NERACA
Jakarta – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re optimis dapat membukukan kinerja positif pada tahun depan meskipun risk based capital (RBC) saat ini masih berada pada kisaran mendekati batas 120 persen. Berdasarkan laporan keuangan bukan konsolidasi, RBC Indonesia Re berada di posisi 129,47 persen pada Oktober 2024 dan turun menjadi 123,07 persen pada November 2024. Adapun batas minimum RBC yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu 120 persen untuk perusahaan asuransi dan reasuransi.
“Untuk di tahun 2025, sebetulnya sama (dengan tahun 2024), targetnya kita tetap secara operasional harus membukukan sesuatu yang positif walaupun RBC kita masih marginal,” kata Kepala Divisi Akuntansi Indonesia Re Didik Mulyana, sebagaimana dikutip, kemarin.
Didik mengamini bahwa perkembangan RBC Indonesia Re berfluktuasi. Ia menyebutkan, perseroan sempat mencapai RBC di kisaran 138 persen pada Agustus lalu karena saat itu kondisi makro membaik dan hasil bisnisnya juga membaik. Namun, RBC turun kembali menjadi 129,49 persen pada September 2024 yang diikuti penurunan pada bulan berikutnya.
Sementara itu, masih merujuk pada laporan keuangan bukan konsolidasi, Indonesia Re membukukan laba setelah pajak Rp155,84 miliar pada Oktober 2024. Angka ini menunjukkan kinerja yang membaik secara tahunan, dibandingkan Oktober 2022 yang sebesar Rp21,36 miliar dan Oktober 2023 Rp53,98 miliar. Dari sisi premi, jumlah premi bruto pada Oktober 2024 tercatat sebesar Rp4,3 triliun atau membaik dibandingkan Oktober 2023 yang sebesar Rp3,96 triliun dan Oktober 2022 yang sebesar Rp3,91 triliun.
Didik menjelaskan bahwa tidak seluruh piutang usaha diakui dalam perhitungan RBC dan hanya piutang usaha yang berumur hingga 60 hari yang diakui sebagai aset yang diperkenankan (AYD). Oleh sebab itu, imbuh dia, salah satu kunci untuk meningkatkan RBC yaitu tentang bagaimana pengelolaan utang-piutang agar tidak menjadi piutang yang tua atau macet.
“Sebetulnya teman-teman reasuransi (di industri reasuransi) membutuhkan waktu yang lama untuk menarik premi-premi itu dari ceding maupun dari retrosesi, sedangkan secara regulasi kita hanya punya waktu 60 hari mengakui (aset yang diperkenankan atau diakui dalam perhitungan RBC). Itu sebetulnya juga menjadi suatu tantangan buat Indonesia Re,” kata dia.
Menurut Didik, hal itulah yang menjelaskan mengapa kinerja perseroan membaik namun kenaikan RBC masih merangkak atau tidak eksponensial. Di samping pengelolaan utang-piutang yang cukup baik agar seluruh premi dapat tertarik, ia menambahkan bahwa pengelolaan investasi juga menjadi faktor penting lainnya.
Didik menyampaikan, capaian premi bruto perseroan hingga Oktober 2024 juga masih berada dalam jalur yang ditargetkan (on track). Bahkan, menurutnya, sudah melewati target. Ia berharap, Indonesia Re dapat membukukan kinerja yang positif untuk menutup sepanjang tahun ini.
“Kita tahu industri asuransi dan reasuransi ini volatility-nya tinggi. Sampai dengan akhir tahun ini kan kita tidak tahu akan terjadi klaim atau tidak, atau ada kejadian apa yang membuat suatu kerugian. Untuk target 2024 ini, secara realisasinya di Desember mudah-mudahan meningkat dari Oktober. Sampai dengan saat ini belum ada kejadian luar biasa. Mudah-mudahan ditutup sampai akhir tahun nanti kita tetap on track sesuai dengan harapan atau target di RKP,” kata Didik.
NERACA Jakarta – Senior Executive Vice President (SEVP) Ultra Mikro BRI M Candra Utama meyakini momentum Natal 2024 dan Tahun…
NERACA Jakarta – PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI), special mission vehicle Kementerian Keuangan dalam pembiayaan pembangunan, menyalurkan 23,3 juta dolar AS…
NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk berhasil membawa pulang empat penghargaan bergengsi pada gelaran BPKH Banking Award…
NERACA Jakarta – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re optimis dapat membukukan kinerja positif pada tahun depan…
NERACA Jakarta – Senior Executive Vice President (SEVP) Ultra Mikro BRI M Candra Utama meyakini momentum Natal 2024 dan Tahun…
NERACA Jakarta – PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI), special mission vehicle Kementerian Keuangan dalam pembiayaan pembangunan, menyalurkan 23,3 juta dolar AS…