NERACA
Jakarta - Kementerian Hak Asasi Manusia (KemenHAM) menekankan bahwa penyelesaian berbagai persoalan konflik di tanah Papua dapat diselesaikan dengan cara yang mengedepankan kemanusiaan, yakni lewat rekonsiliasi dan perdamaian.
Direktur Jenderal Instrumen dan Penguatan HAM Nicholay Aprilindo membawa semangat tersebut saat kunjungan kerja ke Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, Kamis (17/4). Pada kesempatan itu, dia mengunjungi ratusan pengungsi di Distrik Kenyam.
“Itu (rekonsiliasi dan perdamaian) semangat utamanya kami hadir di Kabupaten Nduga ini untuk menemui pengungsi yang sudah sejak lama tidak kembali ke rumahnya masing-masing akibat konflik,” kata Nicholay sebagaimana keterangan diterima di Jakarta.
Menurut dia, permasalahan di Papua sangat kompleks sehingga harus diurai satu per satu mulai dari aspek kemanusiaan. Dengan semangat rekonsiliasi dan perdamaian, diharapkan permasalahan tersebut perlahan membaik hingga tercipta kondisi aman dan damai.
Ia juga menyebut bahwa Menteri HAM Natalius Pigai meminta rekonsiliasi dan perdamaian untuk dijadikan sebagai hal utama dalam penyelesaian konflik.
“Sehingga semua pihak yang berkepentingan bisa bertemu dan tidak boleh ada lagi kekerasan, peperangan, penindasan, saling curiga yang bahkan berujung pada kematian termasuk korban masyarakat sipil, perempuan dan anak-anak,” katanya.
Nicholay mengaku mendapat berbagai temuan dari pertemuannya dengan pengungsi di Kabupaten Nduga. Hal yang paling banyak disampaikan pengungsi, kata dia, adalah kepastian akan rasa aman bagi masyarakat dan sesegera mungkin kembali ke rumah.
“Apalagi ditemukan banyak anak-anak yang masih sekolah harus hidup di pengungsian tentu akan menjadi perhatian,” imbuhnya.
Ia menekankan bahwa negara harus benar-benar hadir di Kabupaten Nduga untuk menyelesaikan masalah dengan kehendak politik (political will) yang tulus membantu masyarakat.
“Makanya kami hadir dengan misi kemanusiaan karena itulah yang menjadi payung untuk semua. Tidak ada kepentingan lain, selain agenda rekonsiliasi dan perdamaian karena kami yakin hal ini akan bisa menjadi jembatan untuk semua, menghadirkan keamanan dan kedamaian di tanah Papua,” katanya.
Di samping itu, dia mengedepankan pentingnya langkah pengawasan terhadap upaya penanganan pengungsi, baik oleh pemerintah, lembaga, maupun organisasi masyarakat sipil. Hal ini agar masyarakat tidak menjadi korban dari buruknya tata kelola penanganan pengungsi.
Lebih lanjut Nicholay mengatakan berbagai temuan dari kunjungan tersebut akan menjadi bahan bagi KemenHAM untuk mencari solusi yang tepat atas masalah di Nduga, secara khusus, dan Papua pada umumnya.
“Buat saya, konflik kemanusiaan yang mengakibatkan ribuan pengungsi Nduga bukan hanya soal keamanan, tetapi lebih dari itu, yakni soal tata kelola resolusi konflik secara nasional, tata kelola daerah, hak konstitusional warga negara, soal kemanusiaan yang adil dan beradab, serta soal keadilan sosial di tanah Papua. Ini akan menjadi catatan penting,” ujarnya. Ant
NERACA Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan komitmennya untuk terus…
NERACA Jakarta - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding menilai bahwa pekerja migran perempuan merupakan salah satu…
NERACA Jakarta - Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) sekaligus Juru Bicara Presiden RI Prasetyo Hadi memastikan peraturan presiden (perpres) yang mengatur…
NERACA Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan komitmennya untuk terus…
NERACA Jakarta - Kementerian Hak Asasi Manusia (KemenHAM) menekankan bahwa penyelesaian berbagai persoalan konflik di tanah Papua dapat diselesaikan dengan…
NERACA Jakarta - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding menilai bahwa pekerja migran perempuan merupakan salah satu…