Pesan orang tua dahulu, kalau ada rezeki lebih sebaiknya dibelikan emas sebagai simpanan ketimbang harus membeli properti, sawah atau deposito di bank, saham, reksa dana dan obligasi untuk instrumen investasi saat ini. Mengapa harus emas, pertimbangan orang tua dahulu sangat sederhana karena beli emas sebagai investasi selain harganya tetap stabil juga mudah untuk dijualnya tanpa harus proses panjang.
Hal inilah yang terus dipegang Wawan (45), pria asal Madura yang selalu menyisihkan sebagian dari penghasilannya berdagang ayam potong di pasar untuk membeli emas baik itu, perhiasan ataupun logam mulia sebagai tabungannya di masa depan dan hadiah untuk istri. “Keuntungan dari berdagang, selalu dibelikan emas kendati jumlahnya tidak banyak. Bahkan disaat harga emas turun, saya tidak pernah berhenti beli emas dan justru memanfaatkannya untuk membeli lebih banyak,”tuturnya.
Alhasil, dikala harga emas tengah naik tentunya menjadi keuntungan bagi bapak empat anak ini dengan nilainya terus mahal. Meskipun demikian, dirinya tidak serta merta menjual emas dikala harganya naik tetapi hanya digunakan disaat membutuhkan, seperti ada musibah, biaya masuk sekolah, tambah modal dagang ataupun kebutuhan lainnya. “Biasanya emas yang saya simpan, rutin di jual disaat musim anak masuk sekolah ajaran tahun baru ataupun disaat ada kepahitan,”ungkapnya.
Dirinya mengakui, membeli dan menyimpan emas sebagai tradisi investasi orang tua dahulu masih sangat relevan saat ini ketimbang harus menyimpan duit dibawah bantal. Pasalnya, dengan membeli emas bisa mengetahui fisiknya dan nilainya tidak tergerus inflasi. Terlebih disaat kilaunya harga emas merangkak naik menjadi kabar gembira karena potensi keuntungan yang didapat dari modal awal saat membeli.
Kini dari kebiasannya membeli emas, Wawan telah berhasil mengubah kehidupannya di rantauan dengan lebih baik. Selain itu, dirinya yang hanya lulusan sekolah dasar dengan bangga mampu menyekolahkan dua anaknya hingga perguruan tinggi berkat rajin menyimpan emas. Rupanya apa yang dialami Wawan, begitulah yang dirasakan Armaini, perempuan setengah baya asal Minangkabau Sumatera Barat (Sumbar) yang dari kecilnya memang sudah dididik bagaimana hidup berhemat.“Saya menabung emas sejak muda. Awalnya memang tidak banyak yang bisa ditabung namun yakinlah, pesan orang tua tak sia-sia. Dari yang sedikit itu, lama-lama bisa menjadi bukit,” ujar nenek tujuh cucu itu.
Menurutnya, emas yang dibeli tidak langsung dipakai. Dulunya tempat menyimpan emas bukan saja di tekong alias kaleng berbahan seng, namun disimpan di dalam kasur atau bantal kapuk. Tujuannya supaya aman dari incaran maling atau pencuri. Kini di hari tuanya, dia tampak lebih tenang dan tinggal menikmati hasil.
Puluhan tahun berjuang, memeras keringat demi harapan yang ingin diwujudkan. Jika dikaitkan dengan keseharian masyarakat di Minangkabau, berhemat identik dengan menabung. Pendapatan yang diperoleh dalam bentuk uang, sebagian disisihkan dalam tabungan. Jika uang sudah terkumpul, langsung dibelikan emas yang takarannya menyesuaikan nilai uang yang terkumpul.
Begitu seterusnya hingga suatu ketika, emas yang terkumpul sudah memenuhi tekong, yakni wadah menyerupai kaleng yang digunakan ibu-ibu zaman dahulu untuk tempat menyipan logam mulia berupa emas. Emas yang terkumpul selanjutnya dijadikan aset untuk masa depan. Sawah yang sebelumnya tergadaikan oleh dunsanak atau keturunan terdahulu, dengan emas itu dapat ditebus kembali. Anak pun tersekolahkan ke bangku pendidikan tinggi hingga mendapat gelar sarjana, sejatinya karena emas yang ditabung sedikit demi sedikit.
Ya, sejak zaman kuno hingga era digital, emas telah menjadi simbol kemakmuran, kekayaan, dan prestise. Logam mulia ini tidak hanya digunakan sebagai perhiasan, tetapi juga sebagai alat tukar dan penentu nilai ekonomi. Seiring perkembangan peradaban manusia, peran emas berubah dari sekadar simbol kekayaan menjadi salah satu instrumen investasi paling berharga.
Kini pamor investasi emas juga makin digandrungi anak muda, tidak lagi orang tua. Hal ini sangat beralasan, selain harganya yang terus merangkak naik dan tidak tergerus inflasi juga kemudahan dalam menabung atau investasi emas secara digital. Tengok saja, banyak lembaga keuanganan baik bank ataupun non bank menawarkan produk tabungan emas baik syariah ataupun non syariah.
Perencana Keuangan dari OneShildt Agustina Fitria bilang, emas memang masih menjadi daya tarik bagi investor. Sebab, produk tersebut termasuk safe haven yang jika ada krisis keuangan akan memberikan imbal hasil lebih tinggi. Data olahan OneShildt mengungkapkan bahwa selama lima tahun tahun terakhir, emas memberikan akumulasi pengembalian sebesar 61,72% atau setara dengan bunga majemuk sebesar 10,09% per tahun.“Pada saat market stabil, emas bisa menjaga nilai yang terhadap inflasi,” ujarnya.
Dirinya pun menilai banyaknya industri keuangan yang menawarkan produk tabungan emas tentu bisa mempermudah nasabah untuk mendapatkan emas dengan modal kecil. Hanya saja, perlu dilihat legalitasnya juga agar tidak ada kasus ke depannya. Sementara peneliti Center of Macroeconomics and Finance INDEF, Abdul Manap Pulungan seperti dikutip Tirto pernah bilang, ada beberapa faktor yang membuat masyarakat Indonesia lebih memilih emas sebagai instrumen investasi pilihan. Pertama, dari sisi likuiditas emas cenderung lebih mudah dicairkan dibandingkan instrumen investasi lain.
Kedua, literasi masyarakat terhadap instrumen investasi lain selain emas dianggap masih rendah.“Sebenarnya selain emas ada pilihan lain di saham atau surat berharga negara (SBN). Tapi kalau saham ini lagi-lagi kita bicara soal literasi dan sebagian masyarakat itu tidak paham. Kalau SBN itu yield-nya cukup baik, 6-7%, cuma tidak bisa dicairkan saat butuh uang,” ujarnya.
Pecah Rekor
Besarnya minat masyarakat untuk berinvestasi emas bukan tanpa alasan. Pada tahun 2024, harga emas beberapa kali memecahkan rekor harga tertinggi. Mengutip data dari World Gold Council, yang mencatat harga emas dari tahun 1970, harga emas memang mengalami lonjakan signifikan di penghujung tahun 2023, tepatnya 28 Desember 2023. Nilai emas mencapai harga tertinggi sepanjang sejarah, US$ 2.078,4 per ons kala itu.
Sebelumnya, harga emas juga pernah mencapai US$ 2.067,15 per ons pada 6 Agustus 2020, di awal pandemi Covid-19. Setelah itu, harga emas cenderung stabil di kisaran US$ 1.800 dolar hingga 1.900, sebelum kembali menyentuh angka US$ 2.000 pada akhir November 2023.
Memasuki tahun 2024, kenaikan harga emas terus meroket. Pada 4 Maret 2024, baru rekor harga emas kembali pecah, meroket hingga US$ 2.098,05 per ons. Dari situ, harga emas terus menanjak. Pada 28 Agustus 2024, nilainya tembus ke US$ 2.505,25 per ons. Terakhir, nilai tertinggi sepanjang sejarah emas menyentuh angka US$ 2.777,8 per ons pada 30 Oktober 2024.
Berdasarkan data pergerakan harga emas yang tercatat oleh Logam Mulia, harga emas di Indonesia pada awal tahun 2024 berada di angka Rp1,13 juta per gram. Angka ini terus meningkat secara stabil hingga mencapai Rp1,54 juta per gram pada bulan November ini (05/11). Dalam kurun waktu 11 bulan, harga emas mencatatkan kenaikan sekitar 36%.
Kata Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, risiko geopolitik yang meningkat jadi tantangan prospek ekonomi dan instabilitas Timur Tengah menyebabkan harga komoditas safe haven seperti emas meningkat tajam. Disisi lain Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha menjelaskan, beberapa faktor yang mendukung harga emas saat ini.,"Kebijakan moneter yang lebih longgar dari bank sentral juga diperkirakan dapat mendukung harga emas, karena tingkat suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar AS dan mendukung permintaan emas,"ungkapnya.
Menangkap peluang tingginya minat masyarakat berinvestasi emas, BCA Syariah menghadirkan pembiayaan murabahah emas sebagai solusi investasi di tengah ketidakpastian ekonomi. Apalagi, produk pembiayaan emas ini dibisa digunakan lewat mobil banking, sehingga dapat ditransaksikan secara realtime, dimanapun dan kapanpun.
Fery (39), salah satu nasabah BCA Syariah begitu senang beli emas dengan mudah lewat mobile banking. Apalagi, melihat harga emas yang terus menanjak membuat dirinya makin ketagihan terus menambah pembiayaan emas,”Pembiayaann emas di BCA Syariah itu aman karena jenis emas yang dibiayai adalah logam mulia Antam dan disimpan dengan aman di BCA Syariah hingga akhir pembiayaan dan angsuran tetap yang dapat disesuaikan dengan kemampuan keuangan,”ujarnya.
Kini emas 10 gram LM sudah dikantonginya dan dirinya kembali mengajukan pembiayaan emas untuk persiapan anak masuk bangku sekolah.”Ngitung-ngitung sisihkan jajan rokok, lebih baik beli emas banyak keuntungan untuk masa depan,”tuturnya.
BCA Syariah bekerja sama dengan Antam dan memiliki paket investasi emas mulai dari 10 gram, 25 gram, 50 gram sampai dengan 250 gram. Untuk berinvestasi emas di BCA Syariah, nasabah cukup datang ke kantor BCA Syariah dengan membawa KTP suami istri. Selain itu, keuntungan lainnya kemudahan proses pengajuan pembiayaan dengan same day approval. Proses layanannya bisa ditunggu, hanya 15 menit saja.
Pengalaman yang sama juga dialami Nurhayati (23) bersama calonnya suaminya, ikut memilih pembiayaan emas 50 gram di BCA Syariah dengan jangka waktu dua tahun untuk persiapan pernikahan,”Kita ikut pembiayaan emas karena angsuran yang ringan, serta risiko yang rendah, sehingga sangat sesuai bagi generasi muda yang sedang belajar berinvestasi,”ungkapnya.
Kepala Satuan Kerja Bisnis Ritel dan Konsumer BCA Syariah, Bukit Mas Siahaan menjelaskan, perbedaan dari skema pembiayaan emas dan menabung emas. Dia menyampaikan bahwa pada skema pembiayaan, emas dibeli dengan jumlah, harga dan jangka waktu yang pasti karena sudah disepakati sejak awal pembiayaan hingga jatuh tempo.
Sementara pada skema menabung emas, jumlah emas yang dimiliki disesuaikan dengan saldo yang dititipkan, nilai emas mengikuti harga pasar sehingga berpotensi menyebabkan ketidakpastian anggaran investasi yang harus disisihkan untuk kepemilikan logam mulia. Melalui skema pembiayaan, kepemilikan emas akan lebih mudah dan aman. Nasabah dapat menyesuaikan jumlah emas yang diinginkan. Bebas dari rasa khawatir dengan kenaikan harga emas di masa mendatang karena angsuran yang tetap hingga jangka waktu pembiayaan berakhir.“Pembiayaan emas akan menimbulkan habit disiplin menabung dan dapat menjadi solusi untuk perencanaan keuangan generasi muda,” kata Bukit.
Direktur BCA Syariah, Pranata menambahkan, hadirnya pembiayaan murabahah emas iB (Emas iB) untuk kepemilikan logam mulia (emas) dengan prinsip syariah menggunakan akad murabahah (jual beli) adalah untuk menjawab kebutuhan generasi muda saat ini yang mengharapkan investasi yang mudah, cepat dan menguntungkan. “Selain proses pengajuan pembiayaan yang sangat mudah, keunggulan dari pembiayaan emas antara lain kepastian gramasi dan angsuran hingga akhir pembiayaan dengan jangka waktu yang dapat disesuaikan dengan kemampuan nasabah,”jelasnya.
Berkah berkilaunya harga emas, tren pembiayaan emas juga terus tumbuh tiap tahunnya. Hal ini pula yang diraskaan PT Bank BCA Syariah yang mencatat outstanding pembiayaan Emas iB BCA Syariah mengalami peningkatan hingga 150,9% secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai sebesar Rp133,6 miliar per September 2024.
Jumlah nasabah pembiayaan Emas iB BCA Syariah juga mengalami peningkatan hingga 55,84% yoy mencapai 5.688 nasabah. Alhasil, pertumbuhan pembiayaan emas iB merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan produk pembiayaan konsumer lainnya. Untuk memperluas akses masyarakat terhadap pembiayaan Emas iB, BCA Syariah telah menghadirkan fitur pengajuan pembiayaan Emas iB secara online melalui new mobile banking BSya by BCA Syariah.
Kata Pranata, selain pengembangan digitalisasi untuk mendorong pembiayaan emas iB, BCA Syariah juga melakukan berbagai aktivitas pemasaran melalui berbagai program promo dan kegiatan expo di berbagai kota untuk menjangkau masyarakat lebih luas.
Sementara Financial Planner, Aliyah Natasya mengatakan, generasi muda harus melek investasi untuk mendapatkan keamanan finansial di masa yang mendatang. Di tengah gejolak geopolitik yang mempengaruhi kondisi ekonomi saat ini, masyarakat perlu memahami pilihan instrumen tepat untuk berinvestasi. “Emas menjadi salah satu pilihan yang tepat karena relatif aman, likuid dan menguntungkan dalam jangka waktu sedang maupun panjang,”ungkapnya.
Adapun Pengamat Perbankan, Arianto Muditomo mengatakan, emas sampai saat ini masih menjadi salah satu instrumen aman dalam jangka panjang dan juga likuid."Tentu saja dalam hal ini, emas dimaksud adalah emas batangan, karena emas perhiasan memiliki nilai jual kembali yang tidak setinggi emas batangan,"ujarnya.
Menurutnya, investasi emas jangka panjang juga bermanfaat karena lindung Inflasi, dan nilai emas biasanya naik seiring inflasi. Selain itu, aman & stabil, karena emas dianggap “safe haven” saat ekonomi tidak stabil."Juga diversifikasi dari investasi pasar modal dan pasar uang, dan likuiditas tinggi, jadi mudah dijual kapan saja. Pertumbuhannya juga stabil, nilai emas meningkat dalam jangka panjang. Jadi emas adalah pilihan investasi yang aman dan stabil, cocok untuk jangka panjang," jelasnya.
Sementara Ibrahim analis dari PT Laba Forexindo Berjangka memberikan sejumlah masukan bagi masyarakat, khususnya investor pemula, yang tertarik untuk menjadikan emas sebagai salah satu instrumen investasi. Dimana dirinya menekankan bahwa investasi di logam mulia itu idealnya dilakukan secara jangka menengah dan panjang untuk mendapatkan keuntungan.
Soal ini, dia menyarankan masyarakat untuk tidak membeli emas dengan menggunakan dana operasional sehari-hari, melainkan menggunakan dana abadi atau dana yang tak terpakai.
Kejar pertumbuhan penjualan, emiten properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) terus berupaya mengembangkan kota mandiri dan kawasan baru. Teranyar, perseroan…
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie membuka peluang kerja sama dengan para pengusaha profesional Amerika Serikat…
Permasalahan sampah di Indonesia kini menjadi isu yang semakin mendesak, terutama akibat peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi yang…
Kejar pertumbuhan penjualan, emiten properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) terus berupaya mengembangkan kota mandiri dan kawasan baru. Teranyar, perseroan…
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie membuka peluang kerja sama dengan para pengusaha profesional Amerika Serikat…
Permasalahan sampah di Indonesia kini menjadi isu yang semakin mendesak, terutama akibat peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi yang…