Sektor Industri Batik Terus Didongkrak

NERACA 

Jakarta – Sektor industri batik dan produk batik terbukti memiliki resiliensi di tengah tantangan ekonomi global yang terjadi beberapa tahun terakhir. Tak hanya itu, sektor industri ini dikategorikan sebagai industri padat karya yang mampu menyerap hingga 200 ribu tenaga kerja.

Sebagai komitmen dalam menjaga daya tahan dan pertumbuhan industri batik tanah air, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) bersama dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) secara rutin menggelar perayaan Hari Batik Nasional melalui berbagai rangkaian kegiatan.

“Tahun ini perayaan Hari Batik Nasional bertajuk Bangga Berbatik untuk mendorong para perajin, pengusaha produk batik, dan masyarakat umum semakin sering membeli, menggunakan dan mempopulerkan batik di manapun dan kapanpun dalam setiap aktivitas,” ucap Direktur Jenderal IKMA, Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta.

“Dari sekian banyak pendaftar, terpilih 24 IKM peserta pameran Hari Batik yang difasilitasi oleh Ditjen IKMA untuk tampil dan memamerkan produk terbaiknya. Ada pula dua pelaku wirausaha baru IKM batik binaan Lembaga Pemasyarakatan hasil pendampingan yang juga memeriahkan pameran ini. Para peserta terpilih ini mewakili 9 (sembilan) provinsi di Indonesia,” kata Reni.

Sebagai rangkaian acara Hari Batik Nasional 2024, Ditjen IKMA juga turut melaksanakan fasilitasi pendampingan dalam rangka proses permohonan pelindungan Indikasi Geografis (IG) Batik Tulis Tenun Gedhog Tuban. Batik Tulis Tenun Gedhog Tuban ini kemudian telah ditetapkan sebagai ikon Hari Batik Nasional 2024.

Batik Gedhog Tuban dianggap sebagai warisan budaya komunal yang menampilkan akulturasi budaya masyarakat pesisir Tuban dengan budaya Tiongkok yang memiliki ciri khas motif burung Phoenix. Proses pembuatan batik pun masih menggunakan alat tenun gedog sederhana dengan bahan baku benang katun dari pintalan kapas.

Selain fasilitasi IG untuk Tenun Gedhog Tuban, Ditjen IKMA juga telah menggelar focus group discussion (FGD) Batik Berkelanjutan dengan topik Rantai Pasok Industri Batik dan Motif Batik pada 21 Mei lalu.

Reni menyampaikan, Ditjen IKMA terus mendorong pengembangan industri batik melalui pelatihan dan pendampingan teknis lantaran sektor industri ini memiliki potensi pasar ekspor yang bisa dimaksimalkan. Menurut Reni, batik sebagai pakaian maupun aksesoris, produk kerajinan, dan dekorasi rumah, semakin menjadi tren di berbagai kalangan karena semakin fleksibel digunakan.

‘’Potensi pasar ekspor batik dan produk batik cukup menjanjikan, terlihat dari capaian nilai ekspor batik dan produknya sepanjang tahun 2023 yang mencapai US$ 17,5 juta. Sedangkan semester pertama tahun ini saja sudah mencapai US$ 9,45 juta berdasarkan hitungan BPS,” ungkap Reni.

Tak hanya mengembangkan kemampuan perajin batik dan produsen produk batik yang telah ada, lanjut Reni, tim Ditjen IKMA juga memberikan pendampingan teknis produksi batik kepada 25 warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang Jakarta Timur, demi menumbuhkan wirausaha baru di sektor industri batik.

Lebih lanjut, industri batik memiliki peranan yang amat penting bagi perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2022, nilai ekspor batik dan produk batik menembus angka USD64,56 juta atau meningkat 30,1 persen dibanding capaian tahun 2021. Sementara itu, pada periode Januari-April 2023, nilai ekspor batik dan produk batik sebesar USD26,7 juta, dan ditargetkan dapat menyentuh hingga USD100 juta selama tahun 2023.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, industri batik juga merupakan sektor padat karya yang telah menyerap tenaga kerja hingga jutaan orang. Artinya, sektor industri batik ini telah memberikan kehidupan dan penghasilan bagi jutaan rakyat Indonesia.

Kemenperin optimis, kinerja industri batik akan semakin tumbuh, terlebih lagi setelah lepas dari dampak pandemi Covid-19. Selain itu, sinyal positif menggeliatnya ekonomi juga diberikan oleh IMF yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2023 mencapai 3 persen, meningkat dari perkiraan sebelumnya dari proyeksi April lalu (2,8 persen). 

Oleh karenanya, lanjut Agus, dalam upaya pengembangan industri batik diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak, seperti asosiasi, pelaku usaha, desainer, akademisi, e-commerce hingga influencer untuk dapat mengembangkan, memperkenalkan serta mempromosikan potensi kekayaan batik dalam negeri.

Kemenperin gencar meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pelaku industri fesyen, khususnya para perajin batik, di tengah maraknya produk fesyen impor dan batik printing yang dijual dengan harga murah. Kemenperin juga mendampingi Industri batik dalam negeri untuk terus beradaptasi untuk dapat menguasai pasar dalam negeri maupun mancanegara

 

BERITA TERKAIT

Optimalkan P3DN untuk Majukan Industri Alat Olahraga

NERACA Jakarta – Pemerintah bertekad untuk terus mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) di berbagai sektor guna mewujudkan kemandirian…

Pemerintah Diminta Berfokus pada Lifting Migas

NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta Pemerintah dan para pemangku kepentingan di sektor…

Industri Komponen Otomotif Alami Pertumbuhan

NERACA Jakarta – Industri komponen otomotif dan aftermarket dunia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Industri ini meliputi suku cadang, aksesoris, dan…

BERITA LAINNYA DI Industri

Optimalkan P3DN untuk Majukan Industri Alat Olahraga

NERACA Jakarta – Pemerintah bertekad untuk terus mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) di berbagai sektor guna mewujudkan kemandirian…

Pemerintah Diminta Berfokus pada Lifting Migas

NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta Pemerintah dan para pemangku kepentingan di sektor…

Industri Komponen Otomotif Alami Pertumbuhan

NERACA Jakarta – Industri komponen otomotif dan aftermarket dunia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Industri ini meliputi suku cadang, aksesoris, dan…