NERACA
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga akhir November 2024, sebanyak 39 perusahaan berhasil melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham dan total dana yang terkumpul dari IPO tersebut mencapai Rp5,87 triliun. “Saat ini, terdapat 25 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,”kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Dari 25 perusahaan yang sedang menunggu untuk melantai di BEI, sebagian besar berasal dari sektor dengan aset besar. Sebanyak 17 perusahaan memiliki aset lebih dari Rp250 miliar, 6 perusahaan memiliki aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, dan 2 perusahaan dengan aset di bawah Rp50 miliar.
Sektor-sektor yang akan menyumbang perusahaan baru sangat beragam. Sektor Basic Materials akan ada satu perusahaan, sektor Consumer Cyclicals ada tiga perusahaan, dan Consumer Non-Cyclicals ada lima perusahaan. Sektor Energy juga berkembang pesat dengan empat perusahaan yang siap go public.
Sektor Financials dan Healthcare masing-masing menyumbang tiga dan dua perusahaan. Sektor Industrials ada tiga perusahaan, sektor Properti & Real Estate juga ada tiga perusahaan, dan sektor Transportation & Logistics ada satu perusahaan yang siap terdaftar. Namun, sektor-sektor seperti Infrastruktur dan Teknologi belum ada yang siap melantai di BEI dalam waktu dekat.
Selain IPO, BEI juga mencatatkan kemajuan signifikan dalam penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS). Sejak awal tahun, sudah ada 124 emisi yang diterbitkan oleh 65 perusahaan. Adapun total dana yang berhasil terkumpul mencapai Rp116,6 triliun. Saat ini, masih ada 24 emisi dalam pipeline, terutama dari sektor energi, finansial, dan industri.
Nyoman menjelaskan, sektor Basic Materials ada dua perusahaan yang siap bergabung. Sektor Energy mencatatkan tiga perusahaan, sementara sektor Financials memiliki jumlah terbanyak, yaitu tujuh perusahaan yang siap melantai. Sektor Industri dan Infrastruktur masing-masing mencatatkan dua dan satu perusahaan. Sektor Properti & Real Estate dan Transportation & Logistics masing-masing memiliki satu perusahaan yang siap tercatat.
Namun, sektor seperti Consumer Non-Cyclicals, Healthcare, dan Teknologi belum ada yang terdaftar untuk EBUS di BEI. Selain itu, BEI juga mencatatkan 15 perusahaan yang telah melakukan rights issue dengan total dana yang terkumpul mencapai Rp34,42 triliun. Rights issue menjadi pilihan perusahaan yang membutuhkan dana untuk ekspansi atau restrukturisasi utang.“Masih terdapat 8 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI,” terang Nyoman.
Dari data yang ada, sektor-sektor yang sedang dalam proses rights issue juga sangat beragam. Tiga perusahaan berasal dari sektor Basic Materials, dua perusahaan dari sektor Energy, dan dua perusahaan lainnya dari sektor Healthcare. Sektor Infrastruktur juga mencatatkan satu perusahaan yang siap melaksanakan rights issue. Namun, sektor-sektor seperti Consumer Cyclicals, Financials, Properties & Real Estate, Teknologi, dan Transportation & Logistics belum ada yang mencatatkan perusahaan untuk rights issue dalam waktu dekat.
NERACA Jakarta — Komoditas CPO di tahun depan masih memiliki prospek positif. Apalagi upaya pemerintah meningkatkan program biodisel dari B35…
NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berencana membagikan dividen interim untuk…
NERACA Jakarta – Berikan nilai tambah bagi pemegang saham, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) berencana membagikan dividen interim untuk…
NERACA Jakarta — Komoditas CPO di tahun depan masih memiliki prospek positif. Apalagi upaya pemerintah meningkatkan program biodisel dari B35…
NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berencana membagikan dividen interim untuk…
NERACA Jakarta – Berikan nilai tambah bagi pemegang saham, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) berencana membagikan dividen interim untuk…