NERACA
Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menjalankan kebijakan hilirisasi hasil hutan salah satunya melalui penciptaan produk furnitur yang inovatif dan berdaya saing.
“Selama ini, industri furnitur yang merupakan bagian dari sektor industri agro, telah memainkan peranan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2024, industri furnitur memberikan kontribusi sebesar 1,15 persen terhadap PDB (produk domestik bruto) non-migas,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika.
Pada tahun 2024, industri furnitur mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Capaian positif ini turut mendongkrak pertumbuhan sektor industri agro yang menyentuh angka 5,20 persen. Industri agro mampu memberikan andil hingga 51,81 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas.
“Sementara itu, untuk nilai ekspor furnitur (HS 9401-9403) pada periode Januari-November 2024 tercatat sebesar USD1,47 miliar atau meningkat sebesar 0,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023,” ungkap Putu.
Menurut Putu, nilai ekspor furnitur diproyeksi dapat semakin meningkat. Hal ini berdasarkan data Expert Market Research, yang menyebutkan nilai pasar furnitur global pada tahun 2024 sebesar USD660 miliar, dan diproyeksikan tumbuh 4,9 persen selama periode tahun 2025 hingga 2034.
“Meski demikian, industri furnitur Indonesia saat ini menghadapi tantangan terutama akibat kondisi geopolitik yang menyebabkan terhambatnya logistik pengiriman ekspor,” ujar Putu. Tantangan lainnya, yakni isu kebijakan kelestarian lingkungan di negara tujuan ekspor, misalnya The European Union Deforestation Regulation (EUDR) serta meningkatnya impor furnitur, terutama furnitur logam dan plastik menjadi pesaing bagi industri furnitur berbasis kayu untuk berkembang.
Oleh sebab itu, Kemenperin telah menyusun lima strategi dalam upaya penguasaan pasar serta menanggapi tren industri furnitur saat ini. Lima strategi tersebut, yakni memfasilitasi ketersediaan bahan baku, memfasilitasi ketersediaan SDM terampil, memfasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, serta memfasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.
“Terkait dengan strategi pertama, yaitu fasilitasi ketersediaan bahan baku, Kemenperin akan melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk meningkatkan penyediaan akses sehingga tercapai pola rantai pasok bahan baku furnitur ideal melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur,” jelas Putu.
Mengenai fasilitasi ketersediaan SDM terampil, Kemenperin telah mendirikan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal, yang memiliki tiga program studi, yaitu Teknik Produksi Furnitur, Desain Furnitur, dan Manajemen Bisnis Industri Furnitur. “Keberadaan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal ini dapat menghasilkan SDM furnitur dan pengolahan kayu yang terampil, siap pakai, dan berdaya saing,” ujar Putu.
Selanjutnya, dalam rangka fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, Kemenperin telah memfasilitasi keikutsertaan pelaku industri dalam pameran furnitur internasional. Pada tahun 2024, Kemenperin memfasilitasi enam perusahaan furnitur kolaborator Program Pengembangan Konsep Desain Industri Furnitur pada pameran furnitur internasional Index Plus New Delhi di India.
Strategi keempat adalah menjalankan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Pengolahan Kayu yang telah berlangsung selama tiga tahun sejak tahun 2022 untuk memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk. Sebanyak 33 perusahaan industri pengolahan kayu (termasuk furnitur kayu) telah terfasilitasi, dengan total nilai reimburse sebesar Rp20,6 miliar.
Adapun Untuk menciptakan iklim berusaha yang kondusif bagi pelaku industri furnitur, pemerintah memberi fasilitas insentif perpajakan (tax allowance, tax holiday, super deduction tax), preferensi tarif, ketentuan lartas, serta kemudahan prosedur ekspor produk jadi dan impor bahan baku atau bahan penolong.
Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur menyampaikan, pihaknya optimistis industri furnitur nasional akan terus tumbuh, dengan target ekspor mencapai USD6 miliar atau setara Rp98 triliun pada tahun 2030. “Salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengembangkan pasar adalah melalui pameran IFEX pada Maret 2025,” pungkas Abdul.
Berikan pelayanan yang optimal, PT JIO Distribusi Indonesia yang membawa merek otomotif BAIC Indonesia menawarkan berbagai fasilitas layanan kepada konsumennya.…
BAIC Indonesia berkolaborasi dengan DEXC Racing Team, mendapatkan kesempatan menjadi partner sebagai kendaraan balap menuju ke kejuaraan Internasional AXCR (Asia…
NERACA Jakarta - PT.Tribhakti Inspektama menggelar pembukaan pelayanan Verifikasi dan Penelusuran Teknis Impor (VPTI) yang merupakan penugasan dari Kementerian Perdagangan…
Berikan pelayanan yang optimal, PT JIO Distribusi Indonesia yang membawa merek otomotif BAIC Indonesia menawarkan berbagai fasilitas layanan kepada konsumennya.…
BAIC Indonesia berkolaborasi dengan DEXC Racing Team, mendapatkan kesempatan menjadi partner sebagai kendaraan balap menuju ke kejuaraan Internasional AXCR (Asia…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menjalankan kebijakan hilirisasi hasil hutan salah satunya melalui penciptaan produk furnitur yang inovatif…