NERACA
Jakarta – Pada Januari 2025, impor Indonesia tercatat sebesar USD18,00 miliar. Nilai ini turun 15,18 persen dibandingkan Desember 2024 (MoM) dan turun 2,67 persen dibandingkan Januari 2024 (YoY). Bila dibandingkan secara bulanan dengan Desember 2024, penurunan impor Januari 2025 terjadi pada sektor nonmigas sebesar 13,43 persen dan migas sebesar 24,69 persen (MoM). Secara tahunan, baik impor nonmigas maupun migas turun masing-masing 1,76 persen dan 7,99 persen (YoY).
Menteri Perdagangan, Budi Santoso memaparkan, kinerja impor Januari 2025 masih didominasi bahan baku dan penolong dengan pangsa 72,43 persen, diikuti barang modal 18,43 persen, dan barang konsumsi 9,14 persen.
“Pada Januari 2025, hanya impor barang modal yang meningkat secara tahunan sebesar 1,74 persen (YoY). Di sisi lain, impor barang konsumsi turun 7,16 persen serta bahan baku dan penolong turun 3,15 persen (YoY),” ungkap Menteri Perdagangan, Budi Santoso.
Barang modal yang impornya naik signifikan, antara lain, mesin moulding, oven, elevator dan konveyor pneumatik, tank, dan komponen ponsel.
Sementara itu, impor bahan baku dan penolong yang turun paling dalam adalah jagung, bijih besi, ban, besi atau baja bukan paduan setengah jadi, dan broken riceuntuk pakan ternak. Kemudian, impor barang konsumsi yang juga turun adalah beras, pendingin ruangan, popok dan pad, mentega, dan bensin.
Beberapa produk impor nonmigas dengan kenaikan signifikan secara tahunan pada Januari 2025 ini, antara lain, kapal, perahu, dan struktur terapung (HS 89) yang naik 430,72 persen; kakao dan olahannya (HS 18) 315,66 persen; garam, belerang, batu, dan semen (HS 25) 88,71 persen; pupuk (HS 31) 69,47 persen; dan bahan kimia anorganik (HS 28) 50,75 persen (YoY).
Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan AS dengan total pangsa 53,20 persen dari total impor nonmigas Januari 2025. Beberapa negara asal impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi secara tahunan di antaranya adalah Ekuador yang naik 565,04 persen, Uni Emirat Arab 65,75 persen, Hongkong 62,19 persen, Argentina 59,24 persen dan Inggris 33,68 persen (YoY).
Sebelumnya, pada tahun 2024, total impor Indonesia tercatat sebesar USD233,66 miliar. Nilai ini naik 5,31 persen dibanding periode yang sama pada 2023. Kenaikan ini terutama didorong kenaikan impor nonmigas sebesar 6,09 persen dan migas sebesar 1,24 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2023.
Tahun 2024, seluruh impor golongan penggunaan barang meningkat. Impor barang konsumsi naik paling signifikan sebesar 5,37 persen, diikuti kenaikan impor barang modal sebesar 5,34 persen dan bahan baku/penolong 5,29 persen (CtC).
Beberapa produk impor nonmigas dengan kenaikan signifikan pada 2024, antara lain, logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) 70,94 persen;kakao dan olahannya (HS 18) 48,81 persen; bahan kimia anorganik (HS 28) 22,93 persen; kain rajutan (HS 60) 17,41 persen; dan perangkat optik, fotografi, sinematografi (HS 90) 16,56 persen (CtC).
Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Australia dengan total pangsa 48,69 persen dari total impor nonmigas pada 2024. Beberapa asal impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada 2024, antara lain, Myanmar 280,90 persen, Pakistan 100,97 persen, Swedia 34,47 persen, Filipina 23,97 persen, dan Hongkong 22,97 persen (CtC).
Sementara itu, khusus Desember2024, impor Indonesia tercatat sebesar USD21,22miliar atau naik 8,10 persen dibandingkan November 2024 (MoM). Nilai ini juga naik 11,07 persen dibandingkan Desember 2023 (YoY). Kenaikan impor Desember 2024 (MoM) terjadi baik pada sektor nonmigas sebesar 5,06 persen maupun pada migas sebesar 28,26 persen dari November 2024.
“Impor naik seiring dengan tengah tumbuhnya industri manufaktur. Indikator Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia periode Desember 2024 masih berada di zona ekspansif sebesar 51,20 persen. Selain itu, ada perbaikan kondisi pasar domestik yang ditandai dengan peningkatan indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menjadi 127,7 poin di penghujung 2024,” ungkap Budi.
Sementara itu, berdasarkan catatan akhir tahun Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Desember 2024 masih bertahan pada posisi ekspansi, yaitu sebesar 52,93. Angka tersebut turun 0,02 poin dibandingkan dengan bulan November 2024 dan meningkat 1,61 poin dibandingkan dengan Desember 2023. Namun turunya angka tersebut tanpa sebab, turunnya IKI pada bulan Desember 2024 dikarenakan banjirnya impor.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan, “posisi IKI bulan Desember ini ditopang oleh terjadinya ekspansi 19 subsektor dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Industri Manufaktur Nonmigas Triwulan II 2024 sebesar 90,5 persen.”
NERACA Jakarta – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menggandeng Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) untuk memperkuat pengamanan…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak para breeder agar dapat menjaga kualitas ikan koi yang dihasilkan agar…
NERACA Jakarta - PT.Tribhakti Inspektama menggelar pembukaan pelayanan Verifikasi dan Penelusuran Teknis Impor (VPTI) yang merupakan penugasan dari Kementerian Perdagangan…
NERACA Jakarta – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menggandeng Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) untuk memperkuat pengamanan…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak para breeder agar dapat menjaga kualitas ikan koi yang dihasilkan agar…
NERACA Jakarta – Pada Januari 2025, impor Indonesia tercatat sebesar USD18,00 miliar. Nilai ini turun 15,18 persen dibandingkan Desember 2024…