NERACA
Jakarta — Kinerja keuangan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) di tahun 2024 masih negatif. Dimana perseroan mencatatkan peningkatan kerugian bersih 13,28% menjadi sebesar Rp1,56 triliun dari rugi tahun 2023 sebesar Rp1,36 triliun. Sementara pendapatan tumbuh 0,50% year-on-year (YoY) menjadi Rp4,46 triliun bila dibandingkan dari realisasi 2023 yang sebesar Rp4,46 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, kemarin.
Perseroan menjelaskan, pendapatan ini diperoleh dari pendapatan marketplace sebesar Rp2,23 triliun, serta pendapatan online to offline sebesar Rp2,07 triliun. Sementara itu, beban pokok pendapatan BUKA tercatat naik 10,51% menjadi Rp3,73 triliun, dari tahun 2023 yang sebesar Rp3,38 triliun.
Di sisi lain, beban penjualan dan pemasaran BUKA turun 36,65% menjadi Rp328,4 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp518,4 miliar. Pada 2024, EBITDA disesuaikan Bukalapak meningkat sebesar 28% YoY dari negatif Rp475 miliar pada 2023 menjadi negatif Rp340 miliar.
BUKA juga mencatatkan rugi usaha sebesar Rp2,51 triliun sepanjang 2024, dari 2023 yang sebesar Rp2,12 triliun. Rugi usaha ini naik 18,02%. Adapun pada akhir 2024, BUKA membukukan kas dan setara kas di akhir periode sebesar Rp11,2 triliun. Jumlah kas dan setara kas ini turun 26,04% dibandingkan 2023 yang sebesar Rp15,18 triliun.
Sampai akhir 2024, BUKA mencatatkan total aset sebesar Rp24,79 triliun, turun dari akhir 2023 yang sebesar Rp26,12 triliun. Total liabilitas BUKA tercatat naik menjadi Rp1,09 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp792,02 miliar pada 2023. Sementara itu, total ekuitas BUKA berkurang menjadi Rp23,7 triliun pada 2024, dari sebelumnya sebesar Rp25,33 triliun pada 2023.
Asal tahu saja, BUKA saat ini tengah berupaya untuk menggenjot kinerja keuangannya sehingga bisa memberikan nilai lebih kepada pemegang saham usai penutup layanan fisik. Pasalnya, sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021 sampai saat ini, BUKA belum pernah membagikan dividen sama sekali kepada pemegang saham.
Harga saham Bukalapak sejak melantai di BEI pun juga tidak mampu kembali ke harga Initial Public Offering (IPO). Padahal, BUKA mematok harga IPO harga Rp 850 per saham. Artinya, harga saham emiten teknologi ini sudah ambles 84,70% sejak listing di bursa saham.
Head of Media and Communications Bukalapak, Dimas Bayu seperti dikutip Kontan pernah bilang, transformasi yang sedang dilakukan saat ini, merupakan bentuk upaya BUKA untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Transformasi ini juga diharapkan bisa memberikan imbal hasil atau return yang lebih bagi kepada pemegang saham Bukalapak.
Dimas bilang komitmen itu akan terus dipegang Bukalapak. "Fokus kami saat ini ada pada pertumbuhan perusahaan dan entitas anak untuk terus tumbuh lebih baik ke depannya sehingga bisa memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan," ucap Dimas.
Saat ini, target Bukalapak saat ini ialah mencapai pertumbuhan menuju keuntungan yang berkelanjutan melalui pilar-pilar bisnis yang sedang diperkuat oleh manajemen BUKA.
Menyebarkan kebaikan dan kebahagiaan di bulan Ramadan kembali dilakukan Bank DKI. Tahun ini, perseroan menyalurkan santunan sebesar Rp1,7 miliar kepada…
Berbagi kebahagiaan di bulan suci Ramadan dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, Optik Melawai secara simbolis melakukan penyerahan…
NERACA Jakarta - Pengamat pasar modal Yazid Muammar menilai valuasi murah dan potensi pembagian dividen menjadi katalis bagi harga saham…
Menyebarkan kebaikan dan kebahagiaan di bulan Ramadan kembali dilakukan Bank DKI. Tahun ini, perseroan menyalurkan santunan sebesar Rp1,7 miliar kepada…
Berbagi kebahagiaan di bulan suci Ramadan dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, Optik Melawai secara simbolis melakukan penyerahan…
NERACA Jakarta - Pengamat pasar modal Yazid Muammar menilai valuasi murah dan potensi pembagian dividen menjadi katalis bagi harga saham…