NERACA
Sukabumi - Semen merupakan pondasi utama dalam berbagai proyek pembangunan, yang menjadikannya salah satu bahan bangunan dengan permintaan yang terus meningkat. Namun, proses produksi semen serta permintaan yang besar menghasilkan jejak emisi karbon yang signifikan, berpotensi memberikan dampak jangka panjang terhadap perubahan iklim.
Secara global, produksi semen menyumbang 1,6 miliar ton metrik karbon dioksida (COâ‚‚), atau sekitar 8% dari total emisi karbon dioksida. Proses produksi semen yang bergantung pada penggunaan bahan bakar fosil dalam jumlah besar, menjadi salah satu penyumbang utama emisi karbon. Dalam upaya mengatasi tantangan ini, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 31,89%, dengan kemampuan sendiri melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).
Sebagai pemimpin bisnis regional yang berkomitmen kuat terhadap keberlanjutan, SCG terus berupaya menghadirkan inovasi dalam industri material infrastruktur, guna mendukung pengurangan emisi karbon. Komitmen ini juga tercermin dalam bisnis semen, di mana SCG telah meluncurkan berbagai terobosan baru dalam produk-produk semen yang dihasilkan.
SCG, melalui anak perusahaannya, PT Semen Jawa, telah menginisiasi empat strategi dalam Roadmap Decarbonization jangka pendek, sebagai langkah nyata untuk mengurangi dampak lingkungan dari proses operasi produksi semen, serta mewujudkan tercapainya net-zero emissions pada tahun 2050.
Empat Strategi Roadmap Decarbonization tersebut. Yakni, memaksimalkan penggunaan bahan bakar alternatif serta menerapkan berbagai teknologi untuk mengoptimalkan proses produksi.
Hingga saat ini, penggunaan bahan bakar alternatif berhasil menggantikan sekitar 20% dari total penggunaan bahan bakar fosil. Kedepannya, penggunaan bahan bakar alternatif akan ditingkatkan menjadi 70% pada tahun 2030. Kedua, mengembangkan produk eco-friendly, yaitu mengurangi faktor klinker dengan meningkatkan penggunaan supplementary cementitious materials (SMCs) berkualitas tinggi, untuk menghasilkan semen dengan emisi karbon dioksida (COâ‚‚) yang lebih rendah. Kemudian, integrasi green energy, yaitu, memasang panel surya yang mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 2,000 megawatt-jam per tahun, untuk mengurangi penggunaan jaringan listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, dan yang keempat peningkatan teknologi, dimana melakukan pengoptimalan proses pemulihan panas dalam pabrik, menangkap panas terbuang, dan mengubahnya menjadi energi yang dapat digunakan. Mempelajari dan mengembangkan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk mencapai target net-zero emission.
Presiden Direktur PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, Peramas Wajananawat, menjelaskan SCG berkomitmen untuk terus menghadirkan inovasi baru, mulai dari sistem operasional bisnis hingga produk yang ramah lingkungan."Dengan empat strategi utama, kami berharap dapat mengurangi jejak karbon secara signifikan dalam lima tahun ke depan, sekaligus mendukung target pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK)," ujar Peramas, dalam siaran pers yang diterima Neraca, kemarin.
Ia mengatakan, SCG, bersama PT Semen Jawa, menjalankan bisnis dengan pendekatan Inclusive Green Growth yang mendorong kerja sama inklusif antara konsumen, pemasok, komunitas, dan karyawan untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat rendah karbon, guna mencapai keberlanjutan dan pertumbuhan inklusif. Dengan berlandaskan pada prinsip bisnis ESG 4 Plus, SCG berkomitmen pada empat pilar utama. Yaitu, mencapai Nol Bersih Emisi per Tahun 2050 (Set Net Zero), mewujudkan Industri Hijau (Go Green), menekan Kesenjangan Sosial (Reduce Inequality), dan merangkul Kolaborasi (Embrace Collaboration), dengan keadilan dan transparansi sebagai landasan di setiap operasinya.
Strategi ini, sambungnya, terintegrasi dalam kerangka ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) yang menjadi panduan bagi SCG dalam menyusun Roadmap Decarbonization, sebuah peta jalan yang akan membimbing bisnis semen dan beton untuk mengurangi emisi karbon dioksida (COâ‚‚) sebesar 25% pada tahun 2030.
"Kami percaya, bahwa industri semen di Indonesia tidak hanya berperan sebagai pemasok bahan bangunan, tetapi juga dapat menjadi katalisator dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Pada tahun 2050, kami menargetkan untuk mencapai net-zero emission di seluruh sistem operasi bisnis kami. Ini adalah perjalanan yang panjang, namun setiap langkah yang diambil akan membawa kita semakin dekat kepada masa depan yang lebih berkelanjutan," pungkasnya. Arya
NERACA Depok - Sukses berhasil dalam bidang ekonomi, juga banyak keberhasilan kinerja urusan wajib pemerintah Kota Depok, sejak 10 tahun…
NERACA Sukabumi - Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi, melalui Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) setempat, terus berkomitmen untuk terus…
NERACA Lampung – Ani Khoironi, atau yang akrab disapa Ani, seorang pengusaha skala rumah tangga, berhasil mengharumkan Lampung Selatan dengan…
NERACA Depok - Sukses berhasil dalam bidang ekonomi, juga banyak keberhasilan kinerja urusan wajib pemerintah Kota Depok, sejak 10 tahun…
NERACA Sukabumi - Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi, melalui Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) setempat, terus berkomitmen untuk terus…
NERACA Lampung – Ani Khoironi, atau yang akrab disapa Ani, seorang pengusaha skala rumah tangga, berhasil mengharumkan Lampung Selatan dengan…