Pelaku Ekraf Solo Diajak Berkolaborasi untuk Naik Kelas

NERACA

Surakarta – Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/KaBekraf), Teuku Riefky Harsya mengungkapkan,  “sebagai kementerian baru, kami ingin mendengarkan aspirasi, sehingga bisa mendapat masukan untuk program tahun 2025 yang sedang kami susun.”

Riefky mengajak para pelaku ekraf untuk saling berkolaborasi untuk naik kelas karena pertumbuhan satu subsektor ekraf saja sudah bisa bisa membawa perkembangan ke subsektor lainnya karena saling mendukung. “Saat industri ekraf naik kelas, akan mendorong subsektor lainnya untuk berkembang,” kata Riefky.

Menurut Riefky, pemerintah daerah harus terus memberikan treatment pelaku ekraf sebagai mesin pertumbuhan baru. “Pelaku ekraf punya potensi yang sangat besar, bila dibina dengan baik akan menjadi pihak yang mampu membuka lapangan pekerjaan dan ikut membantu menggerakkan perekonomian daerah,” kata Riefky.

“Karena itu, saya mengajak para stakeholder unsur hexahelix yang hadir di sini, mulai dari pemerintah, media, akademisi, asosiasi, bisnis, dan lembaga keuangan untuk berkolaborasi mendukung sektor ekonomi kreatif dan mengembangkan ekosistemnya,” jelas Riefky.

Sebelumnya, Riefky menekankan pentingnya sinergi dan koordinasi antar kementerian/lembaga untuk mengawal regulasi yang berkaitan dengan pemberian kemudahan akses pembiayaan bagi pelaku ekonomi kreatif (ekraf) khususnya untuk meningkatkan skala usahanya.

"Karena perbankan masih melihat kalau meminjamkan dana ke para pelaku ekonomi kreatif baik yang skala kecil atau menengah itu masih berdasarkan aset based, sementara para pelaku ekonomi kreatif asetnya adalah kreativitas mereka," jelas Riefky.

Oleh karena itu, penyediaan pendanaan dan pembiayaan yang memadai menjadi hal penting bagi pelaku ekraf untuk dapat mendorong hilirisasi berbagai komoditas primer dan komersialisasi produk kreatif.

Lebih lanjut, Riefky berharap seluruh kementerian/lembaga terkait dapat mendukung pemutakhiran data dan pengembangan dashboard ekraf yang dapat diakses secara real time oleh semua kementerian/lembaga. Kemudian, dukungan kerja sama komersialisasi dan pelindungan Kekayaan Intelektual (IP) juga diperlukan dalam meningkatkan nilai produk kreatif lokal.

“Dukungan dan sinergi pembangunan infrastruktur dan kelembagaan ekraf di daerah maupun di pusat juga sangat diperlukan demi mewujudkan ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional," kata Riefky.

Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, menyampaikan salah satu regulasi yang akan disempurnakan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang selama ini masih dianggap dalam beberapa kasus sulit diakses oleh masyarakat. 

"Inilah yang akan kita ubah, kita sempurnakan, sehingga bisa dinikmati oleh UMKM, pekerja migran, koperasi, sehingga benar-benar tercapai sasaran pemberdayaan. Karena faktor pembiayaan baik UMKM, koperasi, ekonomi kreatif itu faktor utama pemberdayaan itu adalah pembiayaan atau akses keuangan. Pada upaya menuju akses keuangan ini kita ingin menyempurnakan KUR," kata Muhaimin.

Lebih lanjut, terkait ekraf, hingga triwulan I 2024 menunjukkan kinerja yang baik, dilihat dari capaian nilai tambah ekonomi kreatif (ekraf) yang diestimasi mencapai Rp749,58 triliun atau 55,65 persen dari target Rp1.347 triliun.

Ada tiga sektor unggulan untuk nilai tambah ekonomi kreatif, yaitu kuliner, fesyen, dan kriya. Tiga subsektor ini diperoleh dari data Deputi Bidang Kebijakan Strategi Kemenparekraf/Baparekraf yang telah melakukan survei kepada pelaku sektor ekonomi kreatif.

Sedangkan untuk ekspor, pemerintah menargetkan kontribusi ekonomi kreatif mencapai USD27,53 miliar.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai Kemenkeu pada semester I-2024, nilai ekspor ekonomi kreatif sebesar USD12,36 miliar. Nilai ini menunjukan adanya peningkatan 4,46 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (yoy) sebagai dampak dari peningkatan permintaan ekspor kriya dan fesyen. Kalau secara total untuk ekspor ini sudah mencapai 44,89 persen.

Nilai ekspor ekraf berdasarkan komoditas didominasi oleh 4 sektor, yakni fesyenUSD 6.767,62 juta, kriya USD4.755,79 juta, kuliner USD829,66 juta, dan penerbitan USD6,15 juta.

Sebab harus diakui bahwa produk-produk ekraf yang dihadirkan para pelaku ekraf sudah memiliki kualitas yang baik dan bahkan beberapa diantarany sudah banyak yang menembus pasar ekspor.

Tidak hanya itu, pemerintah juga mengajak para pelaku ekraf untuk mengembangkan potensi ekraf unggulan yang ada di daerahnya semaksimal mungkin. Sebab, harus diakui bahwa disetiap daerah memiliki potensi ekraf yang kuat.

 

BERITA TERKAIT

Bukalapak Fokus ke Digital dan Virtual, Analis Sebut Langkah Tepat

NERACA Jakarta - Bukalapak, sebagai pelopor platform lokapasar (e-commerce) di Indonesia, telah mengambil langkah strategis dengan memutuskan untuk menghentikan penjualan…

Pengaturan dan Pengawasan Aset Keuangan Digital Diserahkan ke OJK dan BI

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengalihkan tugas pengaturan dan pengawasan aset keuangan…

Revitalisasi Tambak Di Karawang Akan Terinegrasi dari Hulu - Hilir

NERACA Karawang – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni meninjau calon lokasi revitalisasi…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Bukalapak Fokus ke Digital dan Virtual, Analis Sebut Langkah Tepat

NERACA Jakarta - Bukalapak, sebagai pelopor platform lokapasar (e-commerce) di Indonesia, telah mengambil langkah strategis dengan memutuskan untuk menghentikan penjualan…

Pengaturan dan Pengawasan Aset Keuangan Digital Diserahkan ke OJK dan BI

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengalihkan tugas pengaturan dan pengawasan aset keuangan…

Revitalisasi Tambak Di Karawang Akan Terinegrasi dari Hulu - Hilir

NERACA Karawang – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni meninjau calon lokasi revitalisasi…