NERACA
Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menegaskan konsep Humanitarian Islam merupakan pengembangan dari pengalaman Indonesia dalam mengelola Keberagaman.
Pernyataan ini disampaikan saat membuka International Conference on Humanitarian Islam (ICHI) atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah pada Selasa (5/11) di Balairung Universitas Indonesia (UI), Depok.
"Humanitarian Islam merupakan wacana yang menemukan alurnya dari pengalaman Indonesia dalam menemukan jalan keluar dari berbagai perbedaan," ujar Gus Yahya, sapaannya.
Gus Yahya menjelaskan wacana Humanitarian Islam pertama kali diperkenalkan pada 2017 di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur.
"Sejak itu kami terus melakukan upaya sosialisasi kepada berbagai kalangan di komunitas agama, lingkaran pembuat kebijakan, dan akademisi di seluruh dunia," ujarnya.
Kiai asal Rembang ini menekankan Humanitarian Islam bukan konsep baru dalam ajaran Islam. Menurutnya, Islam untuk kemanusiaan melekat dalam ajaran Rasulullah SAW.
"Ini adalah pesan Ilahi yang inheren dalam ajaran Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah: Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil 'aalamiin," kata Gus Yahya.
Maka dari itu, lanjut dia, pengalaman Indonesia yang mampu mengelola keberagaman layak dibagikan kepada komunitas internasional untuk menjadi inspirasi.
Sementara itu Rektor UI Ari Kuncoro menyampaikan filsafat antar-budaya yang berkembang di Indonesia dapat menjadi contoh bagi banyak negara dalam menampilkan Islam sebagai agama yang bisa menjadi solusi konflik di ranah global.
"Dengan filsafat antar-budaya, Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukanlah ancaman melainkan solusi bagi perdamaian dunia," ujar Ari.
Ia menjelaskan berkembangnya Islam di Indonesia melalui filsafat antar-budaya yang diimplementasikan oleh Wali Songo dapat menjaga persatuan dalam keberagaman di Indonesia.
"Filsafat antar-budaya berusaha memahami dan menghargai pandangan serta nilai-nilai yang dimiliki oleh berbagai budaya yang berbeda," ujarnya.
Pembukaan konferensi ini dihadiri oleh Sekretariat Liga Muslim Dunia (MWL) Asia Tenggara Abdurrahman Al-Khayyat, perwakilan duta besar negara sahabat, beserta sejumlah menteri.
Adapun menteri yang hadir seperti Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar, Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono, Menteri BP2MI Abdul Kadir Karding, Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi, beserta sejumlah pejabat dan akademisi lainnya.
Setelah pembukaan para peserta konferensi internasional akan melangsungkan konferensi terbatas di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat. Ant
NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Noorhaidi mengingatkan bahwa pendidikan bukan hanya sekadar gelar dan…
NERACA Jakarta - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Budi Santoso menyampaikan bahwa dibutuhkan intervensi lintas sektor…
NERACA Bandarlampung - Guru Besar Institut Teknologi Sumatera (Itera) Prof Sarwono Sutikno mengatakan bahwa komputasi pervasif membuka peluang inovasi di…
NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Noorhaidi mengingatkan bahwa pendidikan bukan hanya sekadar gelar dan…
NERACA Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menegaskan konsep Humanitarian Islam merupakan pengembangan dari…
NERACA Jakarta - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Budi Santoso menyampaikan bahwa dibutuhkan intervensi lintas sektor…