Mentan Salahkan Kenaikan Harga Pupuk dan Musim - FAKTOR PENYEBAB PRODUKSI BERAS DEFISIT:

NERACA

Jakarta - Data menunjukkan, 98,35 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi beras, yang menjadikan Indonesia di posisi keempat sebagai negara penikmat nasi terbesar di dunia. Dan Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan Indonesia mengalami defisit beras pada bulan Juni sebesar 0,45 juta ton. Kementerian Pertanian, yang membidangi produktivitas sektor pangan mengklaim beberapa masalah kenapa Indonesia defisit beras.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan sejumlah faktor penyebab defisit beras di musim tanam 2024. Hal ini diungkapkannya usai Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR pekan ini membahas ketersediaan pangan nasional.

Amran mengungkapkan, defisit produksi beras tahun ini disebabkan karena kelangkaan ketersediaan pupuk di pasaran. Ia menyebut kondisi defisit produksi beras menyebabkan Pemerintah harus melakukan kebijakan impor beras. "Kondisinya saat ini minus 4,7 juta ton yang berpengaruh terhadap kondisi pertanian ini. Kemarin pupuk kita tertinggi itu 50%, artinya tidak mungkin swasembada yang kita tunggu adalah berapa yg harus kita impor," ungkap Amran di Ruang Rapat Komisi IV DPR, Selasa (25/6).

Amran mengatakan, alokasi anggaran pupuk sempat mengalami penurunan. Anggaran harus mencukupi 4,8 juta ton pupuk, padahal kebutuhan pupuk mencapai 9,55 juta ton. "Harga bahan baku pupuk dunia naik 230% sehingga harganya naik. Dua minggu hujan berturut-turut setelah petani tanam hujannya hilang, bisa kita bayangkan100 ribu hektar ditanam El Nino datang dua minggu tiga minggu," katanya.

Amran menambahkan, persoalan lain yaitu perbaikan irigasi yang belum cukup hingga alat dan mesin pertanian yang kurang mendukung. Ia memaparkan pihaknya telah membuat program pompanisasi dimana program tersebut akan terintegrasi dengan waduk.

Sebelumnya, Pakar pertanian dari Universitas Gadjah Mada, Prof Dwidjono Hadi Darmanto  memperingatkan, ingat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memperingatkan dampak cuaca ekstrem el nino, sejak pertengahan 2023 atau delapan bulan yang lalu.

Dwidjono menyebut, kondisi ini seharusnya diantisipasi, karena BMKG sudah memberi peringatan. Impor beras hingga 2 juta ton yang dilakukan saat ini tidak akan mencukupi, sehingga harga cenderung naik. Dia menyebut, ada kesalahan perencanaan dari pemerintah. “Karena perencanaannya mungkin dasarnya masih memperkirakan Desember masih bisa tanam. Tapi kan ternyata tidak bisa. Tanamnya mundur, sehingga panennya mundur. Itu kesalahan dari perencanaan,” tegas dia.

Selain itu, BMKG juga berkali-kali memperingatkan tentang dampak el nino sejak pertengahan 2023 lalu. Analisis lembaga ini menyebut, pada 2023 fenomena el nino akan mengakibatkan kemarau di 63 persen wilayah Indonesia, termasuk Sumatra, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan. “Diperkirakan musim kemarau ini akan lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya,” ucap Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab.

Adapun untuk menjaga stabilitas beras, Stok Cadangan Beras Pemerintah(CBP) di Perum Bulog minimal harus aman di angka 1 juta ton. Sepanjang 2023, stok CBP terjaga selalu di atas 1 juta. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) sudah mencatat, Indonesia mengalami defisit beras pada Januari-Februari 2024. Minus Januari 2024 adalah 1,61 juta ton dan Februari 1,22 juta ton, sehingga total defisit beras 2,83 juta ton.

Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, BPS, serta Badan Informasi dan Geospasial sejak 2018 telah bekerja sama dalam penghitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) dengan memanfaatkan teknologi citra satelit.

Survei KSA mencatat, realisasi luas panen padi Januari-Desember 2023 mencapai sekitar 10,21 juta hektare. Angka itu turun 238,97 ribu hektare dibanding 2022 yang sebesar 10,45 juta hektar. Luas panen padi pada Maret 2023, yang merupakan masa puncak, sebesar 1,65 juta hektare, padahal Maret 2022 luasnya masih mencapai 1,76 juta hektar.

Perkiraan total luas panen padi pada Januari−April 2024 adalah 3,52 juta hektar, turun 693,90 ribu hektare atau 16,48 persen dibandingkan luas panen padi pada Januari−April 2023 yang sebesar 4,21 juta hektar. agus

BERITA TERKAIT

ICMI: Judi Daring Haram dan Merusak Ekonomi Serta Moral

NERACA Jakarta - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prof Arif Satria mendesak pemerintah untuk menutup akses situs judi…

MELANGGAR KETENTUAN DHE: - Bea Cukai Beri Sanksi kepada 60 Perusahaan

  Jakarta-Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) akhirnya memberikan sanksi kepada 60 perusahaan yang melanggar ketentuan devisa hasil ekspor (DHE)…

DATA PPATK MENGUNGKAPKAN: - Ribuan Anggota Legislatif Terlibat Main Judol

Jakarta-Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan  ribuan anggota DPR dan DPRD yang tercatat ikut bermain judi online (Judol). Menurut data…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

ICMI: Judi Daring Haram dan Merusak Ekonomi Serta Moral

NERACA Jakarta - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prof Arif Satria mendesak pemerintah untuk menutup akses situs judi…

MELANGGAR KETENTUAN DHE: - Bea Cukai Beri Sanksi kepada 60 Perusahaan

  Jakarta-Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) akhirnya memberikan sanksi kepada 60 perusahaan yang melanggar ketentuan devisa hasil ekspor (DHE)…

DATA PPATK MENGUNGKAPKAN: - Ribuan Anggota Legislatif Terlibat Main Judol

Jakarta-Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan  ribuan anggota DPR dan DPRD yang tercatat ikut bermain judi online (Judol). Menurut data…