NERACA
Jakarta – Hubungan bilateral Indonesia dan Prancis semakin erat dengan komitmen kedua negara untuk memperkuat kerja sama di berbagai sektor strategis, termasuk perdagangan, investasi, pertahanan, dan transisi energi. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui akun media sosial X pada Jumat (4/4).
Dalam pernyataannya, Macron menyebut bahwa dirinya dan Presiden Republik Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, sepakat menjalin kemitraan dalam proyek-proyek yang ambisius dan berorientasi pada masa depan. “Kami berkomitmen mempererat kerja sama di bidang pertahanan, ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, serta memperluas pertukaran akademik,” tulis Macron.
Macron juga mengungkapkan bahwa pendekatan baru dalam hubungan bilateral ini akan ditindaklanjuti melalui kunjungan kenegaraan ke Indonesia yang dijadwalkan berlangsung pada akhir Mei 2025. Kunjungan ini akan menjadi momentum penting untuk memperdalam kerja sama strategis kedua negara.
Salah satu fokus utama dalam kemitraan ini adalah pembangunan rantai pasok yang tangguh di sektor logam kritis serta penguatan transisi energi ramah lingkungan. “Prancis dan Uni Eropa ingin membangun ekonomi masa depan bersama Indonesia,” ujarnya.
Selain aspek ekonomi dan teknologi, Macron menekankan pentingnya kerja sama dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas global. Ia menyatakan bahwa Indonesia dan Prancis memiliki tekad bersama untuk mendukung penyelesaian konflik di berbagai kawasan, termasuk Timur Tengah dan Ukraina.
“Kami juga akan bekerja sama dalam mempersiapkan konferensi mengenai Gaza yang akan digelar pada Juni mendatang,” tambah Macron.
Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia dan Prancis tengah membangun kemitraan strategis yang tidak hanya mengedepankan kepentingan ekonomi, tetapi juga tanggung jawab global dalam menghadapi berbagai tantangan geopolitik.
Kesepakatan antara Indonesia dan Prancis ini menandai babak baru dalam hubungan bilateral kedua negara, yang tidak hanya berfokus pada penguatan perdagangan dan investasi, tetapi juga mencakup kerja sama di bidang pertahanan, pendidikan, energi hijau, dan perdamaian global. Dengan rencana kunjungan kenegaraan Macron ke Indonesia pada Mei 2025, diharapkan kerja sama ini akan semakin konkret dan membawa manfaat strategis bagi kedua belah pihak dalam menghadapi tantangan masa depann
Macron menutup pernyataannya dengan menegaskan arti penting kemitraan kuat dan perdagangan terbuka. “Kemitraan yang kuat, perdagangan yang terbuka, dan visi bersama akan menjadi kunci dalam membangun masa depan,” jelassnya.
Lebih lanjut terkait dengan investasi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus terus memantau kinerja sektor industri di dalam negeri di tengah dinamika kondisi perekonomian global. Hal tersebut berpengaruh pada perekonomian nasional, serta sektor industri manufaktur sebagai salah satu kontributor utamanya.
“Bahwa memang benar ada penutupan beberapa pabrik dan pemutusan hubungan kerja (PHK), kami menyampaikan empati kepada perusahaan industri dan pekerja yang mengalami hal tersebut. Kemenperin terus berupaya meningkatkan investasi baru di sektor manufaktur, mendorong munculnya industri baru untuk mulai berproduksi sehingga menyerap tenaga kerja baru lebih banyak dan menjadi alternatif lapangan kerja bagi pekerja yang terdampak PHK,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Meski demikian, Agus menyampaikan bahwa sektor manufaktur menyerap tenaga kerja baru lebih banyak, dibanding jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Hal ini diketahui dari pelaku industri yang melaporkan mulai melakukan produksi pada Kemenperin.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), pada tahun 2024, jumlah tenaga kerja baru yang diserap industri manufaktur yang mulai berproduksi tahun 2024 mencapai 1.082.998 tenaga kerja baru. Angka ini lebih besar dari jumlah PHK yang dilaporkan Kemenaker pada tahun 2024 sebesar 48.345 orang (sesuai data Kementerian Ketenagakerjaan). Sebagai catatan, jumlah pekerja yang ter-PHK pada periode tersebut bukan hanya merupakan pekerja di sektor manufaktur, tetapi angka total untuk semua sektor ekonomi.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan industri manufaktur bermunculan dan mulai berproduksi dengan menyerap tenaga kerja baru yang lebih banyak pula, bahkan lebih banyak dari jumlah tenaga kerja yang kena PHK di berbagai sektor ekonomi.
Pertumbuhan sektor industri manufaktur juga membuka lapangan kerja yang semakin luas. Jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan nonmigas terus meningkat, dari 17,43 juta di tahun 2020 menjadi 19,96 juta di tahun 2024.
Data dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) tersebut menunjukkan, pada tahun 2024 rasio penambahan tenaga kerja baru di sektor manufaktur terhadap jumlah tenaga kerja yang terkena PHK mencapai 1 banding 20. Artinya, ketika 1 tenaga kerja kena PHK sektor manufaktur mampu menciptakan dan menyerap 20 tenaga kerja baru. Rasio ini terus naik sejak tahun 2022 sebesar 1:5, menjadi 1:7 pada, dan 1:20 di tahun 2024. Kenaikan ini menunjukkan kinerja serapan tenaga kerja manufaktur Indonesia semakin baik.
Perusahaan Migas Indonesia Berpotensi Investasi di AS Jakarta – Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)…
Indonesia Berencana Tambah Tmpor dariAS Senilai USD18-19 miliar Jakarta – Pemerintah Indonesia berencana untuk menambah impor dari Amerika (AS) senilai…
Pemerintah Pertahankan Daya Saing Ekspor Indonesia Hadapi Kebijakan Trump Jakarta - Pemerintah terus mengambil langkah strategis untuk mempertahankan daya saing…
Perusahaan Migas Indonesia Berpotensi Investasi di AS Jakarta – Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)…
Indonesia Berencana Tambah Tmpor dariAS Senilai USD18-19 miliar Jakarta – Pemerintah Indonesia berencana untuk menambah impor dari Amerika (AS) senilai…
Pemerintah Pertahankan Daya Saing Ekspor Indonesia Hadapi Kebijakan Trump Jakarta - Pemerintah terus mengambil langkah strategis untuk mempertahankan daya saing…