NERACA
Jakarta – Pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) resmi dibuka di Jakarta, Indonesia. Acara ini diselenggarakan secara hybrid, dengan delegasi dari Indonesia, Malaysia, dan Honduras sebagai tuan rumah acara, serta negara-negara pengamat dan tamu dari seluruh dunia yang berpartisipasi secara online maupun offline.
Dalam kesempatan tersebut, Plt. Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Heru Tri Widarto, menegaskan pentingnya sektor kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia dan dunia. “Kelapa sawit bukan hanya komoditas penting bagi Indonesia, tetapi juga memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan energi global dan menciptakan lapangan kerja yang besar, terutama di negara-negara produsen sawit,” ujar Heru.
Deputi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Indonesia, Dida Gardera yang bertindak sebagai Ketua Delegasi Indonesia, menyampaikan pentingnya peran kelapa sawit bagi Indonesia. “Kelapa sawit adalah komoditas strategis yang mendukung ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi industri di Indonesia. Kami berkomitmen untuk terus mempercepat program biodiesel B35 dan mengarah ke B40 pada 2025, serta mengembangkan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dari produk sawit,” ujar Dida.
Delegasi Indonesia juga menyoroti perluasan keanggotaan CPOPC dan mendukung aksesi negara-negara pengamat seperti Kolombia, Ghana, dan Papua Nugini untuk menjadi anggota penuh. “Kami mengajak negara-negara pengamat untuk mempercepat proses aksesi mereka, dan kami menyambut baik Nigeria yang telah mengajukan permohonan untuk menjadi anggota CPOPC,” jelas Dida.
Selain itu, delegasi Indonesia juga menyampaikan harapan agar Sekretariat CPOPC dapat menganalisis tantangan global yang dihadapi sektor kelapa sawit, terutama terkait dengan isu lingkungan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. “Kami berharap CPOPC dapat mengidentifikasi tantangan-tantangan tersebut dan memberikan rekomendasi berbasis riset untuk mengatasi masalah ini,” tambah Dida.
Dida juga mengungkapkan keprihatinan terhadap ketidakpastian global yang mempengaruhi pasar minyak sawit, termasuk implementasi peraturan European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang berdampak pada penerimaan minyak sawit di pasar Eropa. “Penundaan yang diusulkan selama 12 bulan ini memberi kesempatan bagi negara-negara produsen minyak sawit untuk memperkuat upaya agar produk kita diterima di pasar global,” kata Dida.
Sektor kelapa sawit juga menghadapi tantangan lain, seperti isu-isu terkait dengan kesehatan dan ketenagakerjaan. Indonesia menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara untuk mengatasi masalah ini melalui kampanye berbasis bukti dan ilmiah.
Indonesia juga mendorong CPOPC untuk lebih aktif dalam mendiseminasikan hasil penelitian ilmiah yang mendukung kampanye positif mengenai kelapa sawit. “Kami berharap hasil penelitian tentang kelapa sawit dapat disebarkan lebih luas, termasuk melalui publikasi di jurnal internasional terakreditasi,” ujar Dida.
Selain itu, Indonesia juga mengajak semua pihak untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menyebarluaskan pesan-pesan positif tentang peran kelapa sawit dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). “Penting untuk melibatkan generasi muda dalam mendorong inovasi dan praktik berkelanjutan di sektor kelapa sawit,” ungkap Dida.
Dida juga mengungkapkan optimismenya mengenai masa depan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. “Kami percaya program-program yang dibuat oleh CPOPC akan membantu negara-negara penghasil minyak sawit untuk mengatasi tantangan rantai pasokan dan memberikan kontribusi positif terhadap pemulihan global yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Dida.
Pertemuan SOM CPOPC ke-28 ini diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah konkret dalam mengatasi tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit dan memperkuat posisi sektor ini di pasar global.
Lebih lanjut, dalam CPOPC Menteri Kordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto mengatakan pertemuan tingkat menteri ini memperkuat kemitraan negara-negara penghasil minyak sawit terbesar. Menteri Airlangga juga menyatakan strategi kolaboratif antara Indonesia dengan Malaysia dan Honduras guna memperluas pasar sawit.
“Kerja sama yang lebih erat antara Indonesia, Malaysia, dan Honduras adalah langkah strategis untuk memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, memperluas pasar sawit, dan mendukung keberlanjutan industri sawit di tingkat global,” jelas Airlangga
NERACA Jakarta – Pada periode Desember 2024, sebagian komoditas produk pertambangan yang dikenakan Bea Keluar (BK) turun harga setelah sempat…
NERACA Jakarta – Di tengah situasi global yang tidak menentu, industri otomotif Indonesia tetap menunjukkan angka pertumbuhan yang luar biasa.…
NERACA Jakarta – Menjelang akhir tahun 2024, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia masih menunjukkan posisi kontraksi pada November ini,…
NERACA Jakarta – Pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) resmi dibuka di Jakarta, Indonesia.…
NERACA Jakarta – Pada periode Desember 2024, sebagian komoditas produk pertambangan yang dikenakan Bea Keluar (BK) turun harga setelah sempat…
NERACA Jakarta – Di tengah situasi global yang tidak menentu, industri otomotif Indonesia tetap menunjukkan angka pertumbuhan yang luar biasa.…