Indonesia Tempuh Jalur Diplomasi dan Negosiasi - HADAPI PENERAPAN TARIF UNILATERAL AS

HADAPI PENERAPAN TARIF UNILATERAL AS 
Indonesia Tempuh Jalur Diplomasi dan Negosiasi
Jakarta – Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menyampaikan, Indonesia berkomitmen untuk menempuh jalur diplomasi dan negosiasi, merespons penerapan tarif unilateral Amerika Serikat (AS). Pemerintah Indonesia memilih pendekatan ini untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.
Menurut Budi, pemberian tarif balasan akan mengeskalasi situasi dan hanya akan merugikan masyarakat serta negara-negara yang terlibat. Pernyataan dimaksud disampaikan di Pertemuan Khusus Para Menteri Ekonomi ASEAN (Special ASEAN Economic Minister Meeting). 
Pertemuan yang dilaksanakan secara daring, membahas kebijakan tarif baru AS. Kebijakan tersebut diumumkan Presiden AS pada 2 April 2025 yang kemudian ditangguhkan implementasinya oleh Pemerintah AS pada 9 April 2025.
“Indonesia tetap berkomitmen penuh untuk menempuh jalur diplomasi  dan negosiasi demi mencari solusi saling menguntungkan. Indonesia juga berkomitmen untuk berkoordinasi   dengan semua pemangku kepentingan terkait, termasuk industri dalam negeri, asosiasi perdagangan, pakar ekonomi, dan organisasi perdagangan internasional untuk membangun posisi negosiasi yang komprehensif dan terpadu,” kata Budi dalam pertemuan.
Budi turut memberikan masukan terkait sikap yang dapat diambil ASEAN sebagai satu kawasan yang solid.   
Menurut Budi, ASEAN harus merespons ancaman dari berbagai hambatan perdagangan dengan tepat. Untuk itu, Budi menyarankan agar respons ASEAN berfokus pada upaya membangun  kepercayaan diri tiap negara anggota, baik dari sudut pandang domestik maupun sebagai kawasan.
Beberapa upaya yang disampaikan Budi terkait tarif unilateral AS adalah pertama, menghindari tindakan retaliasi atau proteksionis. Selanjutnya, memperkuat komitmen ASEAN terhadap keterbukaan melalui reformasi nasional dan koordinasi regional. 
Upaya ketiga, memastikan ASEAN menolak kesepakatan bilateral yang berpotensi mengikis  persatuan antar negara anggota. Berikutnya, terus mengupayakan kerja sama dengan semua  mitra dagang ASEAN, termasuk memaksimalkan implementasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
“Indonesia mendukung hubungan ekonomi ASEAN-AS yang lebih kuat. Hal ini harus dapat kita lakukan dari posisi yang koheren secara regional dan secara strategis otonom. Hanya dengan  persatuan dan kerja sama yang baik diantara negara ASEAN, suara ASEAN akan didengar dan  dipertimbangkan, sebagaimana pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto dalam kunjungan ke Malaysia beberapa waktu yang lalu untuk mendukung ASEAN 2025 yang diketuai Malaysia,” kata Budi.
Pertemuan  Khusus  Para  Menteri  Ekonomi  ASEAN menghasilkan  Pernyataan Bersama  Para  Menteri Ekonomi ASEAN. ParaMenteri menyampaikan keinginan bersamauntuk menjalin dialog yang jujur dan konstruktif dengan AS terkait masalah-masalah perdagangan. 
Komunikasi dan kolaborasi yang terbuka akan sangat penting untuk memastikan hubungan yang seimbang dan berkelanjutan. Dengan semangat tersebut, ASEAN berkomitmen untuk tidak mengenakan tindakan balasan. 
Para Menteri Ekonomi ASEAN juga berkomitmen untuk menjaga kepentingan ekonomi  ASEAN  serta hubungan dagang yang kuat dan saling menguntungkan dengan AS. Secara khusus, ASEAN menegaskan kembali kesiapan untuk bekerja sama dengan AS di bawah ASEAN-US Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) dan Rencana Kerja Expanded Economic Engagement (E3) untuk mengeksplorasi solusi yang dapat diterima bersama pada isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.
ASEAN juga menegaskan kembali dukungannya terhadap sistem perdagangan multilateral yang memberi kepastian, transparan, bebas, adil, inklusif, berkelanjutan, dan berbasis aturan (rule-based) dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai intinya. 
Kemudian, ASEAN akan tetap teguh memperdalam integrasi ekonomi regional, sehingga dapat  menangkap berbagai peluang di tengah ketidakpastian. ASEAN akan terus berkomitmen melanjutkan inisiatif-inisiatif penting seperti upgrading ASEAN Trade-In-Goods Agreement (ATIGA) dan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA).
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menyatakan, dalam menanggapi kebijakan tarif tersebut, Presiden RI Prabowo Subianto telah menginstruksikan kabinetnya untuk  bergerak maju dengan beberapa strategi. 
“Strategi tersebut meliputi diplomasi, olidaritas regional, dan diversifikasi jangka panjang.   Indonesia akan terus  mengupayakan pertumbuhan perdagangan yang berkelanjutan sesuai visi jangka panjang Pemerintah Indonesia,” tegas Roro.
Pada 2024, total perdagangan ASEAN dengan AS tercatat sebesar USD305,98 miliar. Nilai ini, menjadikan AS sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi ASEAN. Produk ekspor utama ASEAN ke AS diantaranya sirkuit terpadu elektronik, perangkat telepon, mesin pengolah data otomatis  dan unitnya, pembaca magnetik atau optik, alat semikonduktor, serta ban pneumatik baru dari  karet.  
Sedangkan produk impor utama ASEAN dari AS di antaranya turbojet, turbo propeller dan turbin gas lainnya, minyak bumi, sirkuit terpadu elektronik, perangkat pesawat dan  pesawat  luar  angkasa, mesin pengolah data otomatis, serta pembaca magnetik atau optik.

NERACA

Jakarta – Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menyampaikan, Indonesia berkomitmen untuk menempuh jalur diplomasi dan negosiasi, merespons penerapan tarif unilateral Amerika Serikat (AS). Pemerintah Indonesia memilih pendekatan ini untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.

Menurut Budi, pemberian tarif balasan akan mengeskalasi situasi dan hanya akan merugikan masyarakat serta negara-negara yang terlibat. Pernyataan dimaksud disampaikan di Pertemuan Khusus Para Menteri Ekonomi ASEAN (Special ASEAN Economic Minister Meeting). 

Pertemuan yang dilaksanakan secara daring, membahas kebijakan tarif baru AS. Kebijakan tersebut diumumkan Presiden AS pada 2 April 2025 yang kemudian ditangguhkan implementasinya oleh Pemerintah AS pada 9 April 2025.

“Indonesia tetap berkomitmen penuh untuk menempuh jalur diplomasi  dan negosiasi demi mencari solusi saling menguntungkan. Indonesia juga berkomitmen untuk berkoordinasi   dengan semua pemangku kepentingan terkait, termasuk industri dalam negeri, asosiasi perdagangan, pakar ekonomi, dan organisasi perdagangan internasional untuk membangun posisi negosiasi yang komprehensif dan terpadu,” kata Budi dalam pertemuan.

Budi turut memberikan masukan terkait sikap yang dapat diambil ASEAN sebagai satu kawasan yang solid.   

Menurut Budi, ASEAN harus merespons ancaman dari berbagai hambatan perdagangan dengan tepat. Untuk itu, Budi menyarankan agar respons ASEAN berfokus pada upaya membangun  kepercayaan diri tiap negara anggota, baik dari sudut pandang domestik maupun sebagai kawasan.

Beberapa upaya yang disampaikan Budi terkait tarif unilateral AS adalah pertama, menghindari tindakan retaliasi atau proteksionis. Selanjutnya, memperkuat komitmen ASEAN terhadap keterbukaan melalui reformasi nasional dan koordinasi regional. 

Upaya ketiga, memastikan ASEAN menolak kesepakatan bilateral yang berpotensi mengikis  persatuan antar negara anggota. Berikutnya, terus mengupayakan kerja sama dengan semua  mitra dagang ASEAN, termasuk memaksimalkan implementasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

“Indonesia mendukung hubungan ekonomi ASEAN-AS yang lebih kuat. Hal ini harus dapat kita lakukan dari posisi yang koheren secara regional dan secara strategis otonom. Hanya dengan  persatuan dan kerja sama yang baik diantara negara ASEAN, suara ASEAN akan didengar dan  dipertimbangkan, sebagaimana pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto dalam kunjungan ke Malaysia beberapa waktu yang lalu untuk mendukung ASEAN 2025 yang diketuai Malaysia,” kata Budi.

Pertemuan  Khusus  Para  Menteri  Ekonomi  ASEAN menghasilkan  Pernyataan Bersama  Para  Menteri Ekonomi ASEAN. ParaMenteri menyampaikan keinginan bersamauntuk menjalin dialog yang jujur dan konstruktif dengan AS terkait masalah-masalah perdagangan. 

Komunikasi dan kolaborasi yang terbuka akan sangat penting untuk memastikan hubungan yang seimbang dan berkelanjutan. Dengan semangat tersebut, ASEAN berkomitmen untuk tidak mengenakan tindakan balasan. 

Para Menteri Ekonomi ASEAN juga berkomitmen untuk menjaga kepentingan ekonomi  ASEAN  serta hubungan dagang yang kuat dan saling menguntungkan dengan AS. Secara khusus, ASEAN menegaskan kembali kesiapan untuk bekerja sama dengan AS di bawah ASEAN-US Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) dan Rencana Kerja Expanded Economic Engagement (E3) untuk mengeksplorasi solusi yang dapat diterima bersama pada isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.

ASEAN juga menegaskan kembali dukungannya terhadap sistem perdagangan multilateral yang memberi kepastian, transparan, bebas, adil, inklusif, berkelanjutan, dan berbasis aturan (rule-based) dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai intinya. 

Kemudian, ASEAN akan tetap teguh memperdalam integrasi ekonomi regional, sehingga dapat  menangkap berbagai peluang di tengah ketidakpastian. ASEAN akan terus berkomitmen melanjutkan inisiatif-inisiatif penting seperti upgrading ASEAN Trade-In-Goods Agreement (ATIGA) dan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA).

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menyatakan, dalam menanggapi kebijakan tarif tersebut, Presiden RI Prabowo Subianto telah menginstruksikan kabinetnya untuk  bergerak maju dengan beberapa strategi. 

“Strategi tersebut meliputi diplomasi, olidaritas regional, dan diversifikasi jangka panjang.   Indonesia akan terus  mengupayakan pertumbuhan perdagangan yang berkelanjutan sesuai visi jangka panjang Pemerintah Indonesia,” tegas Roro.

Pada 2024, total perdagangan ASEAN dengan AS tercatat sebesar USD305,98 miliar. Nilai ini, menjadikan AS sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi ASEAN. Produk ekspor utama ASEAN ke AS diantaranya sirkuit terpadu elektronik, perangkat telepon, mesin pengolah data otomatis  dan unitnya, pembaca magnetik atau optik, alat semikonduktor, serta ban pneumatik baru dari  karet.  

Sedangkan produk impor utama ASEAN dari AS di antaranya turbojet, turbo propeller dan turbin gas lainnya, minyak bumi, sirkuit terpadu elektronik, perangkat pesawat dan  pesawat  luar  angkasa, mesin pengolah data otomatis, serta pembaca magnetik atau optik.

 

BERITA TERKAIT

Periode Kedua April 2025, HPE Konsentrat Tembaga Meningkat

Periode Kedua April 2025, HPE Konsentrat Tembaga Meningkat Jakarta – Rata-rata Harga Patokan Ekspor (HPE) komoditas konsentrat tembaga (Cu ≥…

Perusahaan Migas Indonesia Berpotensi Investasi di AS

Perusahaan Migas Indonesia Berpotensi Investasi di AS Jakarta – Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)…

Indonesia Berencana Tambah Tmpor dariAS Senilai USD18-19 Miliar

Indonesia Berencana Tambah Tmpor dariAS Senilai USD18-19 miliar  Jakarta – Pemerintah Indonesia berencana untuk menambah impor dari Amerika (AS) senilai…

BERITA LAINNYA DI Industri

Periode Kedua April 2025, HPE Konsentrat Tembaga Meningkat

Periode Kedua April 2025, HPE Konsentrat Tembaga Meningkat Jakarta – Rata-rata Harga Patokan Ekspor (HPE) komoditas konsentrat tembaga (Cu ≥…

Indonesia Tempuh Jalur Diplomasi dan Negosiasi - HADAPI PENERAPAN TARIF UNILATERAL AS

HADAPI PENERAPAN TARIF UNILATERAL AS  Indonesia Tempuh Jalur Diplomasi dan Negosiasi Jakarta – Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menyampaikan, Indonesia…

Perusahaan Migas Indonesia Berpotensi Investasi di AS

Perusahaan Migas Indonesia Berpotensi Investasi di AS Jakarta – Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)…