Pepatah bijak mengatakan, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ya, hal inilah yang tepat menggambarkan Cucu Mutiara Pertiwi (30) wanita yang sukses menjadi penata rias atau Make Up Artist (MUA) dari bukan siapa-siapa menjadi penata rias cukup populer di Kota Serang, Banten. Tentu saja, warisan yang diturunkan dari sang ibu kepada dirinya bukan usaha MUA, tetapi jiwa semangat usaha yang tahan banting dan wanita mandiri menjadi wirausaha.
Berbekal pengalaman sang ibu yang sudah malang melintang berdagang, mulai dari dagang sayuran, beras, dagang daging hingga dagang ayam potong di pasar dengan berbagai pahit dan manis, semua ilmunya diserap langsung oleh dirinya. Maka tak heran, jatuh bagun usaha yang dimilikinya tidak pernah berhenti. Sejatinya, jiwa wirausaha itu harus bangkit kembali dari keterpurukan dan bukan meratapi usahanya yang bangkrut.
Mengikuti jejak usaha sang ibu sebagai peternak ayam juga pernah dilakoninya, namun gagal karena biaya operasional yang membengkak ketimbang untung yang didapat. Tekadnya menjadi wanita mandiri secara finansial serta menambah penghasilan suami menjadi motivasinya. Lulus dari Akademi Kebidanan, ibu dua anak ini langsung bekerja sebagai pegawai honorer di Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun 2014. Namun tidak berlangsung lama dengan berbagai alasan dan salah satunya faktor penghasilan,“Cukup setahun menjadi honorer, saya banting stir jadi berdagang hijab dengan memanfaatkan jaringan dari teman ke teman. Sebenarnya usaha ini hanya coba-coba saja, toh ada suami sudah bekerja.”katanya kepada Neraca.
Namun seiring bertambah anggota keluarga dan bertambah pula kebutuhan rumah tangga, memaksa dirinya untuk fokus berdagang hijab. Seiring berjalannya waktu, usaha inipun tidak berlangsung lama karena persaingannya cukup ketat dan untungnya sedikit, terlebih sebagai reseller. Tidak mau vakum terlalu lama, Cucu kembali memulai usaha tata rias di tahun 2019. Ketertarikannya pada dunia kecantikan dan make up, memberikannya kemudahan dalam belajar usaha ini.
Diakuinya, usaha sebagai penata rias atau Make Up Artist (MUA) membutuhkan kerja keras, dedikasi, dan kemampuan yang mumpuni. Selain keterampilan teknik, juga penting untuk memiliki karakter kuat, mengikuti tren kecantikan, belajar fotografi, dan memiliki perilaku baik. “Berbekal belajar tata rias di Bandung selama sebulan, memberanikan saya untuk memulai usaha di rumah kecil-kecilan,”ujarnya.
Pelanggan hanya tetangga dan saudara yang minta di make up saat ada pesta. Syukurnya, hasil make upnya direspon positif dan mendorong dirinya untuk membuka usaha make up lebih besar lagi. Awalnya, dirinya bingung ditanya biaya rias lantaran tidak paham harga di industri ini. Kemudian berbekal informasi sesama penata rias dan peluang bisnis MUA, membuat langkah usahanya menemukan jalan. “Maklum dalam dunia rias, promosi hanya cukup dari mulut ke mulut dan ditambah harga murah,”jelasnya.
Butuh biaya besar untuk membuka usaha MUA, apalagi harga alat kecantikan dan bahan lainnya tidak murah, tidak cukup hanya menjual aset berupa simpanan emas sebagai modal. Memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), kini usaha Cucu berkembang lebih besar lagi. “Pinjaman dari awal sebesar Rp15 juta, naik 25 juta dan naik lagi hingga 200 juta,”katanya.
Bertambahnya pinjaman, tidak lepas dari tawaran BRI yang melihat usaha Cucu dengan merek Klinik Wedding Prameswari MUA Chutink terus berkembang pesat di Kota Serang. Apalagi, usahanya bukan lagi sekedar rias tetapi dekorasi hingga tenda.”Bank BRI paham betul kebutuhan para UKM, tidak hanya sekedar pinjaman modal tetapi juga pendampingan usaha dan termasuk pemasaran.”ucapnya.
Pasang surut usaha MUA juga ada, seiring dengan pemain industri ini terus bertambah. Oleh karena itu, untuk menjaga eksistensinya dituntut untuk kreatif dan inovatif mengikuti tren. Sementara untuk pemasaran, lanjutnya, ngonten lewat media sosial menjadi keharusan agar konsumen dapat informasi update MUA Chutink. Disamping itu, dirinya memanfaatkan selebgram yang menjadi influencer untuk menjadi make up miliknya.
Meski memiliki omset sekitar Rp300 jutaan, rupanya tidak membuat dirinya puas dan terus melebarkan usahanya untuk merambah katerting. Pasalnya, di era saat ini orang nikah sudah banyak peket mulai tata rias, baju pengantin, dokumentasi, gedung, dekor hingga katerting. “Kedepan saya akan tambah usaha katering untuk mendukung usaha MUA,”tandasnya.
Kata pengamat pemasaran, Yuswohady, kemunculan minat bekerja sebagai MUA mirip dengan kreator konten. Menurutnya, pekerjaan-pekerjaan ini merupakan contoh dampak media sosial dalam menciptakan ladang pekerjaan baru. "Layaknya kreator konten, MUA juga profesional individu yang berkembang karena media sosial, dan itu dianggap sebagai profesi yang keren," ujar Yuswohady.
Secara permintaan pasar, lanjutnya, jasa MUA juga tinggi dan cenderung tidak "price sensitive,". "Sifatnya juga langganan, dan acara orang sekarang banyak sekali. Semua mau tampil dengan tampilan terbaik, pakai makeup, karena berfoto dan mungkin saja diunggah ke media sosial," ucapnya.
Pengembang ternama dengan bendera usaha Crown Group di Sydney, Iwan Sunito gencar mempromosikan ajakan investasi terhadap asset properti perseroan di…
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM), khususnya mekanik, PT PP Presisi Tbk (PPRE) telah memiliki fasilitas…
Perluas literasi dan edukasi crypto, PT Pintu Kemana Saja (PINTU), aplikasi crypto all-in-one pertama di Indonesia kembali melakukan Pintu Goes…
Pepatah bijak mengatakan, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ya, hal inilah yang tepat menggambarkan Cucu Mutiara Pertiwi (30) wanita…
Pengembang ternama dengan bendera usaha Crown Group di Sydney, Iwan Sunito gencar mempromosikan ajakan investasi terhadap asset properti perseroan di…
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM), khususnya mekanik, PT PP Presisi Tbk (PPRE) telah memiliki fasilitas…