Investor Pasar Modal - BRIDS Bidik 10% Potensial dari Nasabah BRI

NERACA

Jakarta - PT BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) optimistis dapat membidik sekitar 10% dari 70 juta nasabah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI yang tersebar di seluruh Indonesia untuk menjadi investor pasar modal."Saya berpikir optimis bahwa mestinya 10 juta atau 10% katakan lah, 7 juta. Tidak hanya, mungkin tidak main saham, tapi juga reksa dana, bisa beli obligasi pemerintah,"kata Direktur Utama BRIDS, Laksono Widodo di Jakarta, kemarin.

Disampaikannya, hingga saat ini investor di BRIDS baru mencapai 350.000. Dimana jumlah tersebut masih sedikit, dan masih banyak yang bisa digarap."Memang dari 70 juta pemegang rekening Bank BRI ini tidak semuanya cocok untuk menjadi investor di pasar modal. Karena ini suatu evolusi ya pak, orang menabung, deposito, beli reksa dana, obligasi baru main saham, kan istilah atau perjalanannya begitu," ungkap Laksono.

Lebih lanjut, Laksono pun membeberkan bahwa BRI sebagai bank yang sangat ritel memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Menurut Laksono, ada manfaat lebih yang dirasakan ketika perusahaan resmi berubah nama menjadi BRIDS. Diketahui, pada tahun 2018 BRI menjadi pemegang saham mayoritas PT Danareksa Sekuritas.

Kemudian, pada tahun 2020 PT Danareksa Sekuritas berubah nama menjadi PT BRI Danareksa Sekuritas atau sering disebut juga sebagai BRIDS."Mungkin suatu hal yang kita alami dalam perjalanan ini adalah karena BRI sebagai bank itu adalah bank yang sangat ritel, mungkin pemegang rekening terbesar di Indonesia itu adalah pemegang rekening BRI, jangkauannya sangat luas, sampai 70 juta pemegang rekening," kata Laksono.

Sementara itu, lanjut Laksono, total pemegang rekening dana nasabah itu baru sekitar 12 juta di seluruh Indonesia untuk seluruh sekuritas."Memang kekuatan BRI adalah di ritel. Jadi disini terjadi shift yang cukup besar bagi dana reksa sekuritas dulu, yang lebih terkenal sebagai institutional, mulai merambah kepada ritel, karena memang itu DNA nya dari BRI. Jadi ini memang suatu evolusi yang kami jalankan, dan sekarang evolusi ini saya rasa sudah mulai menunjukkan hasil. Di mana dari transaksi perdagangan saham, 60% itu berasal dari ritel, 40% dari institusi, angka tahun lalu. Dulunya kebalik mungkin, 70% institusi, 30% ritel. Jadi memang kita lihat achieve-nya kesana," jelas Laksono.

BERITA TERKAIT

Dorong Pertumbuhan Bisnis - Graha Mitra Asia Gelar Berikan Apresiasi Bagi Pelanggan

Sebagai bentuk apresiasi atas loyalitas pelanggan dan juga komitmen mendorong pertumbuhan bisnis berkelanjutan, PT Graha Mitra Asia Tbk menggelar Fortune…

Sharp Indonesia Bidik Penjualan Tumbuh 105%

Mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dinilai belum kondusif, PT Sharp Electronics Indonesia menargetkan pertumbuhan konservatif untuk bisnisnya. Bila tahun lalu penjualam…

Loyonya Saham Perbankan - Dollar Menguat dan Profit Taking Jadi Pemicu

NERACA Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, tren terkoreksinya saham perbankan Indonesia sepanjang tahun 2024 hingga awal tahun ini…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Dorong Pertumbuhan Bisnis - Graha Mitra Asia Gelar Berikan Apresiasi Bagi Pelanggan

Sebagai bentuk apresiasi atas loyalitas pelanggan dan juga komitmen mendorong pertumbuhan bisnis berkelanjutan, PT Graha Mitra Asia Tbk menggelar Fortune…

Sharp Indonesia Bidik Penjualan Tumbuh 105%

Mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dinilai belum kondusif, PT Sharp Electronics Indonesia menargetkan pertumbuhan konservatif untuk bisnisnya. Bila tahun lalu penjualam…

Loyonya Saham Perbankan - Dollar Menguat dan Profit Taking Jadi Pemicu

NERACA Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, tren terkoreksinya saham perbankan Indonesia sepanjang tahun 2024 hingga awal tahun ini…