NERACA
Jakarta - Dibesarkan di keluarga peternak sapi perah dan ikut membantu orang tua di kandang, membuat Kamaludin akhirnya tertarik juga untuk mengikuti jejak orang tuanya. Anak ke-2 dari 2 bersaudara, Kamaludin terjun ke dalam bisnis peternakan sapi keluarganya, membantu orang tua dan pamannya, dengan skema bagi hasil saat usianya masih 18 tahun.
Perjalanan Kamaludin sebagai peternak sapi perah diawali dengan dirinya yang baru saja lulus dari kursi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu Kamaludin sedang mencoba untuk mencari pekerjaan, namun karena tingkat pendidikannya yang tidak terlalu tinggi, Kamaludin sempat kesulitan untuk mencari pekerjaan. Sampai akhirnya ia melihat usaha yang dijalankan orang tua nya, Kamaludin berpikir bahwa usaha ini dapat membuahkan hasil untuk dirinya dan keluarganya. Pada saat itu Kamaludin mulai membantu usaha orang tua nya dari hal-hal kecil seperti memotong rumput, membersihkan kendang, memberi makan sapi, dan sebagainya.
Setelah menjalani nya selama beberapa waktu, orang tua dari Kamaludin merasa bahwa dirinya telah siap untuk melanjutkan usaha mereka, sehingga usaha sapi perah ini diwariskan kepada Kamaludin. Pada awalnya, Kamaludin tidak memiliki sapi perah yang banyak, karena orang tua nya pada saat itu hanya mewariskan 2 ekor saja kepada dirinya. Mengetahui hal ini tidak cukup untuk membuat usahanya maju, Kamaludin mengajukan pinjaman kepada bank untuk bisa membeli 3 ekor sapi perah yang sehat dan segar.
“Meskipun waktu itu saya belum memiliki peternakan sendiri, saya sangat bangga menjadi peternak sapi perah. Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya saya bisa memiliki sapi perah sendiri, dan meyakinkan saya bahwa menjadi seorang peternak adalah hal yang saya inginkan. Semangat itu terus tumbuh hingga hari ini,” ucap pria 37 tahun itu.
Setelah beberapa tahun menggeluti bidang ini, Kamaludin berkesempatan untuk mengikuti program Dairy Village yang diadakan oleh PT Frisian Flag Indonesia bermitra dengan Koperasi KPSBU Lembang pada tahun 2016. Setelah melewati beberapa proses seleksi, diantara 200 lebih peserta yang mendaftar, Kamaludin terpilih menjadi salah satu dari 5 peserta terpilih untuk bergabung di program Dairy Village.
Setelah menunggu selama 2 tahun, Kamaludin akhirnya bergabung ke dalam program Dairy Village pada tahun 2018 yang mendapatkan pelajaran berharga dari peternak-peternak sapi perah sukses dari Belanda. Lewat program ini Kamaludin belajar menerapkan good dairy farming practices di peternakannya dan akhirnya membuat pendapatannya meningkat.
Kamaludin mengatakan bahwa dalam program Dairy Village, mereka mengikuti sejumlah pelatihan dan lokakarya. Beberapa peternak Belanda yang sukses didatangkan langsung dari negaranya untuk berbagi ilmu mengenai good dairy farming practices. Hal itu, kata Kamaludin, telah membuka pola pikir dan membantu mereka membangun kebiasaan dan rutinitas baru yang lebih baik, yang berdampak besar pada kualitas dan produktivitas.
“Secara pribadi, selain peningkatan pendapatan, di Dairy Village, cara berpikir dan bekerja kami berkembang, karena kami bekerja sebagai tim, semua dilakukan bersama-sama,” ucap Kamaludin.
Project Dairy Village, yang diinisiasi pada 2016, mengembangkan desa sebagai ‘hub’ yang berisi 5-10 peternak beserta sapi-sapi mereka, bergabung di satu lokasi, untuk meningkatkan skala ekonomi dan memanfaatkan lahan yang tersedia secara efisien. ‘Hub’ atau desa ini akan memberikan layanan konsultasi profesional kepada para peternak sekaligus bertindak sebagai tempat pengumpulan susu dengan unit pendingin, di mana kualitas susu akan diuji dan susu akan didinginkan.
Di Dairy Village semua kegiatan dimonitor dengan baik bersama, begitu juga dengan hasilnya dievaluasi bersama. “Melalui diskusi, kami tidak hanya menemukan masalah, tetapi juga mendapatkan solusi bersama,” ucap Kamaludin.
Selama tujuh tahun terlibat di Dairy Village, Kamaludin mengatakan telah mendapatkan banyak pelajaran yang tidak dimiliki sebelumnya. Seperti pelajaran sederhana tentang kesehatan sapi perah, cara memberi makan yang tepat, dan cara pengambilan sampel yang benar di mana sebelumnya, karena bekerja sendiri, dia sering merasa tidak yakin apakah sudah melakukannya dengan benar atau tidak. Melalui Dairy Village mereka akhirnya memahami pentingnya memerah susu dengan cara yang benar sesuai standar, termasuk mengukur hasil dan pemantauan bakteri.
Kamaludin bersemangat untuk melanjutkan kiprahnya di Dairy Village dan menurutnya program pengembangan kapasitas seperti ini perlu terus dipertahankan. Hal ini dikarenakan masih banyak peternak sapi perah yang tidak hanya kurang mampu, tetapi juga kurang mengetahui, bahkan dalam memilih rumput yang berkualitas atau bagaimana menghasilkan konsentrat yang ideal untuk pakan, cara yang benar dalam merawat sapi, atau memerah susu. “Mereka hanya fokus pada kuantitas dan bukan pada peningkatan kualitas produksi susu,” katanya memungkas.
Kamaludin juga mengatakan, bahwa sudah banyak peternak sapi perah di luar sana yang sudah memanfaatkan teknologi mesin untuk meningkatkan kualitas susu segar yang dihasilkan, yang menurutnya mereka terinspirasi dari program Dairy Village ini.
Setelah sukses digelar di empat pasar sebelumnya, Festival Pasar Rakyat (FPR) 2024 yang diinisiasi oleh PT Adira Dinamika Multi Finance…
Peduli dunia pendidikan bagi penyandang disabilitas, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mewujudkan pendidikan inklusif di Sumatera Selatan (Sumsel) melalui Program…
Kesetaraan di dunia kerja bagi penyandang disabilitas merupakan salah satu hal yang wajib diperjuangkan. Di Indonesia sendiri, terdapat 38,8 juta…
NERACA Jakarta - Dibesarkan di keluarga peternak sapi perah dan ikut membantu orang tua di kandang, membuat Kamaludin akhirnya…
Setelah sukses digelar di empat pasar sebelumnya, Festival Pasar Rakyat (FPR) 2024 yang diinisiasi oleh PT Adira Dinamika Multi Finance…
Peduli dunia pendidikan bagi penyandang disabilitas, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mewujudkan pendidikan inklusif di Sumatera Selatan (Sumsel) melalui Program…