Di era digital saat ini, anak-anak sudah sangat akrab dengan gadget sejak usia dini. Bermain game, menonton video, atau belajar melalui layar menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari. Teknologi memang memberikan banyak manfaat, namun penggunaan gadget yang berlebihan dapat membawa dampak pada kesehatan mata anak. Salah satunya adalah meningkatnya risiko gangguan penglihatan.
Sebagai orang tua, penting untuk memperhatikan kesehatan mata anak-anak sejak dini mengingat gangguan penglihatan seringkali datang tanpa gejala yang jelas.
Gangguan Penglihatan yang Sering Terjadi pada Anak-Anak
Anak-anak sangat rentan terhadap gangguan penglihatan akibat faktor genetika, lingkungan, atau kebiasaan seperti penggunaan gadget yang berlebihan. Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa di Indonesia, sebanyak 3,6 juta anak mengalami kelainan refraksi, dan jumlah ini berpotensi terus meningkat. Diperkirakan 3 dari 4 anak dengan kelainan refraksi belum mendapatkan koreksi dengan kacamata.
Berikut adalah beberapa jenis gangguan penglihatan yang umum terjadi pada anak-anak di Indonesia:
Mata anak-anak masih dalam tahap perkembangan, terutama pada usia awal kehidupan hingga usia 5-11 tahun. Pada periode ini, anatomi mata dan kemampuan melihat terus berkembang, sehingga kesehatan mata anak sangat rentan terhadap gangguan.
Jika anak-anak sering menggunakan gadget tanpa memperhatikan jarak pandang, bayangan yang masuk ke mata tidak akan jatuh tepat di retina. Hal ini dapat menyebabkan elongasi aksial (memanjangnya bola mata), yang berisiko menimbulkan kelainan refraksi seperti miopia.
Penggunaan gadget dalam waktu lama tanpa jeda dapat mempercepat risiko elongasi aksial ini, apalagi jika anak bermain dengan jarak sangat dekat. Dampaknya, kemampuan melihat buram pada jarak tertentu menjadi keluhan yang umum. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat memperburuk penglihatan anak hingga dewasa.
Gejala Gangguan Penglihatan yang Perlu Diwaspadai
Gangguan penglihatan pada anak sering kali tidak terdeteksi hingga kondisinya cukup parah. Anak-anak mungkin tidak menyadari atau tidak dapat menjelaskan masalah yang mereka alami.
Sebagai orang tua, Anda perlu waspada terhadap beberapa gejala berikut:
1. Sering Menyipitkan Mata
Anak yang mengalami kesulitan melihat objek yang jauh atau dekat sering menyipitkan mata untuk membantu fokus. Hal ini biasanya menandakan kelainan refraksi seperti miopia dan hipermetropia.
2. Posisi Kepala Tidak Normal
Anak yang memiliki masalah penglihatan, seperti astigmatisme, mungkin sering memiringkan kepala untuk mendapatkan penglihatan yang lebih jelas.
3. Mendekatkan Objek ke Wajah
Jika anak sering melihat layar gadget, buku, atau objek lain dari jarak yang sangat dekat, ini bisa menjadi tanda gangguan penglihatan seperti miopia.
4. Mengucek Mata Secara Berlebihan
Mata yang mudah lelah atau terasa gatal sering menjadi gejala mata kering atau gangguan lainnya. Kebiasaan mengucek mata juga dapat memperburuk kondisi tersebut.
5. Sakit Kepala atau Mata Cepat Lelah
Anak dengan kelainan refraksi sering mengalami sakit kepala setelah membaca atau menatap layar dalam waktu lama. Hal ini disebabkan oleh otot mata yang bekerja terlalu keras untuk mencoba fokus.
6. Sulit Membaca Tulisan di Papan Tulis atau Buku
Jika anak sering mengeluh tidak bisa melihat tulisan di papan tulis atau merasa buku terlihat buram, ini adalah indikasi kuat adanya kelainan refraksi.
7. Tidak Tertarik pada Aktivitas Visual
Anak-anak yang sering menghindari aktivitas seperti membaca, menggambar, atau bermain game visual mungkin mengalami masalah penglihatan yang membuat mereka tidak nyaman.
8. Mata Merah atau Berair
Mata yang sering merah atau berair bisa menjadi tanda iritasi akibat paparan sinar biru dari gadget atau adanya gangguan mata lain, seperti infeksi.
Gangguan penglihatan pada anak tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik tetapi juga perkembangan akademik dan sosial mereka. Deteksi dini melalui pemeriksaan mata rutin adalah langkah penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Mata menjadi alat vital dalam tubuh, sehingga kesehatan mata penting untuk di jaga. Apalagi di era digital saat ini, fenomena…
Puasa Ramadan tidak menjadi alasan untuk malas beraktifitas, malah sebaliknya momentum puasa Ramadan bisa tetap produktif berkarya. Maka dari itu,…
Dokter spesialis patologi klinik RS Paru Rotinsulu Frany Charisma menyebutkan, meski merupakan dua kondisi yang berbeda, publik sering keliru…
Mata menjadi alat vital dalam tubuh, sehingga kesehatan mata penting untuk di jaga. Apalagi di era digital saat ini, fenomena…
Puasa Ramadan tidak menjadi alasan untuk malas beraktifitas, malah sebaliknya momentum puasa Ramadan bisa tetap produktif berkarya. Maka dari itu,…
Dokter spesialis patologi klinik RS Paru Rotinsulu Frany Charisma menyebutkan, meski merupakan dua kondisi yang berbeda, publik sering keliru…