Oleh: Agus Yuliawan
Pemerhati Ekonomi Syariah
Bulan suci Ramadhan akan berakhir dalam beberapa hari lagi di depan mata kita. Meski bulan suci di tahun ini akan berakhir tetap saja memberikan inspirasi bagi kita semua yang menjalankannya, selain memberikan maghfirah (pengampunan), perubahan, kedermawanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, juga membangunkan kesadaran bagi kita semua tentang praktik riil kita dalam menjalankan ekonomi syariah. Yaitu ketika kita menunaikan zakat di bulan Ramadhan ini. Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim apabila telah tercapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat ditunaikan untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerima (asnaf).
Ada esensi yang menarik dibalik menunaikan zakat di bulan Ramadhan dimana sebagai Muzakki (pembayar zakat) diberikan kebebasan dalam meraih rejeki secara halal sebesar–besarnya. Namun, diberikan kewajiban untuk menunaikan zakat baik zakat fitrah maupun maal sebesar 2,5 persen dari pendapatan rejekinnya untuk didistribusikan kepada yang berhak menerima (mustahik). Dengan demikian di praktik zakat inilah realitas ekonomi syariah diperkenalkan— yang secara otomatis ekonomi syariah adalah ekonomi di tengah antara kapitalisme dan sosialisme.
Dimana Islam tidak menolak orang berbuat kaya dengan mencari rejeki halal seluas–luasnya namun tetap harus berkomitmen pada sosialisme dalam pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan. Sehingga prinsip–prinsip tentang tatatan kehidupan yang adil, berkelanjutan dan berkeadilan sosial bisa tercipta di masyarakat. Melalui zakat telah memberikan pengetahuan kita semua bahwa orientasi beragama Islam bukan hanya menjalankan aktivitas ritual saja tapi juga melahirkan kesalehan sosial. Dalam memberikan solusi dan dampak dalam permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat.
Sebenarnya hal itu menjadi nilai dasar dalam berekonomi syariah. Dimana nilai dasar pada sistem ekonomi syariah diturunkan secara langsung dari inti ajaran Islam yaitu tauhid. Prinsip tauhid ini melahirkan keyakinan bahwa kebaikan dari perilaku manusia sepenuhnya karena Allah. Segala aktivitas yang dikerjakan manusia di dunia ini termasuk kegiatan ekonomi, dilakukan karena semata-mata untuk mengikuti petunjuk Allah. Nilai tauhid ini dapat diterjemahkan menjadi empat nilai dasar yang membedakan ekonomi syariah dengan sistem ekonomi lainnya, yakni: kepemilikkan, keadilan dalam berusaha, kerjasama dalam kebaikan dan pertumbuhan yang seimbang.
Dalam zakat jelas sekali memainkan peran utama sebagai ujung tombak pengembangan ekonomi syariah dan menjadi kesadaran pribadi tiap Muslim dimana perlunya keseimbangan tatanan sosial dan ekonomi itu harus seimbang. Hal ini juga mendorong kebijakan publik dimana pembangunan yang berkelanjutan bisa terjadi apabila keadilan sosial benar–benar dijalankan. Keadilan itu juga bukan hanya untuk para fakir miskin saja juga para pemodal atau para pelaku usaha sehingga tatanan sosial dan ekonomi bisa bergerak sesuai dengan arah visi pembangunan.
Tentunya untuk membangkitkan ekonomi syariah suatu negara atau pemerintahan daerah bukan hanya bertumpu pada zakat saja. Tapi juga sektor keuangan dan riil syariah yang tak kalah pentingnya untuk dibangkitkan dalam tatanan ekosistem. Dengan implementasi praktik zakat minimal menjadi miniatur kesadaran berekonomi yang dipraktikan sekaligus titik awal pentingnya ekonomi syariah untuk dikembangkan secara luas.
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Pemerintahan Prabowo menilai, terjadi tumpang-tindih kewenangan penjagaan laut. Sehingga,…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Ramadhan sudah 3 pekan dan meskipun dibayangi…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Kamis (13/3) menyampaikan konferensi pers tentang APBN…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Pemerintahan Prabowo menilai, terjadi tumpang-tindih kewenangan penjagaan laut. Sehingga,…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Bulan suci Ramadhan akan berakhir dalam beberapa hari lagi di depan mata kita. Meski…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Ramadhan sudah 3 pekan dan meskipun dibayangi…