NERACA
Jakarta — Komoditas CPO di tahun depan masih memiliki prospek positif. Apalagi upaya pemerintah meningkatkan program biodisel dari B35 menjadi B40 akan meningkatkan permintaan kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Berangkat dari sentimen tersebut, PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) optimistis peningkatan permintaan CPO masih tumbuh positif.
Investor Relations Sampoerna Agro, Stefanus Darmagiri menjelaskan, adanya wacana Pemerintah untuk meningkatkan mandat biodiesel menjadi B40 akan meningkatkan permintaan CPO pada 2025. "Dengan adanya wacana pemerintah untuk meningkatkan mandat biodiesel dari B35 pada saat ini, menjadi B40 pada tahun 2025, diperkirakan permintaan CPO di Indonesia pada tahun 2025 akan meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2024,"ujarnya di Jakartaa, kemarin.
Disampaikannya pula, produksi CPO SGRO tahun ini diperkirakan akan lebih rendah sekitar 10% secara tahunan jika dibandingkan dengan tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh dampak El-Nino yang terjadi tahun lalu, khususnya di area Sumatera. Menurut Stefanus, hal ini sejalan dengan estimasi dari GAPKI yang memperkirakan produksi CPO nasional akan lebih rendah, kurang lebih 4–6% secara tahunan pada 2024 ini.
Sementara itu, untuk target produksi tahun 2025 SGRO saat ini tengah berada dalam proses penyusunan budget."Namun, dapat kami sampaikan bahwa produksi TBS dari kebun inti Perseroan diperkirakan akan mengalami perbaikan pada tahun 2025," ujar Stefanus.
Stefanus juga menyebut GAPKI memperkirakan produksi CPO nasional akan mengalami perbaikan sebesar 4%–5% pada tahun 2025. Adapun sampai akhir September 2024, SGRO mencetak produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti dan eksternal dengan total 1,1 juta ton. Produksi TBS SGRO turun 22% secara tahunan. Sementara itu, produksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) perseroan sebesar 219.120 ton. Produksi CPO SGRO ini turun 26% secara tahunan dari sebelumnya sebesar 295.516 ton di periode Januari-September 2023.
Tahun ini, PT Sampoerna Agro Tbk menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp700 miliar. “Sekitar 60% dari anggaran capex akan digunakan untuk fixed asset seperti fasilitas perumahan karyawan, rehabilitasi mesin industri, dan infrastruktur dan sisanya 40% untuk plantation asset baik untuk penanaman baru maupun replanting," kata Direktur Utama Sampoerna Agro, Budi Setiawan Halim.
Sebagai informasi, untuk tahun 2024 ini SGRO berencana untuk melakukan penanaman kembali atau replanting dengan target minimum 10.000 ha di tahun 2024. Sementara itu, pada tahun lalu SGRO melakukan replanting sebesar 4.527 ha untuk kebun inti dan plasmanya. Saat ini, usia rata-rata tanaman di seluruh kebun berada pada kisaran 15 tahun untuk perkebunan inti, dan 16 tahun untuk perkebunan plasma. Adapun hingga kuartal I/2024, SGRO mencatatkan volume produksi 80.000 ton CPO atau turun 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 82.000 ton.
NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berencana membagikan dividen interim untuk…
NERACA Jakarta – Berikan nilai tambah bagi pemegang saham, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) berencana membagikan dividen interim untuk…
NERACA Jakarta-Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (3/12) sore ditutup naik mengikuti penguatan bursa saham…
NERACA Jakarta — Komoditas CPO di tahun depan masih memiliki prospek positif. Apalagi upaya pemerintah meningkatkan program biodisel dari B35…
NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berencana membagikan dividen interim untuk…
NERACA Jakarta – Berikan nilai tambah bagi pemegang saham, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) berencana membagikan dividen interim untuk…