NERACA
Jakarta – Kolaborasi antara pemerintah, pemasok barang, dan peritelmerupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih, tantangan yang kini dihadapi di sektor ritel semakin beragam dan kompleks.Dengan kolaborasi yang solid, setiap tantangan yang muncul diyakini akan lebih mudah diatasi.
Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti mengungkapkan selain sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi, sektor ritel turut menciptakan lapangan kerja dan mendorong inovasi iklim usaha. Oleh karenanya, kebersamaan di antara pelaku industri ritel, asosiasi pemasok, dan pemerintah sangat diperlukan karena tantangan yang dihadapi oleh sektor ritel semakin kompleks,” ujar Roro, saat menghadiri kegiatan Musyawarah Nasional Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI).
Lebih lanjut Roro menjelaskan, kontribusi yang dilakukan para peritel dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa dilakukan oleh peritel sendiri. Mereka membutuhkan dukungan dari para mitra bisnisnya, terutama para pemasok barang.Pemasokdan peritel, dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Keduanya saling membutuhkan untuk menjalankan kegiatan usahanya. Oleh karena itu, dalam menjalin hubungan kerjasama dengan mitra bisnis, para pelaku usaha diharapkan dapat menerapkan prinsip saling membutuhkan, saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling mempercayai guna menjaga keberlangsungan usahanya.
"Kementerian Perdagangan (Kemendag) berharap AP3MI yang beranggotakan para pemasok dapat mendukung peritel dalam upaya meningkatkan konsumsi masyarakat melalui penyediaan pasokan barang yang berkualitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," imbuh Roro.
Pemerintah menyadari bahwa pemasok dan peritel telah menjadi bagian dari laju dan perputaran roda perekonomian Indonesia. AP3MI diharapkan dapat erus berperan dan memberikan kontribusi dalam memajukan ekonomi Indonesia.
“Pemerintah selalu siap menjalin komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam industri ritel guna membahas berbagai iklim usaha ritel, khususnya hubungan antara peritel dan pemasok. Besar harapan kami, AP3MI dapat terus berperan dan berpartisipasi dalam memberikan masukan kepada Kementerian Perdagangan agar tercipta iklim usaha yang makin kondusif di Indonesia,” jelas Roro.
Tidak hanya itu, terus mendorong penguatan kemitraan strategis antara pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), seperti toko kelontong tradisional, dengan pelaku usaha grosir ritel modern seperti mini market. Hal ini penting guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berdampak kepada ekonomi nasional.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan, toko kelontong tradisional merupakan salah satu bentuk UMKM yang mendukung kekuatan ekonomi rakyat paling riil. UMKM berpotensi memberikan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan ekonomi nasional.
“Pemerintah berkomitmen meningkatkan kemitraan UMKM dengan pelaku usaha besar. UMKM, khususnya toko kelontong tradisional, memilki jumlah yang cukup besar,yakni mencapai 90 persen dari ritel di Indonesia. UMKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 97 persen. Jadi, kedua pihak harus saling bekerja sama saling menguntungkan,” ujar Budi.
Budi memaparkan, toko kelontong tradisional berpotensi memberikan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan ekonomi nasional. Berdasarkan data Eruromonitor pada 2022, toko kelontong tradisional menjadi ritel yang paling banyak jumlahnya di Indonesia.
Pada tahun tersebut, jumlah toko kelontong tercatat sebanyak 3,94 juta atau setara dengan 98,78 persen dari seluruh ritel di Indonesia.
Budi mengimbau pelaku usaha besar untuk memperluas cakupan kemitraan dengan UMKM. Cakupan kemitraan tersebut bukan hanya dalam hal penyediaan pasokan barang, tetapi juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan terkait manajemen ritel yang baik kepada warung UMKM yang menjadi mitra.
Selain itu, pelaku usaha besar perlu bekerja sama dengan UMKM produksi agar terus tumbuh. “Kalau jalur distribusi tumbuh, UMKM produksi juga akan tumbuh. Jadi, kemitraan bukan hanya dengan UMKM ritel, tetapi juga UMKM produksi sehingga mampu mendukung industri dalam negeri,” tambah Budi.
Kemendag berkomitmen meningkatkan ekspor para pelaku UMKM melalui program UMKM BISA (Berani Inovasi, Siap Adaptasi) Ekspor. UMKM BISA Ekspor merupakan salah satu program prioritas Kemendag.
Tidak hanya itu, sebelumnya Kemendag melalui Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri (P3DN) Kemendag memfasilitasi pelatihan pada Program UMKM Jadi Go Digital (JAGO) bagi para pelaku UMKM.
NERACA Jakarta – Pemerintah memastikan hasil panen gabah petani akan dibeli sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500/kilogram (kg) tanpa…
NERACA Medan – Dalam rapat koordinasi (Rakor), Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa swasembada pangan dapat menghemat devisa. Seperti diketahui…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel sebanyak 453 ton bahan baku pakan ikan impor tak sesuai peruntukan…
NERACA Jakarta – Pemerintah memastikan hasil panen gabah petani akan dibeli sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500/kilogram (kg) tanpa…
NERACA Medan – Dalam rapat koordinasi (Rakor), Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa swasembada pangan dapat menghemat devisa. Seperti diketahui…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel sebanyak 453 ton bahan baku pakan ikan impor tak sesuai peruntukan…