Oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP, Ekonom UPN Veteran Jakarta
Penurunan keyakinan konsumen (Indeks Keyakinan Konsumen/IKK) yang dicatat oleh Bank Indonesia baru-baru ini patut menjadi perhatian serius. Pada September 2024, IKK berada di level 123,5, turun tipis dari 124,4 pada Agustus. Meski terlihat kecil, penurunan ini, jika berlanjut, dapat memberikan sinyal negatif terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini, yang ditargetkan mencapai 5%.
Terlebih lagi, kinerja penjualan eceran yang menurun 2,5% pada bulan yang sama menunjukkan bahwa konsumen mulai menahan pengeluaran mereka. 

Di tengah situasi ini, muncul sejumlah pertanyaan yang perlu dijawab untuk memahami implikasi lebih lanjut dari fenomena tersebut.
Apa Indikasi dari Penurunan Keyakinan Konsumen?
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) adalah salah satu indikator penting yang mencerminkan tingkat optimisme atau pesimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi. Ketika IKK mengalami penurunan, ini berarti konsumen mulai merasa kurang yakin terhadap prospek ekonomi saat ini dan masa depan.
Keyakinan ini biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat inflasi, prospek lapangan kerja, pendapatan rumah tangga, dan stabilitas harga barang kebutuhan pokok. Penurunan IKK juga mengindikasikan adanya kekhawatiran di kalangan konsumen terhadap situasi ekonomi yang mungkin sedang tidak stabil.
Dalam hal ini, konsumen cenderung menahan pengeluaran mereka, mengurangi konsumsi, atau menunda pembelian barang-barang yang tidak mendesak.
Dalam jangka panjang, penurunan konsumsi rumah tangga dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB).
Penurunan kinerja penjualan eceran sebesar 2,5% di bulan September juga mencerminkan penurunan daya beli masyarakat. Jika sektor-sektor penting seperti makanan dan sandang mengalami penurunan, ini menandakan bahwa tekanan ekonomi sedang dirasakan oleh rumah tangga. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat biasanya mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pokok atau barang-barang esensial.
Penurunan daya beli bisa terjadi akibat beberapa faktor, seperti kenaikan harga barang dan jasa, inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi, serta kebijakan ekonomi yang kurang mendukung stabilitas harga.
Jika tren penurunan ini berlanjut, maka akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil, karena konsumsi rumah tangga akan terus menurun.
Target Pertumbuhan
Dengan penurunan IKK dan kinerja penjualan eceran, beberapa pengamat menilai bahwa target pertumbuhan ekonomi 5% tahun ini akan sulit dicapai.
Meskipun pemerintah optimis, penurunan konsumsi rumah tangga yang berkelanjutan bisa menjadi penghambat besar. Ketika konsumen mengurangi belanja, permintaan terhadap barang dan jasa berkurang, yang pada gilirannya akan memeengaruhi sektor-sektor lain dalam perekonomian. Selain itu, penurunan IKK juga dapat memperburuk kondisi ekonomi secara keseluruhan.
Jika konsumen tidak yakin dengan prospek ekonomi, mereka mungkin juga menunda investasi atau pengeluaran besar lainnya, seperti pembelian properti atau kendaraan. Hal ini dapat memengaruhi sektor-sektor lain, seperti perbankan, konstruksi, dan industri otomotif, yang semuanya berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Apakah penurunan proporsi pengeluaran konsumen sejak Maret mencerminkan tekanan ekonomi yang semakin berat? Selain penurunan IKK dan kinerja penjualan eceran, penurunan proporsi pengeluaran konsumen sejak Maret 2024 menambah bukti bahwa tekanan ekonomi sedang membebani masyarakat.
Fenomena ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk inflasi yang terus meningkat, naiknya harga barang kebutuhan pokok, dan ketidakpastian ekonomi global. Dalam situasi seperti ini, konsumen cenderung menahan pengeluaran dan memprioritaskan kebutuhan yang paling mendesak.
Penurunan proporsi pengeluaran ini berimplikasi pada turunnya permintaan domestik, yang merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi. Jika konsumen terus merasa terbebani oleh kondisi ekonomi, maka pemulihan ekonomi akan berlangsung lebih lambat.
Lantas stimulus apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kondisi Ini?
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah dapat mengambil sejumlah langkah strategis yang bertujuan meningkatkan daya beli masyarakat dan mengembalikan keyakinan konsumen. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah memberikan stimulus fiskal berupa subsidi langsung kepada kelompok masyarakat yang paling terdampak, terutama pada barang-barang kebutuhan pokok seperti pangan dan energi.
Selain itu, pemerintah juga bisa memperkuat program padat karya untuk menciptakan lapangan kerja baru, sehingga pendapatan rumah tangga meningkat dan konsumsi dapat kembali tumbuh.
Kebijakan moneter yang akomodatif dari Bank Indonesia juga bisa menjadi faktor pendukung, misalnya dengan menurunkan suku bunga guna mendorong pinjaman dan investasi. Di sisi lain, pemerintah perlu menjaga stabilitas harga dan mengurangi ketidakpastian dengan memperkuat koordinasi antar sektor dan mempercepat proyek-proyek ekonomi strategis.
Dengan kombinasi stimulus fiskal, moneter, dan kebijakan ekonomi yang tepat, pemerintah dapat membantu memperbaiki situasi dan mendorong pemulihan konsumsi domestik, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen dan kinerja penjualan eceran menjadi sinyal awal bahwa ekonomi Indonesia sedang menghadapi tantangan besar. Jika tren ini terus berlanjut tanpa intervensi yang tepat, target pertumbuhan ekonomi 5% tahun ini akan sulit dicapai.
Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk memulihkan keyakinan konsumen dan mendorong konsumsi rumah tangga agar ekonomi bisa terus bergerak ke arah yang positif.
Oleh : Samuel Christian Galal, Pengamat Sosial Budaya Perjudian online atau yang sering disebut judol telah menjadi ancaman…
Oleh: Dr. Wirawan B. Ilyas, Akuntan Forensik, Konsultan Hukum Kecenderungan meningkatnya perkara hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran…
Oleh : Rivka Mayangsari, Pemerhati Ekonomi Kerakyatan Indonesia, dengan kekayaan alam dan budaya yang melimpah, memiliki potensi besar…
Oleh : Samuel Christian Galal, Pengamat Sosial Budaya Perjudian online atau yang sering disebut judol telah menjadi ancaman…
Oleh: Dr. Wirawan B. Ilyas, Akuntan Forensik, Konsultan Hukum Kecenderungan meningkatnya perkara hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran…
Oleh : Rivka Mayangsari, Pemerhati Ekonomi Kerakyatan Indonesia, dengan kekayaan alam dan budaya yang melimpah, memiliki potensi besar…