Rp2,63 triliun.  Mayoritas kontrak pengolahan nikel itu berasal dari Lygend Resources & Technology Co. Ltd., China dengan nilai Rp10,86 triliun atau mengambil porsi 53% dari seluruh pendapatan kontrak pengolahan nikel perseroan. Selanjutnya, Nigbo Lygend Wisdom Co. Ltd. Tiongkok mencatat pembelian sebesar Rp4,11 triliun atau 20% dari keseluruhan kontrak pengolahan nikel. 

Sementara 14% atau sekitar Rp2,76 triliun kontrak pengolahan nikel berasal dari Glencore International AG, Swiss. Sisanya kontrak NCKL bersama dengan pihak berelasi dengan nilai Rp2,63 triliun.

 

 

BERITA TERKAIT

Pendampingan BRI Bikin Produsen Sepatu Kulit Asal Bandung Mendunia

Faisal (25) bersama tiga temannya sengaja mengisi sore weekendnya sambil berbuka puasa sepulang kerja dengan mengunjungi bazar BRILian Fest Ramadhan…

Mudik Bersama BUMN 2025 - BRI Group Berangkatkan 8.482 Pemudik Secara Gratis

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan mendukung pemerintah untuk kelencaran arus mudik,  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)…

Libur Lebaran 2025, Cek Lokasi ATM Bank DKI Terdekat

Menyambut libur Lebaran 2025, Bank DKI memastikan ketersediaan layanan perbankan bagi nasabah melalui jaringan ATM yang tersebar pada berbagai lokasi…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Pendampingan BRI Bikin Produsen Sepatu Kulit Asal Bandung Mendunia

Faisal (25) bersama tiga temannya sengaja mengisi sore weekendnya sambil berbuka puasa sepulang kerja dengan mengunjungi bazar BRILian Fest Ramadhan…

Mudik Bersama BUMN 2025 - BRI Group Berangkatkan 8.482 Pemudik Secara Gratis

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan mendukung pemerintah untuk kelencaran arus mudik,  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)…

Libur Lebaran 2025, Cek Lokasi ATM Bank DKI Terdekat

Menyambut libur Lebaran 2025, Bank DKI memastikan ketersediaan layanan perbankan bagi nasabah melalui jaringan ATM yang tersebar pada berbagai lokasi…