NERACA
Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan bahwa Program "Smart Pesantren" fokus pada peningkatan kapasitas guru dan siswa melalui digitalisasi belajar-mengajar.
"Khusus dalam proyek smart pesantren, sebenarnya kita lebih fokus saat ini ke digitalisasi di bidang proses belajar-mengajar, bagaimana agar proses belajar-mengajar itu bisa lebih optimal dengan dibantu atau berbasis digital dan juga dalam hal media, itu yang menjadi fokus kita," kata Staf Khusus Bidang Kerukunan Beragama Kemenko PMK Ulun Nuha di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan, dikutip Antara, kemarin.
Ia menyebutkan, untuk pembelajaran terkait akal imitasi atau AI secara spesifik juga akan dimulai transformasinya, tetapi prioritas saat ini masih pada hal-hal mendasar seperti digitalisasi kegiatan belajar-mengajar tersebut.
Ulun melanjutkan, transformasi pesantren terdiri dari lima pilar, pertama, pilar akademik yang terdiri dari kurikulum dan pengasuhan; kedua, pilar kelembagaan; ketiga, pilar sumber daya manusia; keempat, pilar tata kelola atau manajerial; dan kelima, pilar infrastruktur.
"Kalau kita bisa menggerakkan roda transformasi di lima pilar ini, insyaallah itulah pesantren ideal yang diberi label smart pesantren. Smart pesantren itu adalah visualisasi dari ide transformasi pesantren," ujar dia.
Ia menjelaskan, terkait peningkatan sumber daya guru di pesantren, Kemenko PMK terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, utamanya membantu meningkatkan kapasitas pengajaran kecerdasan numerik, mengingat untuk menjadi guru di pesantren butuh kemampuan yang lebih spesifik.
"Pilar kedua adalah sumber daya manusia dan sumber daya manusia, itu dari sisi yang paling utama adalah para guru. Kita terus menggandeng banyak pihak yang akan siap membantu pesantren dalam hal pengajaran numerik, kemudian juga dengan beberapa teman, baik di dalam maupun di luar negeri yang akan membantu meningkatkan kapasitas guru-guru di pesantren," paparnya.
Untuk itu, ia mengajak seluruh pihak agar turut mengawal proses transformasi pesantren sehingga para santri bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Muhammad Imam Sofwan Yahya mengemukakan pentingnya sikap ta'awun atau tolong-menolong dan bekerja sama menyukseskan program pemerintah yang dapat memajukan pesantren.
"Program ini adalah bukti bahwa pesantren dirangkul oleh negara. Untuk itu, kita perlu ta'awun, harus menyambut baik untuk menyukseskan program-program negara yang berkaitan dengan pesantren," katanya.
Smart pesantren juga merupakan program yang bekerja sama dengan Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mendorong Kementerian Agama untuk merealisasikan sejumlah program prioritas yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Pratikno mengatakan presiden menginstruksikan jajarannya di kementerian untuk merealisasikan delapan program prioritas salah satunya penguatan pendidikan, sains, teknologi, dan digitalisasi. Ant
NERACA Jakarta - Pakar komunikasi politik dari LSPR Institute Prof. Dr. Lely Arrianie, MSi., mengatakan bahwa Indonesia mengalami ketiadaan model…
NERACA Semarang - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menegaskan bahwa peran guru tetap tak tergantikan meski di era artificial intelligence…
NERACA Jakarta - Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Amurwani Dwi Lestariningsih mengatakan kesetaraan gender dan…
NERACA Jakarta - Pakar komunikasi politik dari LSPR Institute Prof. Dr. Lely Arrianie, MSi., mengatakan bahwa Indonesia mengalami ketiadaan model…
NERACA Semarang - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menegaskan bahwa peran guru tetap tak tergantikan meski di era artificial intelligence…
NERACA Jakarta - Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Amurwani Dwi Lestariningsih mengatakan kesetaraan gender dan…