NERACA
Jakarta – Kemenangan Indonesia dalam sengketa minyak kelapa sawit di The World Trade Oganization (WTO) diharapkan memberikan dampak positif bagi kesejateraan daerah, khususnya pertumbuhan ekonomi daerah dan masyarakat desa. "Khususnya bagi pemerintah daerah yang selama ini hanya mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari hasil perkebunan sawit," kata kata anggota Komisi II DPR RI, Ahmad Irawan,atau biasa disapa Wawan di Jakarta.
Lebih jauh Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR itu menambahkan bahwa Pemda bisa semakin menggenjot produksi CPO dan sawit guna mendongkrak pendapatan. Hal ini karena UE dianggap melakukan diskriminatif.
"Akses kita terhadap pasar di Eropa semoga bisa diimbangi dengan kemampuan untuk menambah produktivitas dan produksi sawit," papar Wawan.
Menurut Wawan-sapaan akrabnya, bahwa perekonomian daerah penghasil sawit akan meningkat. Selain itu, lapangan kerja juga akan bertambah. "Kemenangan dalam sengketa juga diharapkan bisa jadi pengungkit pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)," ujar Wawan.
Dalam kesempatan itu, Wawan mengaku senang mendengar pemerintah memenangkan sengketa tersebut. Apalagi, kemenangan tersebut sesuai dengan keinginan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kapasitas dan potensi hasil sawit. "Kami yakin masyarakat di daerah yang jumlahnya sangat banyak atau sekitar 2,4 juta petani swadaya dan sekitar 16 juta tenaga kerja - menyambut positif putusan sengketa ini. Ini juga sesuai keinginan Presiden Prabowo mengenai sawit untuk kesejahteraan rakyat," imbuh Wawan.
Politikus Partai Golkar itu berharap, pemerintah dan pemerintah daerah segera menyiapkan kebijakan. Selain itu, menyediakan infrastruktur pendukung untuk mengoptimalkan peluang atas kemenangan dalam sengketa tersebut.
Sebelumnya, Indonesia menang sengketa di Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) melawan Uni Eropa terhadap minyak kelapa sawit Indonesia. WTO memutuskan bahwa kebijakan Uni Eropa, khususnya dalam Renewable Energy Directive (RED), terbukti tidak adil dan merugikan minyak sawit dan biofuel asal Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kemenangan itu sebagai bukti Indonesia tidak bersalah. “Kemarin kita menang di WTO untuk kelapa sawit. Ini membuktikan bahwa dalam kasus kelapa sawit dan biodiesel, Uni Eropa melakukan diskriminasi terhadap Indonesia. Kemenangan ini adalah bukti bahwa kita bisa melawan dan kita bisa menang,” kata Airlangga. (yin)
Dalam putusannya, WTO menyoroti bahwa Uni Eropa tidak melakukan evaluasi yang tepat atas data yang digunakan untuk menetapkan biofuel dari alih fungsi lahan kelapa sawit sebagai risiko tinggi (high ILUC-risk). Selain itu, WTO menemukan kelemahan dalam kriteria dan prosedur sertifikasi risiko rendah (low ILUC-risk) yang diterapkan Uni Eropa.
Kebijakan insentif pajak Prancis melalui The French TIRIB juga dinyatakan diskriminatif. Prancis hanya memberikan insentif pajak bagi biofuel berbasis rapeseed dan soybean, sementara mengecualikan biofuel berbasis kelapa sawit.
Keputusan ini bersifat mengikat dan akan diadopsi dalam waktu 60 hari. Uni Eropa diminta untuk dapat menyesuaikan kebijakan dalam Delegated Regulation terkait hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan dari WTO..
Lebih lanjut, Airlangga juga menyebutkan bahwa keputusan tersebut tentu akan berdampak pada kebijakan yang diambil Uni Eropa yakni European Union Deforestation Regulation (EUDR), dimana sebelumnya Uni Eropa secara resmi mengadopsi proposal penundaan implementasi EUDR selama 1 tahun hingga 30 Desember 2025 mendatang yang mengindikasi ketidaksiapan Uni Eropa.
Keputusan WTO tersebut tentu tambahan kekuatan bagi Indonesia yang tengah berupaya menentang kebijakan EUDR. Indonesia akan terus menentang kebijakan yang bersifat diskriminatif dan tidak pro rakyat, terlebih mempertimbangkan terdapat lebih dari 41% penggarap kebun kelapa sawit di Indonesia merupakan pekebun rakyat.
Selain itu, Menko Airlangga juga menyebutkan bahwa momen ini dapat memberikan kesempatan bagi Indonesia dan Malaysia untuk kian memperkuat strategi implementasi agar komoditas sawit tidak mengalami diskriminasi kembali.
“Dengan kemenangan ini, saya berharap bahwa cloud ataupun yang selama ini menghantui perundingan IEU-CEPA ini bisa hilang dan dan kita bisa segera selesaikan IEU-CEPA,” pungkas Menko Airlangga.
NERACA Sumedang – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi negara maju, negara industri yang menguasai teknologi…
NERACA Batam – Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza melakukan kunjungan kerja ke PT Sat Nusapersada di Batam, Kepulauan Riau.…
Jakarta – Sebagai salah satu industri prioritas nasional (sesuai Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri…
NERACA Jakarta – Kemenangan Indonesia dalam sengketa minyak kelapa sawit di The World Trade Oganization (WTO) diharapkan memberikan dampak positif bagi kesejateraan…
NERACA Sumedang – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi negara maju, negara industri yang menguasai teknologi…
NERACA Batam – Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza melakukan kunjungan kerja ke PT Sat Nusapersada di Batam, Kepulauan Riau.…