Belasan Ribu Pelaku Usaha Optimalkan Hilirisasi Perikanan

Belasan Ribu Pelaku Usaha Optimalkan Hilirisasi Perikanan
Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sukses menggelar 16 rangkaian webinar series Ramadan terkait hilirisasi perikanan. Total 13.195 peserta yang mengikuti webinar tersebut, terdiri dari pelaku usaha, penyuluh perikanan, dan dinas perikanan provinsi hingga kabupaten kota, yang berlangsung secara daring sejak 27 Februari hingga 21 Maret 2025.
"Alhamdulillah, rangkaian kegiatan ini menunjukkan komitmen kami untuk tetap memberikan yang terbaik," terang Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikakan (Dirjen PDS), Tornanda Syaifullah di Jakarta. 
Tornanda mengungkapkan webinar series tidak hanya membahas peluang diversifikasi olahan ikan, seperti cendol rumput laut dan rolade tuna. Tetapi juga, dalam webinar series ini terdapat materi soft skill yang ditujukan untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) perikanan, seperti pengelolaan keuangan, pemasaran hingga succes story dari sesama UMKM. 
Tidak hanya itu, webinar ini juga terdapat tema terkait penguatan hilirisasi perikanan, seperti pengelolaan cold storage atau gudang beku hingga implementasi sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional (Stelina). 
"Jadi jika dirata-rata, tiap webinar ada 800-an peserta yang ikut, ini menunjukkan antusiasme peserta yang cukup tinggi," terang Tornanda. 
Melalui webinar series, Tornanda berharap para peserta, khususnya pelaku usaha memiliki tambahan bekal guna memaksimalkan peluang di sektor kelautan dan perikanan. Dia memastikan jajarannya akan menyiapkan kegiatan lain sebagai bagian dari layanan prima untuk para pemangku kepentingan. 
"Tentu kegiatan selama Ramadhan ini jadi rujukan bagi kami untuk menyiapkan rangkaian kegiatan selanjutnya yang tujuannya memperkuat UMKM perikanan kita," jelas Tornanda. 
Terkait hilirisasi perikanan, KKP ) mensosialisasikan Warehouse Management System (WMS) sebagai sistem informasi Cold Storage untuk mengetahui ketersediaan dan sebaran ikan di Indonesia.
Gudang beku begitu krusial guna menjaga ketersediaan serta mutu karena ikan sebagai perishable food atau pangan mudah rusak memerlukan penangananan khusus. Mengingat peran tersebut, KKP mendorong pengelola gudang beku mengurus Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP).
Teknologi Terintegrasi
Hal senada diungkapkan Direktur Logistik Ditjen PDSPKP, Berny A Subki yang menjabarkan WMS mengintegerasikan perangkat internet of think (IoT) dan aplikasi. Gudang beku yang menerapkan WMS bisa dipantau keterisiannya secara real time sekaligus dilihat turn over ikan yang keluar-masuk baik harian, bulanan hingga tahunan.
Berny menyebut WMS juga menjadi bagian dari sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional (STELINA) "Ini yang kami kembangkan untuk memperluas trading ikan dan meningkatkan efisiensi operasional," kata Berny.
Dalam forum sosialisasi, Berny menjabarkan ada 2.110 gudang beku, khususnya untuk produk perikanan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total kapasitas mencapai 813.966 ton. Dari jumlah tersebut, saat ini baru terdata 113 gudang beku yang telah menerapkan WMS. "Tentu melalui forum ini kami mengajak pengelola gudang beku untuk menerapkan WMS dalam rangka pemanfaatan pangan biru mendukung  program prioritas Presiden RI,“ jelas Berny.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memastikan program prioritas KKP tetap berjalan seiring penerapan efisiensi anggaran tahun 2025.
Trenggono juga menegaskan sektor kelautan dan perikanan siap mendukung program hilirisasi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen. Adapun komoditas yang akan ditingkatkan produksinya antara lain udang, rumput laut, tilapia, dan tuna.
Sekedar catatan, KKP berhasil mengembangkan model hilirisasi skala Usaha Mikro Kecil (UMK) dengan melibatkan masyarakat pesisir untuk komoditas rajungan. Di Jepara, pilot project bantuan sarana pasca panen atau mini plant yang diinisiasi Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) telah memiliki kapasitas produksi hingga 50 kilogram (kg) rajungan utuh per hari.
Mini plant tersebut memproses bahan baku rajungan sebelum dijual ke unit pengolah ikan (UPI) dan diekspor ke Amerika Serikat. Dengan fasilitasi mini plant, pelaku usaha yang sekaligus anggota koperasi, dari mulanya hanya menjual rajungan segar dan rajungan rebus beralih menjual daging rajungan masak kupas. 
 

NERACA

Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sukses menggelar 16 rangkaian webinar series Ramadan terkait hilirisasi perikanan. Total 13.195 peserta yang mengikuti webinar tersebut, terdiri dari pelaku usaha, penyuluh perikanan, dan dinas perikanan provinsi hingga kabupaten kota, yang berlangsung secara daring sejak 27 Februari hingga 21 Maret 2025.

"Alhamdulillah, rangkaian kegiatan ini menunjukkan komitmen kami untuk tetap memberikan yang terbaik," terang Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikakan (Dirjen PDS), Tornanda Syaifullah di Jakarta. 

Tornanda mengungkapkan webinar series tidak hanya membahas peluang diversifikasi olahan ikan, seperti cendol rumput laut dan rolade tuna. Tetapi juga, dalam webinar series ini terdapat materi soft skill yang ditujukan untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) perikanan, seperti pengelolaan keuangan, pemasaran hingga succes story dari sesama UMKM. 

Tidak hanya itu, webinar ini juga terdapat tema terkait penguatan hilirisasi perikanan, seperti pengelolaan cold storage atau gudang beku hingga implementasi sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional (Stelina). 

"Jadi jika dirata-rata, tiap webinar ada 800-an peserta yang ikut, ini menunjukkan antusiasme peserta yang cukup tinggi," terang Tornanda. 

Melalui webinar series, Tornanda berharap para peserta, khususnya pelaku usaha memiliki tambahan bekal guna memaksimalkan peluang di sektor kelautan dan perikanan. Dia memastikan jajarannya akan menyiapkan kegiatan lain sebagai bagian dari layanan prima untuk para pemangku kepentingan. 

"Tentu kegiatan selama Ramadhan ini jadi rujukan bagi kami untuk menyiapkan rangkaian kegiatan selanjutnya yang tujuannya memperkuat UMKM perikanan kita," jelas Tornanda. 

Terkait hilirisasi perikanan, KKP ) mensosialisasikan Warehouse Management System (WMS) sebagai sistem informasi Cold Storage untuk mengetahui ketersediaan dan sebaran ikan di Indonesia.

Gudang beku begitu krusial guna menjaga ketersediaan serta mutu karena ikan sebagai perishable food atau pangan mudah rusak memerlukan penangananan khusus. Mengingat peran tersebut, KKP mendorong pengelola gudang beku mengurus Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP).

Teknologi Terintegrasi

Hal senada diungkapkan Direktur Logistik Ditjen PDSPKP, Berny A Subki yang menjabarkan WMS mengintegerasikan perangkat internet of think (IoT) dan aplikasi. Gudang beku yang menerapkan WMS bisa dipantau keterisiannya secara real time sekaligus dilihat turn over ikan yang keluar-masuk baik harian, bulanan hingga tahunan.

Berny menyebut WMS juga menjadi bagian dari sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional (STELINA) "Ini yang kami kembangkan untuk memperluas trading ikan dan meningkatkan efisiensi operasional," kata Berny.

Dalam forum sosialisasi, Berny menjabarkan ada 2.110 gudang beku, khususnya untuk produk perikanan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total kapasitas mencapai 813.966 ton. Dari jumlah tersebut, saat ini baru terdata 113 gudang beku yang telah menerapkan WMS. "Tentu melalui forum ini kami mengajak pengelola gudang beku untuk menerapkan WMS dalam rangka pemanfaatan pangan biru mendukung  program prioritas Presiden RI,“ jelas Berny.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memastikan program prioritas KKP tetap berjalan seiring penerapan efisiensi anggaran tahun 2025.

Trenggono juga menegaskan sektor kelautan dan perikanan siap mendukung program hilirisasi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen. Adapun komoditas yang akan ditingkatkan produksinya antara lain udang, rumput laut, tilapia, dan tuna.

Sekedar catatan, KKP berhasil mengembangkan model hilirisasi skala Usaha Mikro Kecil (UMK) dengan melibatkan masyarakat pesisir untuk komoditas rajungan. Di Jepara, pilot project bantuan sarana pasca panen atau mini plant yang diinisiasi Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) telah memiliki kapasitas produksi hingga 50 kilogram (kg) rajungan utuh per hari.

Mini plant tersebut memproses bahan baku rajungan sebelum dijual ke unit pengolah ikan (UPI) dan diekspor ke Amerika Serikat. Dengan fasilitasi mini plant, pelaku usaha yang sekaligus anggota koperasi, dari mulanya hanya menjual rajungan segar dan rajungan rebus beralih menjual daging rajungan masak kupas. 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Akhir Juni 2025, 80 Ribu Kopdes Selesai

Akhir Juni 2025, 80 Ribu Kopdes Selesai Jakarta – Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi menyebut pembentukan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan…

Kebijakan Relaksasi TKDN Solusi Hadapi Aturan Tarif Trump

  Kebijakan Relaksasi TKDN Solusi Hadapi Aturan Tarif Trump Jakarta – Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dalam merespons kebijakan kenaikan…

Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA

Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA Jakarta – Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso bertemu dengan Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri dan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Akhir Juni 2025, 80 Ribu Kopdes Selesai

Akhir Juni 2025, 80 Ribu Kopdes Selesai Jakarta – Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi menyebut pembentukan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan…

Kebijakan Relaksasi TKDN Solusi Hadapi Aturan Tarif Trump

  Kebijakan Relaksasi TKDN Solusi Hadapi Aturan Tarif Trump Jakarta – Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dalam merespons kebijakan kenaikan…

Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA

Percepat Penyelesaian Perundingan Indonesia-EU CEPA Jakarta – Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso bertemu dengan Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri dan…