NERACA
Bandung – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengunjungi eksportir teh yaitu teh Walini di Bandung, Jawa Barat. Pada kunjungan tersebut disampaikan harapannya agar makanan dan minuman (mamin) yang diproduksi di Indonesia mampu menjadi raja di negeri sendiri sekaligus menembus pasar global.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan, “teh Walini telah menunjukkan kualitas yang mampu bersaing di pasar internasional karena sudah memenuhi standar negara tujuan ekspor dan mempunyai daya saing. Selain dukungan manajemen yang mumpuni, produk yangdiekspor harus bisa beradaptasi. Artinya, harus bisa mengikuti standar negara tujuan ekspor.”
Budi juga mengungkapkan, Kemendag melalui perwakilan perdagangan di luar negeri terus berupaya memperluas pasar ekspor produk-produk Indonesia. Atas dasar itulah Budi mengajak eksportir mamin untuk memanfaatkan perwakilan perdagangan RI di luar negeri, seperti atase perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), dalam perluasan pasar ekspor pelaku usaha.
“Kami akan terus membantu eksportir melalui perwakilan di luar negeri, yaitu atase perdagangan dan ITPC, untuk memasarkan produk mamin di Indonesia. Tentu ini termasuk untuk produk PT Perkebunan Nusantara (PTPN), termasuk ke pasar-pasar baru,” imbuh Budi.
Walini merupakan salah satu produk hilir teh milik PTPN I Regional 2 yang merupakan produsen teh terbesar di Indonesia dengan pengalaman lebih dari 100 tahun. Walini diproduksi di pabrik yang terletak di kebun Rancabali, Ciwidey, Kabupaten Bandung dan telah menjadi merek yang dikenal sejak 2002.
Jenis produk utama teh Walini, adalah teh celup dan teh seduh dengan beragam varian, diantaranya teh melati, teh hijau, teh hitam, teh putih, serta teh buah dengan varian lemon, leci, dan kismis hitam (blackcurrant).
Teh Walini Tembus Pasar Internasional
Produk teh Walini telah berhasil menembus pasar internasional, dengan pangsa pasar ekspor terbesar ke Amerika Serikat (40persen), diikuti oleh Jerman (15persen), Malaysia (11persen), Inggris (11persen), dan sejumlah negara lainnya seperti Polandia, Australia, Jepang, Pakistan, Singapura, Uni Emirat Arab, dan Kanada. Keberhasilan Walini menembus pasar internasional didukung oleh pemenuhan beragam standar yang ditetapkan oleh negara tujuan ekspor.
Indonesia saat ini berada di peringkat ke-16 sebagai negara eksportir teh terbesar di dunia, dengan kontribusi ekspor sebesar 0,86 persen. Pada periode Januari—Oktober 2024, ekspor teh Indonesia tercatat mencapai USD44,66 juta. Sebagai perbandingan, pada 2023, ekspor teh Indonesia tercatat mencapai USD69,01 juta. Negara pesaing utama ekspor teh Indonesia di antaranya Tiongkok, Kenya, Sri Lanka, India, dan Uni Emirat Arab. Sedangkan, negara pengimpor terbesar di dunia untuk produk teh pada 2023, yaitu Pakistan dengan pangsa impor 8,31 persen, Amerika Serikat 7,29 persen, Iran 5,83 persen, Rusia 5,37 persen, dan Inggris 4,35 persen.
Adapun upaya pemerintah untuk memperkuat ekspor teh, Budi menegaskan, pemerintah akan terus berusaha untuk membuka akses pasar produk teh Indonesia di tingkat global. Salah satunya, dengan memperluas jaringan perdagangan melalui kegiatan promosi, termasuk melalui pemberdayaan perwakilan Indonesia di luar negeri.
"Sebagai negara dengan keanekaragaman produk teh yang luar biasa, Indonesia memiliki banyak potensi untuk lebih unggul dalam industri teh global. Kami akan terus mendampingi dan memberikan akses pasar bagi para eksportir Indonesia, termasuk untuk produk teh premium seperti teh Walini," ujar Budi Santoso.
Sehingga dengan berbagai upaya tersebut, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar ekspor teh secara signifikan dan memperkuat posisinya di pasar dunia.
Lenih lanjut terkait dengan mamin, bahwa industri makanan dan minuman (mamin) konsisten menunjukkan kinerja yang positif dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasioanl. Pada triwulan III tahun 2024, industri mamin mampu bertumbuh sebesar 5,82 persen, di atas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 4,95 persen. Pada periode yang sama, industri mamin memberikan andil sebesar 40,17 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas, sehingga menjadikannya sebagai subsektor dengan kontribusi PDB terbesar.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Andi Rizaldi mengungkapkan, “industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024 dan peta jalan Making Indonesia 4.0.”
Andi juga menyampaikan, guna mengoptimalkan performa industri mamin, perlu juga upaya untuk memastikan bahwa produk pangan yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu yang tinggi melalui penerapan ISO 9001:2015 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib. Penerapan ISO 9001:2015 yang menjadi standar internasional untuk sistem manajemen mutu, diyakini akan membuat perusahaan dapat meningkatkan efisiensi proses, konsistensi produk, dan kepuasan pelanggan.
NERACA Surakarta – Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/KaBekraf), Teuku Riefky Harsya mengungkapkan, “sebagai kementerian baru, kami ingin mendengarkan…
NERACA Jakarta – Pemerintah mengalokasikan pupuk bersubsidi sebesar 9,55 juta ton dengan kebutuhan total nilai subsidi mencapai Rp46,8 triliun untuk…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan 240 kapal pencuri ikan yang terlibat dalam praktik illegal fishing…
NERACA Surakarta – Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/KaBekraf), Teuku Riefky Harsya mengungkapkan, “sebagai kementerian baru, kami ingin mendengarkan…
NERACA Jakarta – Pemerintah mengalokasikan pupuk bersubsidi sebesar 9,55 juta ton dengan kebutuhan total nilai subsidi mencapai Rp46,8 triliun untuk…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan 240 kapal pencuri ikan yang terlibat dalam praktik illegal fishing…