Juli 2024, Harga Referensi Biji Sebesar USD 9.486,86/MT

NERACA

Jakarta - Harga referensi (HR)  biji  kakao  periode  Juli  2024  ditetapkan  sebesar  USD  9.486,86/MT,  meningkat sebesar USD 1.230,36 atau 14,90 persen dari bulan Juni 2024. Hal ini berdampak pada peningkatan Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao pada Juli 2024 menjadi USD 9.022/MT, naik USD 1.197 atau 15,29 persen dari periode sebelumnya.

Peningkatan  harga  ini  tidak  berdampak  pada  BK  biji  kakao  yang  tetap  sebesar  15  persen  sesuai Kolom 4 Lampiran Huruf B pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 Tahun 2024.

“Peningkatan Harga Referensi dan HPE biji kakao, antara lain, dipengaruhi oleh adanya peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi, terutama produksi di negara-negara produsen di wilayah Afrika seperti Pantai Gading dan Ghana,” ungkap Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Budi Santoso.

Sebelumnya, Ketua Dewan Kakao Indonesia, Soetanto Abdoellah mengungkapkan harga biji kakao di tahun ini akan bertahan di angka USD 4000/ton atau sekitar Rp60.000/kilogram (kg). Setidaknya harga ini merupakan peningkatan dari harga tahun sebelunya USD2.500/ton. Sehingga ini menjadi sinyal menarik bagi petani untuk mengembangkan kakao.

“Sementara itu kebutuhan dalam negeri cukup tinggi. Jika kita menggarap kakao 10.000 hektar (ha) kakao dengan asumsi 1 ton hanya bisa mendapatkan 10.000 ton. Sehingga peluang sangat besar, pasar sangat terbuka dan peluang untuk pengembangan kakao untuk menutupi impor kakao,” jelas Soetanto.

Kabar menarik lainnya, ternyata hilirasasi kakao cukup berjalan dengan baik. Contohnya untuk cokelat Indonesia ternyata sudah menjadi net ekspor. Tahun 2018 Indonesia masih defisit namun sejak tahun 2020 kita sudah mulai surplus cokelat.

“Tercatat pada tahun 2022 nilai ekspor kita sudah mencapai angka 25.701 ton sementara impor cokelat 23.361 ton. Hanya saja untuk dari sisi nilai kita masih defisit karena nilai transaksi dari ekspor USD73,7 juta sementara impor USD120,5 juta. Hal ini menunjukkan bahwa harga cokelat yang kita ekspor memang secara satuan lebih murah daripada cokelat yang kita impor,” ungkap Soetanto.

Sementara untuk pasta, Soetanto, lemak dan pupuk Indonesia juga telah menjadi pemain ekspor. Dimana untuk pasta nilai ekspor pada tahun 2022 mencapai USD183 juta sementara impor USD132,5 juta. Artinya surplus USD50,5 juta. Untuk nilai ekspor lemak kakao mencapai USD656 ribu dan bubuk USD636 ribu dengan impor yang sangat terbatas.

Hal menarik lainnya industri bean to bar di Indonesia juga cukup berkembang pesat. Saat ini ada 31 perusahaan yang bergerak di bidang ini dan menajdi terbanyak kedua setelah Amerika Serikat dengan jumlah pelaku 115 perusahaan.

“Optimisme ini juga turung ditopang tingginya kebutunan dalam negeri. Indonesia adalah pasar cokelat yang sangat potensial, terjadi kenaikan pasar cokelat di Indonesia . Saat ini konsumsi per kapita masih lebih rendah yakni 0,3 kg/kapita.  Namun secara keseluruhan, Indonesia merupakana negara dengnan Konsumsi tertinggi di Asia tenggara yakni mencapai cokelat 83,7 juta ton. Indonesia juga mengalami pertumbuhan dan penjualan cokelat paling tinggi di Asia Tenggara dan juga diperkirakan juga akan mengalami peningkan di tahun 2024 ini”, jelas Soetanto.

Sehingga tahun 2024 ini menjadi momentum bagi pekebun untuk mengembangkan perkebunan kakao, karena kebutuhan dalam industri dalam negeri cukup tinggi. Sementara itu kebutuhan produk cokelat dalam negeri dan secara global cenderung meningkat.

Lebih lanjut terkait dengan kakao, Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Arief Susanto menyampaikan, terdapat PR atau pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan dalam upaya pengembangan industri pengolahan kakao di Indonesia, di antaranya adalah memastikan ketersediaan bahan baku. Langkah yang perlu ditempuh adalah meningkatkan produktivitas kakao.

“Di Indonesia terdapat lebih dari 1 juta petani kakao. Apabila peningkatkan produktivitas ini terus dipacu akan berdampak positif pula pada peningkatan pendapatan dari para petani,” ucapnya. Selain itu juga pemerintah perlu mengatasi wabah dalam penanaman kakao. “Sebab, mengelola kebun kakao ini seperti bayi yang perlu perawatan. Jadi, harus ada terobosan untuk penyuluhan dalam perawatannya,” papar Arif.

Menurut Arif, pemerintah perlu menjalin kerja sama dengan pihak terkait dalam upaya regenerasi petani kakao, khususnya kaum milenial. “Pertumbuhan industri kakao ini terus meningkat setiap tahunnya. Artinya, investasi di sektor ini masih menjanjikan, sehingga masih ada peluang bisnis yang bagus dan luas lahan di Indonesia masih cukup besar,” ungkap Arif.

 

BERITA TERKAIT

Jutaan Produk Keramik Tidak Sesuai Ketentuan

NERACA Surabaya – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memimpin ekspose tenemukan 4,57 juta produk keramik  alat makan dan minum (tableware) dengan…

Indonesia Dorong Dimensi Pembangunan bagi Negara Berkembang - G20 TIWG 2024

NERACA Jakarta – Pada pertemuan ke-3 G20 Trade and Investment Working Group (TIWG) 2024 Indonesia mendorong dimensi pembangunan bagi negara…

Dorong Produk Lokal yang Berhasil Diekspor

NERACA Pangkalpinang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong produk lokal yang berhasil dieksporke luar negeri memberikan kontribusi yang positif untuk…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Jutaan Produk Keramik Tidak Sesuai Ketentuan

NERACA Surabaya – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memimpin ekspose tenemukan 4,57 juta produk keramik  alat makan dan minum (tableware) dengan…

Indonesia Dorong Dimensi Pembangunan bagi Negara Berkembang - G20 TIWG 2024

NERACA Jakarta – Pada pertemuan ke-3 G20 Trade and Investment Working Group (TIWG) 2024 Indonesia mendorong dimensi pembangunan bagi negara…

Dorong Produk Lokal yang Berhasil Diekspor

NERACA Pangkalpinang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong produk lokal yang berhasil dieksporke luar negeri memberikan kontribusi yang positif untuk…