NERACA
Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam upaya peningkatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor berkolaborasi dengan Lampu.id dan Lazada Indonesia mendorong transformasi digital untuk perkembangan UMKM dengan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Dirjen PKTN), Moga Simatupang menjelaskan, saat ini, kecerdasan buatanbukan lagi teknologi yang hanya dapat diakses oleh perusahaan besar. Namun, UMKM juga dapat memanfaatkannya untuk berbagai keperluan yang positif.
“Kemendag mendorong transformasi digital yang berdampak positif bagi perkembangan UMKM dengan pemanfaatan kecerdasan buatan. Saat ini, kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan pelaku UMKM untuk berbagai keperluan, mulai dari menganalisis tren pasar, memahami perilaku konsumen, mengelola inventaris stok barang, hingga mengoptimalkan strategi pemasaran,” ujar Moga.
Dengan demikian, lanjut Moga, pelaku UMKM dapat mengambil keputusan bisnis yang tepat, menjangkau lebih banyak konsumen, dan meningkatkan pendapatan. Selain itu, pelaku UMKM juga berkesempatan bertemu dan menjalin koneksi dengan calon mitra strategis bagi pengembangan usaha mereka melalui lokakarya ini.
“Pelaku UMKM memang dituntut adaptif di era digital yang berkembang pesat. Dengan memahami, mengikuti, dan memanfaatkan teknologi, pelaku UMKM dapat mengoptimalkan usahanya secara lebih efektif,” jelas Moga.
Berdasarkan publikasi data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomianpada Juli 2024, UMKM menjadi salah satu penopang ekonomi nasional dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 60,51persen.
Selain itu, UMKM menyerap 97persentenaga kerja di Indonesia.“Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk selalu hadir dalam mendukung UMKM agar terus berkembang. Dukungan tersebut mencakup kemudahan dalam memperoleh pembiayaan serta peningkatan kapasitas pelaku UMKM agar dapat terus meningkatkan kapasitas diri dan usahanya,” imbuh Moga.
Moga juga mengimbau pelaku UMKM agar tetap mengedepankan perlindungan konsumen di tengah kemudahan teknologi. Tidak hanya itu, pelaku UMKM diharapkan untuk selalu memberikan informasi yang benar, jelas, beritikad baik, dan bertanggung jawab dalam menjalankan usaha, termasuk dengan memberikan jaminan mutu barang serta ganti rugi sesuai dengan yang disepakati kepada konsumen.
"Transaksi daring memiliki tantangan tersendiri, seperti maraknya penipuan daring, produk yang tidak sesuai deskripsi, hinggakebocoran data pribadi yang dapat memengaruhi kepercayaan konsumen terhadap platform digital. Oleh karena itu, pelaku UMKMdiharapkanlebih berhati-hati dalam menjalankan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) serta memahami regulasi yang berlaku, yaituPeraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023 tentang PMSE,”terang Moga.
Sementara itu, pendiri Lampu.id, Melissa Wijaya mengutarakan, Lampu.id sebagai akselerator lokakarya ini berkomitmen memberikan pendampingan intensif bagi pelaku UMKMterpilih.
Melissa juga menegaskan, lokakarya serupa akan terus berlanjut dengan mengangkat topik-topik yang relevan sesuai dengan perkembangan terkini.
“Sinergi antara Lampu.id, pemerintah, dan mitra strategis lainnya menjadi langkah nyata dalam mendorong kewirausahaan digital. Dengan dukungan ini, kami berharap pelaku UMKMdi Indonesia dapat mempercepat adaptasi digital mereka, memperluas jangkauan pasar, serta meningkatkan daya saing produk lokal di tingkat domestik maupun internasional,”urai Melissa.
Tidak hanya itu, saat ini terdapat artisan batik yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk berinovasi dalam mendesain motif batik yang sudah ada. Salah satunya Falahy Mohamad, artisan batik dari Pekalongan yang dikenal dengan karya eksperimetal hasil reka ulang motif batik tambal dengan menggunakan logika matematika parametrik dan memanfaatkan teknologi komputer.
Falahy menuturkan, upaya mendalami seni batik dimulai karena merasakan kesenjangan antara anak muda, teknologi, dan budaya tampak semakin melebar, yang membuat banyak anak muda merasa bingung ketika berhadapan dengan batik. “Sehingga saya memutuskan untuk kembali menempuh pendidikan di Universitas Pekalongan dengan program studi batik,” ujar Falahy.
Falahy berpendapat, perkembangan teknologi dan lintas keilmuan seharusnya bisa menjadi jembatan untuk membawa budaya ke generasi muda. Sebagai contoh, dengan latar belakang pendidikan arsitektur yang dimilikinya, ia memahami bahwa terdapat ragam hias yang diambil dari kebudayaan setempat dan digunakan oleh para arsitektur dalam karyanya.
Hingga saat ini, batik seringkali dianggap sebagai sesuatu yang statis. Namun, teknologi modern dapat menjadi solusi untuk menjawab tantangan tersebut. Teknologi desain berhasil mengembangkan batik melalui berbagai tahap mulai dari desain konvensional, digitalisasi arsip, desain digital 2D dan 3D, hingga penggunaan AI.
NERACA Jakarta - Pagu Anggaran 2025 Kementerian Koperasi (Kemenkop) mengalami efisiensi dari semula Rp473,31 miliar menjadi Rp317,48. Meski begitu, Menteri…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya (DJPB) terus mengembangkan ekosistem budi daya…
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong pelaku usaha Uzbekistan untuk memanfaatkan InaExport sebagai pintu gerbang untuk menemukan eksportir kredibel…
NERACA Jakarta - Pagu Anggaran 2025 Kementerian Koperasi (Kemenkop) mengalami efisiensi dari semula Rp473,31 miliar menjadi Rp317,48. Meski begitu, Menteri…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya (DJPB) terus mengembangkan ekosistem budi daya…
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam upaya peningkatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA)…