“Itu langsung dijemur ya dan setelah itu diamplas,”kata Basuki (50) memberikan instruksi salah satu pegawainya di workshop belakang rumahnya di daerah Blitar, Jawa Timur usai membubut kayu dengan mesin bubut sesuai dengan bentuk djembe. Ini adalah proses yang paling beresiko karena memerlukan tenaga yang cukup besar dan diharuskan sudah terampil dalam membentuk kayu.
Proses selanjutnya yaitu menghaluskan permukaannya dengan cara diamplas menggunakan mesin yang dijalankan oleh diesel juga. Setelah itu, pewarnaan dan memberikan motif. Langkah terakhir adalah perakitan, yaitu pemasangan tali dan kulit. “Prosesnya memang agak rumit jika kita pertama kali melihat, tapi proses perakitan ini masih mudah untuk dipelajari oleh semua orang, karena intinya hanyalah teliti dan telaten,”ungkap Basuki.
Meski karyawannya sudah terampil, namun dirinya tetap turun tangan mengawasi produksi hingga akhir perakitan. Hal ini dimaksudkan agar kualitas produksinya tetap terjaga hingga ke tangan konsumen. Apalagi kini, usaha pembuatan kendang djembe miliknya kembali ramai order dari dalam negeri hingga untuk ekspor dengan jumlah lumayan besar.
Usaha yang dirintis turun temurun orang tuanya, sempat jatuh bangun. Kondisi terberat adalah disaat pandemi Covid-19, dimana pesanan kendang djembe turun drastis dan bahkan terpaksa harus memangkas jumlah karyawannya. Kendala lain adalah soal bahan baku yang sulit didapatkan, seperti kayu mahoni. Selain karena faktor harga kayu ini jika dieksploitasi terus menerus akan terjadi kelangkaan dan berdampak bagi lingkungan. Namun hal tersebut telah ditangani pemerintah daerah, mengingat usaha pengrajin kendang djembe ini mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah.
Untuk bahan baku lain seperti kulit kambing, tali kendang dan cat tidak mengalami permasalahan, karena bahan bahan tersebut mudah didapatkan. Mereka mengambil langsung dari para supplier selain itu bahan lain juga mudah didapatkan karena persediaan yang banyak. Namun berkat kegigihan dan keuletannya, eksistensi usaha Basuki kembali pulih hingga kebanjiran orderan.
Pengalaman yang sama juga dirasakan Lilis (45) pengusaha kendang djembe Desa Ngoran Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Dirinya bercerita, usaha terpaksa tetap beroperasi disaat dihadapkan pandemi Covid-19, meski orderan tidak lancar. Pasalnya jika berhenti, justru akan menambah beban kerugian kian besar. Guna efisiensi, Lilis terpaksa mengurangi jumlah karyawan.“Jadi kondisi saat itu turun drastis. Sebelum pandemi Covid, kami bisa ekspor ke Tiongkok tiga kontainer per minggunya. Namun di masa pandemi saat ini, hanya bisa kirim satu kontainer, dengan jumlah sekitar tiga ribu kendang, ”ujarnya.
Lilis menambahkan, selain jumlah penjualan kendang djembe menurun, pandemi Covid ini juga mempengarui harga kendang. Kini pasca Covid-19, kondisi usahanya kembali pulih. Ya, menjadi daerah yang sudah terkenal secara turun temurun sebagai pengrajin baik itu alat musik, ataupun wayang, menjadikan Kabupaten Blitar lebih dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan alat musik pukul, termasuk kendang djembe. Bahkan produksi Djembe asal Blitar tidak hanya laku di pasar dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri.
Dari sekian banyak daerah yang juga memiliki pengrajin kendang djembe, rupanya produksi pengrajin dari Blitar lebih dikenal pusatnya. Alasannya, kendang djembe dari Blitar banyak dicari oleh pembeli luar negeri adalah sentuhan artistiknya. Berbeda dari perkusi dan kendang pada umumnya, kendang djembe dibuat sedemikian rupa dengan memanfaatkan bahan baku organik sehingga ramah lingkungan.
Nyaris usahanya sempat gulung tikar dampak dari pandemi, kini Lilis menabuh laba dari pembuatan kendang djembe khas Afrika. Pasalnya, kerajinam usahanya tersebut berhasil menembus pasar ekspor, Tiongkok. Alhasil, hal ini menjadi berkah terhadap perubahan ekonomi keluarga dan termasuk warga desa Ngoran yang perekonomiannya meningkat.
Dalam satu bulan dia bisa mendapatkan penghasilan antara Rp5 juta hingga Rp8 juta. Untuk harga kendang jimbe juga beragam mulai dari Rp100 ribu hingga Rp500 ribu. Banyak investor mengakui, jika Blitar memang dikenal sebagai sentra kerajinan kendang jimbe terbaik di Indonesia. Secara bisnis, kerajinan jimbe ini merupakan usaha menjanjikan dan banyak permintaan dari luar negeri.
Oleh karena itu, dirinya optimis, usaha membuat kerajinan jimbe yang digeluti dan ditekuninya tersebut cukup menjanjikan dan bisa membantu perekonomian keluarganya.”Berkah kebanjiran order kendang, ekonomi warga desa kembali bergeliat. Bahkan dari usahanya tersebut, ada yang sanggup menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi,”tuturnya.
Mendunia
Keberhasilan kendang djembe merambah pasar ekspor tidak terlepas dari sejumlah eksportir yang memperkenalkan kerajinan asal Blitar tersebut ke pasar global. Selain itu, kesuskesan kerajinan tangan warga Blitar ini tidak lepas pula dari peran serta PT Astra Internasional Tbk yang menjadikan desa Ngoran Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar sebagai Desa Sejahtera Astra.
Direktur BUMDes Karya Mandiri Desa Ngoran, Dwi Pujiasih mengatakan, desa Ngoran mendapat program Desa Sejahtera Astra dari PT Astra Internasional sejak 2021 hingga 2024. Lewat program itu, BUMDes Karya Mandiri mendapat pendampingan dan dukungan mulai dari hulu sampai hilir dari penyiapan produk sampai mencari market."Sejak ikut program Desa Sejahtera Astra mulai 2021, kami mengembangkan beberapa potensi di desa, mulai ikan koi, ikan koki, tanaman hias, dan sekarang kendang djembe," ujar Dwi yang juga sebagai fasilitator Desa Sejahtera Astra di Desa Ngoran.
Dikatakannya, sebelum ekspor, produksi kendang jimbe mulai dikembangkan di Desa Ngoran pada 2022 sampai 2024. Karena, kendang yang diekspor sudah dalam bentuk jadi, bukan setengah jadi. Disampaikannya, BUMDes Karya Mandiri Desa Ngoran memang sudah pernah dua kali mengekspor kerajinan kendang djembe ke China pada Juli 2023 dan November 2023.
Namun, ekspor pertama dan kedua kendang jimbe itu masih dalam bentuk setengah jadi, belum ada kulit dan talinya."Kali ini, kami eskpor dalam bentuk produk jadi. Ini ekspor pertama kami kendang djembe dalam bentuk produk jadi. Kami berterimakasih kepada PT Astra dan Mendes, karena tadi disebutkan kami BUMDes satu-satunya yang sudah ekspor," katanya.
Dukungan Astra dalam mendorong kerajinan kendang djembe Desa Ngoran mendunia, ditandai dengan menampilkan produk kerajinan tersebut di perhelatan The 21st China ASEAN Expo (CAEXPO) 2024 di Nanning International Convention Exhibition Center (NICEC) Nanning Guangxi, Tiongkok. Pada event tersebut, Astra memamerkan 124 produk unggulan dari 25 Desa Sejahtera Astra dan 5 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) di Paviliun Indonesia.
Teranyar, Astra membuka jalan potensi ekonomi warga desa Ngoran sebagai pengrajin kendang djembe untuk mendunia ditandai ekspor pertama ke Cina dengan total valuasi mencapai Rp17,6 miliar. Sebanyak 24 unit kontainer kendang djembe akan dikirim secara bertahap selama satu tahun.“Dukungan Astra terhadap Desa Sejahtera Astra Blitar merupakan wujud nyata Astra untuk menciptakan nilai sosial berkelanjutan. Astra berharap Desa Sejahtera Astra dapat terus bersaing di pasar internasional dan berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia sekaligus mendukung masyarakat yang inklusif dan sejahtera,”kata Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah.
Ditambahkan Riza, Astra senantiasa berkontribusi dalam kemajuan sosial di Indonesia salah satunya melalui program Desa Sejahtera Astra yang berfokus pada pemberdayaan kewirausahaan di tingkat desa sesuai dengan potensi dan produk unggulan desa. “Astra berharap produk unggulan Desa Sejahtera Astra dapat menjadi produk kebanggaan Indonesia yang turut berkontribusi terhadap peningkatan nilai ekspor nasional untuk hari ini dan masa depan Indonesia,”ungkapnya.
Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Indonesia, Yandri Susanto mengapresiasi BUMDes Karya Mandiri Desa Ngoran yang telah mengeskpor produk kerajinan kendang jimbe ke China."Luar biasa, ini lepas perdana ekspor kendang djembe (produk BUMDes Ngoran) ke China. Ini produk lokal, produk desa melalui BUMDes, atas binaan kolaborasi dari PT Astra Internasional. Artinya, kalau bisa kolaborasi, potensi desa luar biasa," katanya.
Disampaikannya, ini yang dinamakan hilirisasi produk desa. Dimana bahan yang tadi tidak bernilai ekonomi tinggi, ketika dikelola dengan baik mempunyai nilai mendunia, seperti nilai ekspor tinggi kendang djembe. Yandri berpesan agar keberlanjutan pengembangan potensi di Desa Ngoran terus dijaga untuk mensejahterakan masyarakat."Keberlanjutan dan kualitas harus dijaga. Saya minta semua pihak terlibat. Produksi kendang jimbe ini melibatkan banyak orang mulai penebangan pohon sampai produksi. Ini juga menyerap banyak tenaga kerja," ujarnya.
Sementara Pjs Bupati Blitar, Jumadi menambahkan, ekspor perdana kendang jimbe itu diharapkan dapat menjadi sentral produk kendang jimbe dari kecamatan lain di Kabupaten Blitar. Menurutnya, ada empat kecamatan di Kabupaten Blitar yang juga memproduksi kendang jimbe."Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok ini bisa menjadi contoh dan sentral ekspor kendang jimbe. Sehingga bisa berkelanjutan, baik secara kualitas dan produksi bisa semakin meningkat," katanya.
Sebagai informasi, dukungan Astra terhadap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat lewat Desa Sejahtera Astra (DSA) juga dibuktikan dengan membuka peluang kerjasama dengan beberapa pengusaha di Tiongkok untuk memfasilitasi ekspor produk unggulan dari Desa Sejahtera Astra, di antaranya adalah pengiriman komoditas olahan kelapa dari Desa Sejahtera Astra Indragiri Hilir dan kerajinan kendang djimbe dari Desa Sejahtera Astra Blitar. Nilai kerjasama untuk kedua program tersebut mencapai Rp47,6 miliar.
Hingga tahun 2024, Astra telah mengembangkan 1.196 Desa Sejahtera Astra yang tersebar di seluruh Indonesia dan memiliki nilai akumulasi valuasi ekspor mencapai Rp223 miliar yang disumbangkan dari 323 Desa Sejahtera Astra. Asal tahu saja, DSA merupakan salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan dari PT Astra International Tbk yang berfokus pada empat pilar utama, yakni Astra Sehat (kesehatan), Astra Hijau (lingkungan), Astra Cerdas (pendidikan) dan Astra Kreatif (kewirausahaan).
Disebutkan, DAS telah menciptakan tenaga kerja baru untuk 20.370 orang serta meningkatkan pendapatan rata-rata masyarakat sebesar 80 persen di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, terdapat empat klaster produk yang dihasilkan DSA, yakni klaster kopi, klaster agrikultur, klaster kelautan dan perikanan tangkap, olahan dan komoditas, serta klaster wisata, kreatif, dan budaya.
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (12/11) sore, ditutup menguat di tengah…
NERACA Jakarta- Kemenangan Donald Trum pada pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024 memberikan kepastian pelaku pasar modal akan sentimen…
Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai, langkah PT Bank Negara Indonesia (BNI) dalam menerbitkan obligasi…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (12/11) sore, ditutup menguat di tengah…
NERACA Jakarta- Kemenangan Donald Trum pada pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024 memberikan kepastian pelaku pasar modal akan sentimen…
Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai, langkah PT Bank Negara Indonesia (BNI) dalam menerbitkan obligasi…