NERACA
Jakarta- Kebijakan tarif impor yang diberlaukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memberikan dampak terhadap ekonomi Indonesia dan termasuk pasar modal karena memberikan sentimen negatif terhadap sejumlah sektor saham. Merespon hal tersebut, Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menegaskan keputusan investasi sebaiknya dibuat berdasarkan analisis yang teliti dan pertimbangan yang rasional.“Investor agar tidak panik. Lakukan analisis secara cermat dan mengambil keputusan investasi secara rasional,”ujarnya di Jakarta, kemarin.
Selain itu, Jeffrey mengutarakan dampak dari kebijakan tarif ini tidak secara langsung merugikan pasar saham di kawasan Asia. Berdasarkan data BEI Bursa Asia yang terkena dampak tarif impor justru tidak menunjukkan penurunan signifikan.“Kalau kita lihat data maka bursa bursa negara Asia yang dikenakan tarif tinggi tidak mengalami dampak negatif yang signifikan. Tetapi justru bursa negara Eropa dan Amerika yang berdampak signifikan,” bebernya.
Sementara itu, analis pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id seperti dikutip investortrust, Hendra Wardana menyebut tarif ini merupakan kebijakan proteksionis di mana AS menetapkan bea masuk setara terhadap negara-negara yang selama ini menerapkan tarif tinggi terhadap produk asal Amerika.
Implikasi kebijakan ini begitu luas dan cepat, memicu kepanikan pasar global, terutama karena pasar khawatir akan eskalasi perang dagang, disrupsi rantai pasok, dan potensi perlambatan ekonomi dunia.“Saya memperkirakan IHSG akan bergerak dalam tren pelemahan dengan area support pada 6.290–6.312 dan resistance di kisaran 6.660,”ujarnya.
Meskipun menjelang libur bursa tren jangka pendek IHSG cenderung menguat, namun kata Hendra kekhawatiran terhadap dampak tarif Trump menjadi katalis negatif utama yang bisa menahan laju penguatan. Selain itu, menurut Hendra sektor yang paling terdampak dari kebijakan ini adalah manufaktur dan ekspor. Industri tekstil dan apparel, yang sebelumnya menjadi andalan ekspor ke AS, kini menghadapi tekanan berat.
Sebelumnya, Wakil Menteri (Wamen) BUMN, Kartiko Wirjoatmodjo pernah bilang, adanya perbaikan ekonomi dan pasar modal yang menunjukkan optimisme terhadap kondisi perekonomian serta peluang pertumbuhan yang lebih baik.
Kartiko mengungkapkan bahwa indikator ekonomi, seperti indeks keyakinan konsumen dan Purchasing Managers' Index (PMI) atau Indeks Manajer Pembelian menunjukkan adanya perbaikan signifikan yang mulai dirasakan dalam beberapa waktu terakhir"Indikator-indikator ekonomi, mengenai indeks keyakinan konsumen dan PMI (Purchasing Managers' Index/Indeks Manajer Pembelian) itu kita lihat sudah mulai ada perbaikan,"ujarnya.
Disampaikannya, perbaikan tersebut menunjukkan adanya peningkatan kondisi masyarakat yang semakin membaik, baik dalam sektor riil maupun dalam tren pasar modal yang mengalami perubahan positif."Jadi kita melihat bahwa masyarakat membaik. Dan kalau kita lihat di pasar modal, ini kita lihat 1-2 hari terakhir terjadi terjadi perbaikan yang luar biasa,"katanya.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) berharap ajang BTN Jakarta International Marathon (BTN JAKIM) 2025 yang digelar bersama Pemerintah…
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam berkomitmen mempercepat realisasi proyek strategis nasional di sektor hilirisasi mineral, seperti akselerasi pembangunan…
NERACA Jakarta—Sepanjang tahun berjalan 2025, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 10 perusahaan tercatat yang telah diputuskan untuk dihapus…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) berharap ajang BTN Jakarta International Marathon (BTN JAKIM) 2025 yang digelar bersama Pemerintah…
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam berkomitmen mempercepat realisasi proyek strategis nasional di sektor hilirisasi mineral, seperti akselerasi pembangunan…
NERACA Jakarta—Sepanjang tahun berjalan 2025, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 10 perusahaan tercatat yang telah diputuskan untuk dihapus…