Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA

Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA
Jakarta – Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso bertemu dengan Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri dan Warga Prancis di Luar Negeri Laurent Saint-Martin di kantor Kementerian  Perdagangan (Kemendag) RI. Pertemuan tersebut mengangkat upaya percepatan penyelesaian Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia-EU CEPA).  
Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso mengharapkan dukungan Prancis dalam mendorong terselesaikannya perundingan tersebut.
“Indonesia berharap, Prancis dapat memberikan dukungannya dalam mendorong penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA. Saat ini, Ketua Perunding dan masing-masing kelompok kerja sedang mengintensifkan pertemuan untuk menyelesaikan isu-isu runding yang tersisa. Kami juga berharap, Indonesia dan Uni Eropa dapat mencapai solusi yang seimbang dan realistis atas isu-isu tersebut,” kata Budi.
Budi juga berharap Uni Eropa membuka akses pasar bagi produk-produk utama Indonesia. “Indonesia juga mengharapkan akses pasar bagi produk-produk utama Indonesia seperti minyak sawit, alas kaki, tekstil, dan produk perikanan,”tegas Budi.
Menurut Budi, solusi atas isu-isu yang tersisa juga harus mencakup kesepakatan konkret terhadap langkah-langkah Uni Eropa yang berpotensi menjadi hambatan bagi ekspor Indonesia. Pertemuan turut membahas isu-isu lainnya terkait upaya peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi di sektor-sektor strategis seperti energi, transportasi, agroindustri, dan  pertambangan. 
Indonesia dan Prancis sepakat untuk memfasilitasi bisnis kedua negara melalui proyek-proyek kerja sama yang dapat menciptakan peluang usaha baru. 
Dalam pertemuan ini, Budi menyampaikan,  Indonesia menghargai Uni Eropa yang menunda implementasi EUDR. Indonesia tetap meminta Uni Eropa untuk mempertimbangkan kembali setiap regulasi yang memberatkan perdagangan secara tidak perlu, bersifat diskriminatif, serta tidak sejalan dengan aturan dan prinsip-prinsip Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Oleh karena itu, kedua pihak perlu bekerja sama lebih erat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif, secara segera, demi menjaga kesejahteraan ekonomi kita. Jalur terbaik  untuk mencapai hal tersebut adalah melalui penyelesaian Perundingan CEPA,” jelas Budi.
Lebih lanjut, hubungan bilateral Indonesia dan Prancis semakin erat dengan komitmen kedua negara untuk memperkuat kerja sama di berbagai sektor strategis, termasuk perdagangan, investasi, pertahanan, dan transisi energi. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui akun media sosial X pada Jumat (4/4).
Dalam pernyataannya, Macron menyebut bahwa dirinya dan Presiden Republik Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, sepakat menjalin kemitraan dalam proyek-proyek yang ambisius dan berorientasi pada masa depan. “Kami berkomitmen mempererat kerja sama di bidang pertahanan, ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, serta memperluas pertukaran akademik,” tulis Macron.
Macron juga mengungkapkan bahwa pendekatan baru dalam hubungan bilateral ini akan ditindaklanjuti melalui kunjungan kenegaraan ke Indonesia yang dijadwalkan berlangsung pada akhir Mei 2025. Kunjungan ini akan menjadi momentum penting untuk memperdalam kerja sama strategis kedua negara.
Salah satu fokus utama dalam kemitraan ini adalah pembangunan rantai pasok yang tangguh di sektor logam kritis serta penguatan transisi energi ramah lingkungan. “Prancis dan Uni Eropa ingin membangun ekonomi masa depan bersama Indonesia,” ujar Macron.
Seperti diketahui kinerja Perdagangan Indonesia-PrancisPada 2024, neraca perdagangan Indonesia defisit USD 532,40 juta terhadap Prancis. Namun, nilai ini menurun 14,80 persen dibandingkan defisit pada 2023 yang sebesar USD738,60 juta. 
Sementara itu, pada Januari 2025, defisit Indonesia terhadap Perancis mencapai USD15,9 juta.  Artinya, terdapat penurunan nilai defisit hingga 66,6 persen dibanding Januari 2024 yang sebesar 47,7 juta.
Ekspor utama Indonesia ke Prancis pada 2024, antara lain, transformator elektrik dan konverter statis; aparatus listrik; kendaraan bermotor; cokelat: mentega (butter), lemak dan minyak; serta suku cadang dan aksesori kendaraan. Kinerja Perdagangan Indonesia-Uni Eropa Sementara itu, pada 2024, Indonesia mencatatkan surplus USD4,49 miliar terhadap Uni Eropa. 
Nilai ini bahkan meningkat 77,18 persen dibandingkan surplus pada 2023 yang sebesar USD2,53 miliar. Sementara itu, pada Januari 2025, surplus Indonesia terhadap Uni Eropa mencapai USD452,17 juta. 
Dalam hal ini terdapat peningkatan 7,39 persen dibanding Januari 2024 yang sebesar 421,05 juta. Ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa pada 2024, antara lain, lemak dan minyak hewani,  nabati, atau mikroba; alas kaki; mesin dan perlengkapan elektrik; bijih logam, terak, dan abu; serta besi dan baja. 
Sedangkan, impor utama Indonesia dari Uni Eropa, antaralain, reaktor nuklir, ketel, mesin dan peralatan mekanis; mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya; kendaraan selain yang bergerak di atas rel; instrumen dan aparatus optik; dan produk farmasi.
Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA
Jakarta – Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso bertemu dengan Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri dan Warga Prancis di Luar Negeri Laurent Saint-Martin di kantor Kementerian  Perdagangan (Kemendag) RI. Pertemuan tersebut mengangkat upaya percepatan penyelesaian Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia-EU CEPA).  
Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso mengharapkan dukungan Prancis dalam mendorong terselesaikannya perundingan tersebut.
“Indonesia berharap, Prancis dapat memberikan dukungannya dalam mendorong penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA. Saat ini, Ketua Perunding dan masing-masing kelompok kerja sedang mengintensifkan pertemuan untuk menyelesaikan isu-isu runding yang tersisa. Kami juga berharap, Indonesia dan Uni Eropa dapat mencapai solusi yang seimbang dan realistis atas isu-isu tersebut,” kata Budi.
Budi juga berharap Uni Eropa membuka akses pasar bagi produk-produk utama Indonesia. “Indonesia juga mengharapkan akses pasar bagi produk-produk utama Indonesia seperti minyak sawit, alas kaki, tekstil, dan produk perikanan,”tegas Budi.
Menurut Budi, solusi atas isu-isu yang tersisa juga harus mencakup kesepakatan konkret terhadap langkah-langkah Uni Eropa yang berpotensi menjadi hambatan bagi ekspor Indonesia. Pertemuan turut membahas isu-isu lainnya terkait upaya peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi di sektor-sektor strategis seperti energi, transportasi, agroindustri, dan  pertambangan. 
Indonesia dan Prancis sepakat untuk memfasilitasi bisnis kedua negara melalui proyek-proyek kerja sama yang dapat menciptakan peluang usaha baru. 
Dalam pertemuan ini, Budi menyampaikan,  Indonesia menghargai Uni Eropa yang menunda implementasi EUDR. Indonesia tetap meminta Uni Eropa untuk mempertimbangkan kembali setiap regulasi yang memberatkan perdagangan secara tidak perlu, bersifat diskriminatif, serta tidak sejalan dengan aturan dan prinsip-prinsip Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Oleh karena itu, kedua pihak perlu bekerja sama lebih erat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif, secara segera, demi menjaga kesejahteraan ekonomi kita. Jalur terbaik  untuk mencapai hal tersebut adalah melalui penyelesaian Perundingan CEPA,” jelas Budi.
Lebih lanjut, hubungan bilateral Indonesia dan Prancis semakin erat dengan komitmen kedua negara untuk memperkuat kerja sama di berbagai sektor strategis, termasuk perdagangan, investasi, pertahanan, dan transisi energi. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui akun media sosial X pada Jumat (4/4).
Dalam pernyataannya, Macron menyebut bahwa dirinya dan Presiden Republik Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, sepakat menjalin kemitraan dalam proyek-proyek yang ambisius dan berorientasi pada masa depan. “Kami berkomitmen mempererat kerja sama di bidang pertahanan, ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, serta memperluas pertukaran akademik,” tulis Macron.
Macron juga mengungkapkan bahwa pendekatan baru dalam hubungan bilateral ini akan ditindaklanjuti melalui kunjungan kenegaraan ke Indonesia yang dijadwalkan berlangsung pada akhir Mei 2025. Kunjungan ini akan menjadi momentum penting untuk memperdalam kerja sama strategis kedua negara.
Salah satu fokus utama dalam kemitraan ini adalah pembangunan rantai pasok yang tangguh di sektor logam kritis serta penguatan transisi energi ramah lingkungan. “Prancis dan Uni Eropa ingin membangun ekonomi masa depan bersama Indonesia,” ujar Macron.
Seperti diketahui kinerja Perdagangan Indonesia-PrancisPada 2024, neraca perdagangan Indonesia defisit USD 532,40 juta terhadap Prancis. Namun, nilai ini menurun 14,80 persen dibandingkan defisit pada 2023 yang sebesar USD738,60 juta. 
Sementara itu, pada Januari 2025, defisit Indonesia terhadap Perancis mencapai USD15,9 juta.  Artinya, terdapat penurunan nilai defisit hingga 66,6 persen dibanding Januari 2024 yang sebesar 47,7 juta.
Ekspor utama Indonesia ke Prancis pada 2024, antara lain, transformator elektrik dan konverter statis; aparatus listrik; kendaraan bermotor; cokelat: mentega (butter), lemak dan minyak; serta suku cadang dan aksesori kendaraan. Kinerja Perdagangan Indonesia-Uni Eropa Sementara itu, pada 2024, Indonesia mencatatkan surplus USD4,49 miliar terhadap Uni Eropa. 
Nilai ini bahkan meningkat 77,18 persen dibandingkan surplus pada 2023 yang sebesar USD2,53 miliar. Sementara itu, pada Januari 2025, surplus Indonesia terhadap Uni Eropa mencapai USD452,17 juta. 
Dalam hal ini terdapat peningkatan 7,39 persen dibanding Januari 2024 yang sebesar 421,05 juta. Ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa pada 2024, antara lain, lemak dan minyak hewani,  nabati, atau mikroba; alas kaki; mesin dan perlengkapan elektrik; bijih logam, terak, dan abu; serta besi dan baja. 
Sedangkan, impor utama Indonesia dari Uni Eropa, antaralain, reaktor nuklir, ketel, mesin dan peralatan mekanis; mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya; kendaraan selain yang bergerak di atas rel; instrumen dan aparatus optik; dan produk farmasi.

NERACA

Jakarta – Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso bertemu dengan Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri dan Warga Prancis di Luar Negeri Laurent Saint-Martin di kantor Kementerian  Perdagangan (Kemendag) RI. Pertemuan tersebut mengangkat upaya percepatan penyelesaian Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia-EU CEPA).  

Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso mengharapkan dukungan Prancis dalam mendorong terselesaikannya perundingan tersebut.

“Indonesia berharap, Prancis dapat memberikan dukungannya dalam mendorong penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA. Saat ini, Ketua Perunding dan masing-masing kelompok kerja sedang mengintensifkan pertemuan untuk menyelesaikan isu-isu runding yang tersisa. Kami juga berharap, Indonesia dan Uni Eropa dapat mencapai solusi yang seimbang dan realistis atas isu-isu tersebut,” kata Budi.

Budi juga berharap Uni Eropa membuka akses pasar bagi produk-produk utama Indonesia. “Indonesia juga mengharapkan akses pasar bagi produk-produk utama Indonesia seperti minyak sawit, alas kaki, tekstil, dan produk perikanan,”tegas Budi.

Menurut Budi, solusi atas isu-isu yang tersisa juga harus mencakup kesepakatan konkret terhadap langkah-langkah Uni Eropa yang berpotensi menjadi hambatan bagi ekspor Indonesia. Pertemuan turut membahas isu-isu lainnya terkait upaya peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi di sektor-sektor strategis seperti energi, transportasi, agroindustri, dan  pertambangan. 

Indonesia dan Prancis sepakat untuk memfasilitasi bisnis kedua negara melalui proyek-proyek kerja sama yang dapat menciptakan peluang usaha baru. 

Dalam pertemuan ini, Budi menyampaikan,  Indonesia menghargai Uni Eropa yang menunda implementasi EUDR. Indonesia tetap meminta Uni Eropa untuk mempertimbangkan kembali setiap regulasi yang memberatkan perdagangan secara tidak perlu, bersifat diskriminatif, serta tidak sejalan dengan aturan dan prinsip-prinsip Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

“Oleh karena itu, kedua pihak perlu bekerja sama lebih erat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif, secara segera, demi menjaga kesejahteraan ekonomi kita. Jalur terbaik  untuk mencapai hal tersebut adalah melalui penyelesaian Perundingan CEPA,” jelas Budi.

Lebih lanjut, hubungan bilateral Indonesia dan Prancis semakin erat dengan komitmen kedua negara untuk memperkuat kerja sama di berbagai sektor strategis, termasuk perdagangan, investasi, pertahanan, dan transisi energi. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui akun media sosial X pada Jumat (4/4).

Dalam pernyataannya, Macron menyebut bahwa dirinya dan Presiden Republik Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, sepakat menjalin kemitraan dalam proyek-proyek yang ambisius dan berorientasi pada masa depan. “Kami berkomitmen mempererat kerja sama di bidang pertahanan, ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, serta memperluas pertukaran akademik,” tulis Macron.

Macron juga mengungkapkan bahwa pendekatan baru dalam hubungan bilateral ini akan ditindaklanjuti melalui kunjungan kenegaraan ke Indonesia yang dijadwalkan berlangsung pada akhir Mei 2025. Kunjungan ini akan menjadi momentum penting untuk memperdalam kerja sama strategis kedua negara.

Salah satu fokus utama dalam kemitraan ini adalah pembangunan rantai pasok yang tangguh di sektor logam kritis serta penguatan transisi energi ramah lingkungan. “Prancis dan Uni Eropa ingin membangun ekonomi masa depan bersama Indonesia,” ujar Macron.

Seperti diketahui kinerja Perdagangan Indonesia-PrancisPada 2024, neraca perdagangan Indonesia defisit USD 532,40 juta terhadap Prancis. Namun, nilai ini menurun 14,80 persen dibandingkan defisit pada 2023 yang sebesar USD738,60 juta. 

Sementara itu, pada Januari 2025, defisit Indonesia terhadap Perancis mencapai USD15,9 juta.  Artinya, terdapat penurunan nilai defisit hingga 66,6 persen dibanding Januari 2024 yang sebesar 47,7 juta.

Ekspor utama Indonesia ke Prancis pada 2024, antara lain, transformator elektrik dan konverter statis; aparatus listrik; kendaraan bermotor; cokelat: mentega (butter), lemak dan minyak; serta suku cadang dan aksesori kendaraan. Kinerja Perdagangan Indonesia-Uni Eropa Sementara itu, pada 2024, Indonesia mencatatkan surplus USD4,49 miliar terhadap Uni Eropa. 

Nilai ini bahkan meningkat 77,18 persen dibandingkan surplus pada 2023 yang sebesar USD2,53 miliar. Sementara itu, pada Januari 2025, surplus Indonesia terhadap Uni Eropa mencapai USD452,17 juta. 

Dalam hal ini terdapat peningkatan 7,39 persen dibanding Januari 2024 yang sebesar 421,05 juta. Ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa pada 2024, antara lain, lemak dan minyak hewani,  nabati, atau mikroba; alas kaki; mesin dan perlengkapan elektrik; bijih logam, terak, dan abu; serta besi dan baja. 

Sedangkan, impor utama Indonesia dari Uni Eropa, antaralain, reaktor nuklir, ketel, mesin dan peralatan mekanis; mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya; kendaraan selain yang bergerak di atas rel; instrumen dan aparatus optik; dan produk farmasi.

 

BERITA TERKAIT

Akhir Juni 2025, 80 Ribu Kopdes Selesai

Akhir Juni 2025, 80 Ribu Kopdes Selesai Jakarta – Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi menyebut pembentukan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan…

Kebijakan Relaksasi TKDN Solusi Hadapi Aturan Tarif Trump

  Kebijakan Relaksasi TKDN Solusi Hadapi Aturan Tarif Trump Jakarta – Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dalam merespons kebijakan kenaikan…

TASPEN Imbau Seluruh Peserta untuk Lindungi Data Pribadi

TASPEN Imbau Seluruh Peserta untuk Lindungi Data Pribadi Jakarta – PT TASPEN (Persero) sebagai perusahaan milik negara yang bergerak di…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Akhir Juni 2025, 80 Ribu Kopdes Selesai

Akhir Juni 2025, 80 Ribu Kopdes Selesai Jakarta – Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi menyebut pembentukan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan…

Kebijakan Relaksasi TKDN Solusi Hadapi Aturan Tarif Trump

  Kebijakan Relaksasi TKDN Solusi Hadapi Aturan Tarif Trump Jakarta – Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dalam merespons kebijakan kenaikan…

Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA

Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA Jakarta – Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso bertemu dengan Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri dan…