Dana Abadi Perumahan Bisa Kurangi Kawasan Kumuh di Jakarta

 

Dana Abadi Perumahan Bisa Kurangi Kawasan Kumuh di Jakarta
NERACA
Jakarta - Direktur Pembiayaan Perumahan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Haryo Bekti Martoyoedo mengungkapkan bahwa dana abadi perumahan yang sedang dibahas pemerintah bisa mengurangi kawasan kumuh di Jakarta.
"Kalau selama ini warga yang belum punya rumah tinggal mengontrak di gang-gang sempit sehingga memunculkan permukiman kumuh," kata Haryo dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (22/6).
Dengan adanya dana abadi, kata dia, maka keinginan warga untuk memiliki rumah tinggal sendiri bisa diakomodir.
Haryo menjelaskan, mekanisme dana abadi perumahan masih dalam tahap pembahasan bersama ekosistem pembiayaan perumahan termasuk Kementerian Keuangan.
"Tapi prinsipnya sama, yakni ada yang bersumber dari APBN termasuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)," katanya.
Kemudian dana itu diinvestasikan dulu untuk mendapatkan penghasilan (return) dan dampak yang lebih besar untuk pembiayaan perumahan serta sebagian lagi disalurkan dalam bentuk subsidi atau bantuan perumahan. "Mungkin tidak bisa (diterapkan) sekarang, ya paling cepat 2025," kata Haryo.
Dia menjelaskan, mekanisme dana abadi ini bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia karena sebelumnya telah ada Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) yang mengelola dana kerja pembangunan internasional (endowment fund).
Menurut Haryo, dana abadi perumahan akan menjamin pembiayaan subsidi kredit pemilikan rumah (KPR) yang berkesinambungan setiap tahun. Dengan skema pendanaan bersumber dari dana abadi maka calon pembeli rumah akan diberi kemudahan sepanjang tenor pembiayaan (multi-years) akan terjamin keberlangsungannya.
Direktur Consumer Bank Tabungan Negara (BTN) Hirwandi Gafar mengatakan selain dari APBN, potensi sumber dana abadi perumahan bisa berasal dari luar APBN seperti dana perumahan di BPJS-Ketenagakerjaan atau Jaminan Hari Tua (JHT).
Selain itu iuran wajib perumahan TNI/Polri, kontribusi pemerintah daerah lewat APBD serta dana CSR (corporate social responsibility) sehingga dana investasinya semakin besar.
Terkait momentum pelaksanaan dana abadi, Hirwandi mengatakan kalau melihat komitmen pemerintah mendatang yang akan membangun tiga juta unit rumah maka dana abadi perumahan bisa segera diwujudkan.
Hal senada juga disampaikan Deputi Komisioner Bidang Pemanfaatan Dana BP Tapera Sid Herdi Kusuma. Dia mengatakan, sesuai amanat UU Tapera dan PP Penyelenggaraan Tapera, maka BP Tapera berperan sebagai Operator Investasi Pemerintah (OIP) dalam menyalurkan dana FLPP.
Dana kelolaan BP Tapera itu bisa berasal dari kerja sama lembaga/institusi dan juga dana titipan program, CSR, dana hibah, dana sumbangan, dana kompensasi dan lain-lain.
Terkait dana abadi perumahan, karena sesuai dengan amanat UU dan PP Penyelenggaraan Tapera, maka jika dipercaya BP Tapera siap untuk mengelola dana tersebut.
"Pemerintah tidak perlu membuat badan baru. Cukup dengan memberikan peran lebih kepada kami,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Nixon LP Napitupulu memandang bahwa dana abadi perumahan dapat menjadi solusi yang lebih baik untuk menyelesaikan permasalahan backlog perumahan nasional.
“Kalau ditanya BTN usulannya apa, pembentukan dana abadi ini bisa menghasilkan 600 ribu rumah setahun untuk menyelesaikan backlog-nya lebih cepat. Kan tujuannya (kalau dibandingkan iuran Tapera) juga sama-sama (untuk mengatasi) backlog,” kata Nixon saat dijumpai media usai meninjau “Race Expo” di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (21/6).
Nixon mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan usulan konsep dana abadi perumahan itu kepada pemerintah dan berharap usulan tersebut disetujui oleh pemerintah. Dengan skema dana abadi, menurut dia, target pembangunan 3 juta rumah pada masa pemerintahan baru dapat terlaksana.
Namun jika hanya mengandalkan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dengan model dana bergulir yang selama ini dijalankan, Nixon mengingatkan pembangunan 3 juta rumah akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“(Target) 3 juta (rumah), berarti 600 ribu rumah setahun. Hari ini cuma 200 ribu rumah setahun, jadi (target itu naik) 3 kali lipat. Supaya bisa 3 kali lipat, skemanya mesti diubah. Skema yang kita usulkan menggunakan dana abadi. Ditambah kombinasi dana abadi, return-nya itu untuk bayar subsidi selisih bunga,” jelas dia.
Nixon mengatakan bahwa dana abadi yang diakumulasi di masa awal pembentukannya memang belum terlalu besar sehingga perlu dikombinasikan dengan subsidi selisih bunga (SBB).
Model dana abadi yang diusulkan BTN menggunakan dana FLPP yang kemudian diinvestasikan di instrumen tertentu. Adapun imbal hasil (return) atau keuntungan dari investasi itu nantinya dapat digunakan untuk membayar SBB.
“Kalau FLPP saja, menurut kami, kemahalan dari sisi budget buat pemerintah. Kalau SSB saja, nanti jangka panjang juga kemahalan. Jadi yang paling bagus adalah jalan tengahnya, ada dana abadi. Tapi menunggu akumulasi dana abadi besar, ya, mungkin dikombinasikan ada SSB dulu,” kata Nixon.
(Mohar/Ant)

 

 

 

NERACA

Jakarta - Direktur Pembiayaan Perumahan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Haryo Bekti Martoyoedo mengungkapkan bahwa dana abadi perumahan yang sedang dibahas pemerintah bisa mengurangi kawasan kumuh di Jakarta.

"Kalau selama ini warga yang belum punya rumah tinggal mengontrak di gang-gang sempit sehingga memunculkan permukiman kumuh," kata Haryo dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (22/6).

Dengan adanya dana abadi, kata dia, maka keinginan warga untuk memiliki rumah tinggal sendiri bisa diakomodir.

Haryo menjelaskan, mekanisme dana abadi perumahan masih dalam tahap pembahasan bersama ekosistem pembiayaan perumahan termasuk Kementerian Keuangan.

"Tapi prinsipnya sama, yakni ada yang bersumber dari APBN termasuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)," katanya.

Kemudian dana itu diinvestasikan dulu untuk mendapatkan penghasilan (return) dan dampak yang lebih besar untuk pembiayaan perumahan serta sebagian lagi disalurkan dalam bentuk subsidi atau bantuan perumahan. "Mungkin tidak bisa (diterapkan) sekarang, ya paling cepat 2025," kata Haryo.

Dia menjelaskan, mekanisme dana abadi ini bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia karena sebelumnya telah ada Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) yang mengelola dana kerja pembangunan internasional (endowment fund).

Menurut Haryo, dana abadi perumahan akan menjamin pembiayaan subsidi kredit pemilikan rumah (KPR) yang berkesinambungan setiap tahun. Dengan skema pendanaan bersumber dari dana abadi maka calon pembeli rumah akan diberi kemudahan sepanjang tenor pembiayaan (multi-years) akan terjamin keberlangsungannya.

Direktur Consumer Bank Tabungan Negara (BTN) Hirwandi Gafar mengatakan selain dari APBN, potensi sumber dana abadi perumahan bisa berasal dari luar APBN seperti dana perumahan di BPJS-Ketenagakerjaan atau Jaminan Hari Tua (JHT).

Selain itu iuran wajib perumahan TNI/Polri, kontribusi pemerintah daerah lewat APBD serta dana CSR (corporate social responsibility) sehingga dana investasinya semakin besar.

Terkait momentum pelaksanaan dana abadi, Hirwandi mengatakan kalau melihat komitmen pemerintah mendatang yang akan membangun tiga juta unit rumah maka dana abadi perumahan bisa segera diwujudkan.

Hal senada juga disampaikan Deputi Komisioner Bidang Pemanfaatan Dana BP Tapera Sid Herdi Kusuma. Dia mengatakan, sesuai amanat UU Tapera dan PP Penyelenggaraan Tapera, maka BP Tapera berperan sebagai Operator Investasi Pemerintah (OIP) dalam menyalurkan dana FLPP.

Dana kelolaan BP Tapera itu bisa berasal dari kerja sama lembaga/institusi dan juga dana titipan program, CSR, dana hibah, dana sumbangan, dana kompensasi dan lain-lain.

Terkait dana abadi perumahan, karena sesuai dengan amanat UU dan PP Penyelenggaraan Tapera, maka jika dipercaya BP Tapera siap untuk mengelola dana tersebut.

"Pemerintah tidak perlu membuat badan baru. Cukup dengan memberikan peran lebih kepada kami,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Nixon LP Napitupulu memandang bahwa dana abadi perumahan dapat menjadi solusi yang lebih baik untuk menyelesaikan permasalahan backlog perumahan nasional.

“Kalau ditanya BTN usulannya apa, pembentukan dana abadi ini bisa menghasilkan 600 ribu rumah setahun untuk menyelesaikan backlog-nya lebih cepat. Kan tujuannya (kalau dibandingkan iuran Tapera) juga sama-sama (untuk mengatasi) backlog,” kata Nixon saat dijumpai media usai meninjau “Race Expo” di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (21/6).

Nixon mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan usulan konsep dana abadi perumahan itu kepada pemerintah dan berharap usulan tersebut disetujui oleh pemerintah. Dengan skema dana abadi, menurut dia, target pembangunan 3 juta rumah pada masa pemerintahan baru dapat terlaksana.

Namun jika hanya mengandalkan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dengan model dana bergulir yang selama ini dijalankan, Nixon mengingatkan pembangunan 3 juta rumah akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“(Target) 3 juta (rumah), berarti 600 ribu rumah setahun. Hari ini cuma 200 ribu rumah setahun, jadi (target itu naik) 3 kali lipat. Supaya bisa 3 kali lipat, skemanya mesti diubah. Skema yang kita usulkan menggunakan dana abadi. Ditambah kombinasi dana abadi, return-nya itu untuk bayar subsidi selisih bunga,” jelas dia.

Nixon mengatakan bahwa dana abadi yang diakumulasi di masa awal pembentukannya memang belum terlalu besar sehingga perlu dikombinasikan dengan subsidi selisih bunga (SBB).

Model dana abadi yang diusulkan BTN menggunakan dana FLPP yang kemudian diinvestasikan di instrumen tertentu. Adapun imbal hasil (return) atau keuntungan dari investasi itu nantinya dapat digunakan untuk membayar SBB.

“Kalau FLPP saja, menurut kami, kemahalan dari sisi budget buat pemerintah. Kalau SSB saja, nanti jangka panjang juga kemahalan. Jadi yang paling bagus adalah jalan tengahnya, ada dana abadi. Tapi menunggu akumulasi dana abadi besar, ya, mungkin dikombinasikan ada SSB dulu,” kata Nixon. (Mohar/Ant)

 

 

BERITA TERKAIT

Tapera Memupuk Budaya Gotong-Royong Pembangunan Rumah di Indonesia

NERACA Jakarta - Di Indonesia, masalah perumahan merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi masyarakat. Banyak warga negara yang masih…

Gravel Beri Strategi Jitu Atasi Panas Ekstrem, Bangun Rumah Selalu Adem

NERACA Jakarta - Saat matahari terik menyengat, menjaga rumah tetap sejuk menjadi sebuah keharusan. Kondisi ini biasanya kita alami ketika…

Rusun Mahasiswa UMJ Bermanfaat untuk Proses Pendidikan

NERACA Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meyakini rumah susun (rusun) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta…

BERITA LAINNYA DI Hunian

Pameran IFA 2024, LG Usung Konsep Affectionate Intelligence (AI) Home

  Pameran IFA 2024, LG Usung Konsep Affectionate Intelligence (AI) Home NERACA Jakarta - LG Electronics (LG) memaparkan visi perusahaan…

Kerja Keras Menanti Pemerintah Mendatang Wujudkan Program Perumahan

NERACA Jakarta - Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam janji kampanyenya tidak lagi menargetkan…

Koperasi Bisa Jadi Solusi Penyediaan Hunian ASN di IKN

NERACA Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) memberikan peluang besar bagi koperasi…