NERACA
Jakarta – Di kuartal tiga 2024, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE mencatatkan peningkatan laba bersih hingga 0,36% year-on-year (YoY) yang didorong oleh peningkatan produksi yang solid dengan optimasi load factor dan program akselerasi pemeliharaan terjadwal. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Sementara pendapatan perseroan tercatat US$ 306,02 juta, sedikit lebih rendah 0,71% YoY karena adanya carry over di tahun 2023 atas production allowance dalam Kontrak Operasi Bersama (KOB) di Wayang Windu dari semester dua tahun 2022 dan penyesuaian pencatatan atau reklasifikasi atas pendapatan kredit karbon yang kini tercatat sebagai pendapatan lain-lain.
Meskipun demikian, PGE terus mempertahankan kinerja unggul dengan berbagai inisiatif pengembangan dan efisiensi operasi yang mendukung pertumbuhan jangka panjang. PGE berhasil mencatatkan peningkatan produksi sendiri yang solid sebesar 3.597,16 GWh, naik 0,31% dibanding 3.585,96 GWh di periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan produksi ini mendukung kenaikan pendapatan operasi sendiri menjadi US$ 293,21 juta, atau meningkat 0,2% dari US$ 292,63 juta pada tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio menyampaikan, perseroan berkomitmen untuk mengakselerasi penambahan kapasitas tiga proyek strategis, yaitu Hululais Unit 1 dan 2 yang akan berkontribusi sebesar 110 MW, Lumut Balai Unit 2 yang akan menambah kapasitas terpasang Perusahaan hingga 55 MW, dan proyek co-generation yang diproyeksikan menambah kapasitas terpasang hingga 45 MW.
Adapun proyek Lumut Balai Unit 2 ditargetkan rampung secara mekanis di akhir 2024, sementara Hululais Unit 1 dan 2 dan proyek co-generation diharapkan selesai dapat beroperasi secara komersial di tahun 2027. PGE tetap optimis untuk menyerap seluruh anggaran belanja modal untuk proyek-proyek pertumbuhan organik (organic growth) yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024.
Namun demikian, rencana pengeluaran belanja modal (capital expenditure) anorganik terkait akuisisi aset pembangkit panas bumi yang telah beroperasi (operating assets) tidak akan direalisasikan di tahun 2024 ini. Hal ini sejalan dengan strategi Perseroan yang lebih mengedepankan pendekatan oportunistik (opportunistic approach) untuk pertumbuhan anorganik tersebut.
PGEO, kata Yurizki Rio, PGE akan terus mempertahankan kinerja keuangan yang solid. Pada periode ini, program optimasi dana yang dilakukan PGE juga berhasil berdampak pada peningkatan laba bersih. “Dengan dukungan finansial yang kuat, PGE akan terus mengembangkan potensi sumber daya panas bumi di seluruh wilayah kerja kami melalui berbagai inisiatif sekaligus tetap mempertahankan profitabilitas yang tinggi. Kami juga terus memperkuat komitmen pengembangan energi panas bumi yang memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekaligus berkontribusi dalam mendukung pencapaian target nol emisi Indonesia 2060,” pungkas Yurizki Rio.
Kejar pertumbuhan penjualan, emiten properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) terus berupaya mengembangkan kota mandiri dan kawasan baru. Teranyar, perseroan…
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie membuka peluang kerja sama dengan para pengusaha profesional Amerika Serikat…
Permasalahan sampah di Indonesia kini menjadi isu yang semakin mendesak, terutama akibat peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi yang…
Kejar pertumbuhan penjualan, emiten properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) terus berupaya mengembangkan kota mandiri dan kawasan baru. Teranyar, perseroan…
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie membuka peluang kerja sama dengan para pengusaha profesional Amerika Serikat…
Permasalahan sampah di Indonesia kini menjadi isu yang semakin mendesak, terutama akibat peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi yang…