Mencari Investor dan Perluas Pasar jepang

NERACA

Tokyo – Tiba di Jepang, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan empat agenda pertemuan, di antaranya dengan produsen sepatu asal Jepang ASICS, asosiasi bisnis Jepang KEIDANREN, Japan External Trade Organization (JETRO), dan perusahaan otomotif Mitsubishi Motor Corporations.

“Sejauh ini hasil pertemuannya berjalan sangat baik dan positif, ada kesepakatan dari masing-masing pihak, bahwa Indonesia melihat Jepang sebagai mitra strategis dan sangat penting, kemudian Jepang juga melihat Indonesia, baik sebagai kekuatan politik maupun ekonomi yang juga sangat penting,” ujarnya di Tokyo, Jepang.

Agus menuturkan, dari hasil pertemuan dengan Mitsubishi, prinsipal otomotif asal Jepang tersebut berkomitmen menambah investasi sebesar Rp11,2 triliun pada akhir tahun 2025 dengan proyeksi terjadi peningkatan kapasitas produksi, dari 220 ribu menjadi 250 ribu unit. “Mereka juga akan mengembangkan dua model mobil electric vehicle (EV),” papar Agus.

Selain itu, Mitsubishi juga berkomitmen akan memberikan izin tambahan ekspor ke sembilan negara dari tadinya 30 negara menjadi ke 39 negara. “Memang salah satu tujuan misi pemerintah Indonesia datang ke Jepang adalah untuk melobi prinsipal Jepang untuk bisa memberikan izin agar mobilnya diberikan perluasan terhadap tujuan ekspor. Ini sudah mendapat komitmen dari Mitsubishi,” tutur Agus.

Dalam pertemuan tersebut, Agus juga mendorong agar Mitsubishi melakukan ekspor mobil ke Australia, mengingat perjanjian kerja sama antara kedua negara (IA-CEPA) telah berjalan.

Terkait pertemuan dengan ASICS, Menperin menyampaikan bahwa produsen sepatu asal Jepang tersebut menyatakan komitmennya untuk mengembangkan produksi di Indonesia, antara lain di Cirebon, Jawa Barat dan Tegal, Jawa Tengah yang akan mulai produksi pada Januari 2022. Kemudian di Pemalang, Jawa Tengah yang akan mulai produksi pada Maret 2023. Perusahaan tersebut berencana merelokasi fasilitasnya dari China ke Indonesia. “Menarik karena ASICS mengekspor hampir 90% produk yang dihasilkan di Indonesia ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat,” ungkapnya.

Apresiasi UU Cipta Kerja

Dalam pertemuan dengan Keidanren dan JETRO, Menperin memaparkan kemudahan berusaha yang ditawarkan Indonesia, yang didukung oleh penyederhanaan peraturan perundang-undangan dan pembentukan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja. “Mereka menanggapi bahwa Undang-undang Cipta Kerja merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kepercayaan diri para investor dan calon investor. Dengan adanya aturan tersebut, level kemudahan berusaha di Indonesia akan jauh lebih baik,” sambung Agus.

Agus pun mengakui bahwa asosiasi pengusaha Jepang dan JETRO memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia terkait dengan kebijakan substitusi impor. “Mereka paham bahwa kebijakan tersebut merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk memproteksi investasi mereka. Nanti kami juga akan menerapkan instrumen lainnya seperti tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dan lainnya,” jelas Agus.

Dalam kesempatan tersebut, Agus juga bertemu dengan Ministry of Economy, Trade and Industri (METI) untuk menjajaki proses evaluasi dan tindak lanjut Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dan New Manufacturing Industrial Development Center (New MIDEC), serta mendorong investasi di sektor petrokimia. Selanjutnya, pada hari kedua di Jepang, Menperin direncanakan bertemu dengan prinsipal otomotif lainnya seperti Toyota Motor Corporation, Honda Motor Company.Ltd, Suzuki Motor Corporation, Mazda Motor Corporation.

Seperti diketahui, sebelumnya Indonesia dan Jepang terus berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi yang komprehensif, khususnya di sektor industri. Sinergi kedua negara ini diharapkan membawa dampak positif dalam membangkitkan gairah usaha di tengah masa pandemi Covid-19 saat ini.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto mengemukakan, pihak Indonesia dan Jepang sepakat akan melakukan kerja sama di bidang pengembangan sektor industri melalui program New Manufacturing Industry Development Center (New MIDEC).

Program itu berisikan kerangka proyek kerja sama yang meliputi enam sektor strategis, yaitu industri otomotif, elektronik, kimia, tekstil, makanan dan minuman, serta logam. Program New MIDEC akan dilaksanakan pada tujuh bidang lintas sektor yang meliputi metal working, mold & dies, welding, energy conservation, SME development, export promotion, dan policy reforms.

 

BERITA TERKAIT

Kerja Sama Iklim RI - Jepang dengan High Integrity

NERACA Jakarta-Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya, menerima kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Mr. Yagi Tetsuta dan delegasi…

Tingginya Permintaan, SDM Industri Baja Terus Ditempa

NERACA Jakarta – Industri logam dasar terus konsisten menunjukkan kinerja yang gemilang, terlihat dari pertumbuhannya paling tinggi dibanding sektor lainnya, dengan mencapai…

Lestari Awards sebagai Aktualisasi Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola

NERACA Jakarta – Atas nama pemerintah, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya menyampaikan ucapan terima kasih dalam pelaksanaan Lestari…

BERITA LAINNYA DI Industri

Kerja Sama Iklim RI - Jepang dengan High Integrity

NERACA Jakarta-Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya, menerima kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Mr. Yagi Tetsuta dan delegasi…

Tingginya Permintaan, SDM Industri Baja Terus Ditempa

NERACA Jakarta – Industri logam dasar terus konsisten menunjukkan kinerja yang gemilang, terlihat dari pertumbuhannya paling tinggi dibanding sektor lainnya, dengan mencapai…

Lestari Awards sebagai Aktualisasi Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola

NERACA Jakarta – Atas nama pemerintah, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya menyampaikan ucapan terima kasih dalam pelaksanaan Lestari…