NERACA
Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyambut baik terpilihnya Jakarta sebagai tuan rumah penyelenggaraan pameran makanan dan minuman (mamin) terbesar di dunia, yaitu SIAL Interfood ke-25 pada tahun ini. Pemilihan ini membuktikan adanya pengakuan dunia terhadap potensi industri mamin Indonesia. Pameran SIAL Interfood ke-25 akan berlangsung pada 13—16 November 2024 di Jakarta.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Mardyana Listyowati mengungkapkan, ”tiga program utama Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam lima tahun ke depan, yaitu penguatan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor, dan peningkatan UMKM BISA ekspor”.
Mardyana pun menjelaskan, “BISA ekspor itu artinya Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor. Dukungan Kemendag terhadap suksesnya SIAL Interfood merupakan salah satu bentuk implementasi program-program tersebut,” ungkap Mardyana.
Mardyana menambahkan, penyelenggaraan Pameran SIAL Interfood ke-25 di Jakarta dapat mendukung kegiatan promosi dan informasi ekspor produk-produk Indonesia melalui keikutsertaan pada pameran internasional.
Menurutnya produk-produk Indonesia masih diminati dan dibutuhkan konsumen global. “Salah satunya adalah produk makanan serta minuman olahan,” kata Mardyana.
Seperti diketahui, produk mamin olahan menjadi salah satu produk ekspor unggulan Indonesia yang tumbuh 6,81 persen dalam lima tahun terakhir (2019—2023). Adapun total nilai ekspor mamin olahan Indonesia pada Januari—Agustus 2024 sebesar USD3,59 miliar, meningkat 6,48 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Produk yang paling banyak meraih pangsa pasar dunia yaituhasil laut seperti udang sebesar 6,88 persen, kepiting sebesar 7,32 persen, biskuit manis sebesar 7,13 persen, pasta sebesar 8,26 persen, serta makanan lainnya 13,07 persen.
Negara mitra dagang terbesar produk makanan olahan Indonesia adalah Amerika Serikat (AS) sebesar USD667,23 juta, Filipina sebesar USD507,76 juta, Malaysia sebesar USD294,31 juta, Tiongkok sebesar USD222,28 juta, dan Thailand sebesar USD194,15 juta.
Potensi produk unggulan tersebut perlu didukung oleh pencarian pasar yang potensial. Untuk itu, Indonesia saat ini giat mengembangkan pasar baru ke negara-negara nontradisional seperti ASEAN, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat di negara-negara nontradisional yang juga berdampak pada peningkatan daya beli menjadikan pasar tersebut peluang yang sangat menjanjikan sebagai negara tujuan ekspor produk-produk Indonesia.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kemendag Miftah Farid menambahkan, seluruh pemangku kepentingan berperan dalam memanfaatkan peluang pasar ekspor produk makanan dan minuman.
“Kinerja positif ekspor produk makanan dan minuman Indonesia dapat menjadi momentum akselerasi peningkatan ekspor, termasuk memberikan kesempatan kepada produk-produk UMKM,” ungkap Miftah.
Selain SIAL Interfood di Jakarta, SIAL Network juga menggelar pameran serupa di beberapa kota bisnis di dunia, yaitu Montreal dan Toronto di Kanada, Shanghai di Tiongkok, New Delhi di India, Paris di Prancis, Abu Dhabi di Persatuan Emirat Arab, dan Djazagro di Aljazair.
Miftah menyampaikan apresiasi kepada penyelenggara SIAL Interfood ke-25. Ia berharap, pameran ini akan mendorong perkembangan industri makanan dan minuman Indonesia, sekaligus berkontribusi dalam peningkatan ekspor nasional.
“Saya ucapkan selamat dan apresiasi kepada PT Kristamedia yang secara konsisten berperan aktif mempromosikan produk makanan dan minuman Indonesia ke pasar global. Kami harap, penyelenggaraan pameran ini dapat mendorong perkembangan industri makanan dan minuman Indonesia dan berkontribusi dalam peningkatan ekspor nasional,” jelas Miftah.
Lebih lanjut, industri makanan dan minuman (mamin) telah membuktikan perannya sebagai sektor strategis dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini tecermin pada triwulan II tahun 2024, kontribusi sektor industri mamin terhadap PDB industri nonmigas mencapai 40,33 persen.
“Pertumbuhan yang signifikan ini menunjukkan pemulihan setelah sektor mamin mengalami dampak negatif akibat pandemi Covid-19, dengan pertumbuhan positif sebesar 5,53 persen (y-o-y) pada triwulan yang sama,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika.
Tren positif di industri mamin juga terlihat dari nilai realisasi investasi di sektor industri mamin yang mencapai Rp21,47 triliun pada triwulan II tahun 2024. Hal ini menandakan bahwa pelaku industri mamin masih optimistis terhadap iklim usaha di Indonesia.
Salah satu kebijakan untuk memacu pengembangan industri mamin, telah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40 Tahun 2024 tentang Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan pada Industri Makanan dan Industri Minuman.
NERACA Baku – PT Pertamina (Persero) memperkuat bisnis rendah karbon untuk mendukung target transisi energi yang diusung oleh pemerintah Indonesia. Upaya…
NERACA Jakarta - Menteri Koperasi (MenKop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) Indonesia dalam menjalin kerja…
NERACA Bandung – Perundingan Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) ditutup dengan keberhasilan tim perunding Indonesia dan Kanada dalam menyelesaikan…
NERACA Baku – PT Pertamina (Persero) memperkuat bisnis rendah karbon untuk mendukung target transisi energi yang diusung oleh pemerintah Indonesia. Upaya…
NERACA Jakarta - Menteri Koperasi (MenKop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) Indonesia dalam menjalin kerja…
NERACA Bandung – Perundingan Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) ditutup dengan keberhasilan tim perunding Indonesia dan Kanada dalam menyelesaikan…