NERACA
Tagerang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melepas kontainer ke-400.000 produk makanan olahan produksi PT Mayora Indah Tbk ke 15 negara di kawasan Afrika, Timur Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan,dan wilayah lainnya senilai USD 1 juta atau setara Rp15,70 miliar. Pelepasan ekspor di Cikupa, Tangerang, Banten.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengapresiasi konsistensi eksportir dalam mengekspor produk-produk Indonesia. Terlebih lagi, ekspor kali ini menyasar pasar-pasar di negara tujuan ekspor non tradisional. Hal ini selaras dengan kebijakan Kemendsag untuk memperluas pasar ekspor bagi produk-produk Indonesia.
“Perluasan pasar ekspor adalah salah satu dari tiga program utama Kemendag. PT Mayora Indah Tbk. telah memperluas ekspornya ke negara-negara yang termasuk pasar ekspor nontradisional. Hal ini lah yang menjadi harapan kami, yaitu agar pasar Indonesia berkembang ke negara yang belum tersentuh,” kata Budi.
Produk yang dilepas ekspornya kali ini mencakup makanan manis (confectionery) seperti biskuit, wafer, dan permen, serta kopi instan. Kelima belas negara tujuan ekspornya adalah Palestina, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Persatuan Emirat Arab, Mesir, Afrika Selatan, Madagaskar, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Bangladesh, Armenia, dan Australia.
Mendag Budi menekankan, kemampuan meningkatkan daya saing produk menjadi salah satu faktor utama untuk menguasai pasar, baik pasar negeri sendiri maupun pasar luar negeri. Budi mengingatkan, besarnya pasar dalam negeri harus menjadi motivasi produk lokal untuk merajai pasar di negeri sendiri. Kemendag terus mendukung para pelaku usaha dalam negeri untuk meningkatkan daya saing.
Selain itu, Kemendag terus berupaya mengamankan pasar dalam negeri melalui instrumen-instrumen perdagangan yang ada.
Budi berharap, eksportir akan lebih masif lagi memanfaatkan pasar nontradisional yang telah terbuka aksesnya melalui sejumlah perjanjian dagangIndonesia dengan negara mitranya. Dalam waktu dekat, tiga perjanjian dagang ditargetkan selesai yaitu dengan Kanada, Peru, dan Eurasia.
Terkait dukungan ekspor bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Kemendag memiliki program UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor). Program ini digagas agar semakin banyak UMKM yang merambah pasar ekspor.
“Kami mengapresiasi Mayora yang bekerjasama dengan petani kopi lokal dan turut menggunakan mesin lokal dalam proses produksinya. Kami harap, kerja sama dan kolaborasi semacam ini terus dilakukan,” kata Budi.
Direktur Utama PT Mayora Indah Tbk. Andre Sukendra Atmadja menyampaikan, Mayora Group sebagai perusahaan Indonesia membuktikan produk Indonesia dapat bersaing di pasar global. Bahkan, sejalan dengan program pemerintah untuk terus mendorong komoditas ekspor, Mayora Group hari ini melepas kontainer ekspor yang ke-400.000 dengan tujuan 15 negara sekaligus.
“Mayora ingin membuktikan bahwa Indonesia bukan sekadar tukang jahit produk merek bangsa lain. Indonesia bisa menciptakan merek sendiri, produk sendiri, mengekspor, dan menjadi market leader di luar negeri. Misi kami adalah membuktikan bahwa produk dengan merek Indonesia juga berkelas duniasehingga dapat mengangkat harga diri dan martabat Indonesia di mata dunia,”kata Andre.
Meskipun ekonomi global melambat, permintaan global atas produk makanan olahan diperkirakan tetap tumbuh positif 7,74 persen hingga 2029 mendatang seiring dengan pertumbuhan jumlah populasi dunia. Besarnya pasar ini menjadi kesempatan besar bagi pelaku bisnis makanan untuk ekspansi.
Di sisi lain, pada periode 2019—2023, tren ekspor produk makanan olahan Indonesia tumbuh sebesar 6,81 persen. Begitu juga pada periode Januari–Agustus 2024, ekspor produk makanan olahan telah mencapai USD3,6 miliar atau tumbuh 6,48 persen dari periode yang sama pada 2023.
Secara umum, negara tujuan ekspor makanan olahan Indonesia meliputi Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Selain itu, Amerika Serikat, Tiongkok, Arab Saudi, Jepang, dan Australia juga termasuk dalam 10 negara importir produk makanan olahan Indonesia.
Lebih lanjut, penerapan standar keamanan pangan melalui sertifikasi Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) bagi produk ekspor makanan olahan dapat membuka peluang di pasar internasional. Jaminan keamanan pangan akan meningkatkan kepercayaan konsumen di pasar global.
Tidak hanya itu, industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan kontribusi sektor tersebut terhadap PDB industri nonmigas sebesar 39,10 persen dan menyumbang 6,55 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2023.
“Industri makanan dan minuman (mamin) juga mulai kembali bangkit setelah mengalami pukulan akibat pandemi Covid-19. Pada tahun 2023 (YoY), industri makanan dan minuman masih mampu tumbuh positif sebesar 4,47 persen,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
NERACA Jakarta – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengajak kepala desa seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh…
NERACA Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono melakukan pertemuan bilateral dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia H.E.…
NERACA Bandung – Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Kanada (Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) memasuki putaran ke-10…
NERACA Jakarta – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengajak kepala desa seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh…
NERACA Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono melakukan pertemuan bilateral dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia H.E.…
NERACA Bandung – Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Kanada (Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) memasuki putaran ke-10…