NERACA
Jakarta - Peneliti SEAMEO RECFON sekaligus Country Lead studi Action Against Stunting Hub (AASH) Indonesia Dr Umi Fahmida mengatakan kolaborasi interdisiplin antarpemangku kepentingan berperan penting dalam penanggulangan stunting.
“Perlu adanya kolaborasi interdisiplin dalam penanganan stunting di Tanah Air,” ujar Umi dalam keterangannya di Jakarta, Ahad (29/9).
Sebelumnya, tim AASH melakukan kegiatan pengembangan kapasitas yang diperuntukkan bagi Tim Pendamping Keluarga (TPK), yaitu para penggerak PKK, bidan, kader BKB, juga pendamping gizi yang diselenggarakan di Lombok Timur pada Sabtu (14/9).
Kegiatan yang juga bagian dari pengabdian masyarakat perguruan tinggi tersebut melibatkan dosen Program Studi Magister Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Dr Umi Farida) dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (Dr dr Deasy Irawati) serta para mahasiswa dari kedua kampus tersebut.
Umi menilai pengembangan kapasitas yang dilakukan tersebut sangat penting dalam meningkatkan komunikasi yang efektif antar- pemangku kepentingan. Pada kegiatan tersebut peserta diajak untuk lebih mengenali diri sekaligus nilai yang dirasakan bersama (shared values) berdasarkan budaya lokal yang merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan di AASH.
Stunting, lanjut Umi, merupakan gangguan tumbuh kembang yang terjadi pada anak yang disebabkan kurangnya asupan gizi, infeksi berulang serta pengasuhan yang kurang tepat.
“Karena stunting ini multidimensi dan penyebabnya beragam, maka perlu kolaborasi interdisiplin," kata Umi.
Dengan semangat itu dilakukan penelitian AASH menggunakan konsep pendekatan anak secara menyeluruh (whole child approach), yang dilaksanakan selama periode 2019-2024 di tiga negara (India, Indonesia, Senegal) dan Lombok Timur terpilih menjadi lokasi untuk studi itu di Indonesia. Wilayah studi AASH di Lombok Timur meliputi Kecamatan Aikmel, Lenek, Sakra, dan Sikur.
Penelitian tersebut melibatkan 702 ibu hamil sejak Februari 2021. Studi kohor AASH diawali dengan rekrutmen ibu hamil saat trimester 2 pada 2021, yang dilanjutkan hingga kelahiran, sampai dengan anak berusia 24 bulan.
Studi AASH melihat pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dari aspek gizi dan sistem pangan, namun juga secara menyeluruh meliputi kesehatan saluran cerna, sanitasi, epigenetik, lingkungan rumah, lingkungan pembelajaran, hingga tingkat stres pada ibu hamil.
Dalam studi tersebut, dilakukan asesmen pada ibu hamil dan anak berusia di bawah dua tahun dengan melibatkan bidan desa. Juga diberikan intervensi pemberian telur pada sebagian ibu hamil yang dibantu oleh tim penggerak PKK yang ada di desa.
Kabid PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur Rasyid Ridho mengatakan tim penggerak PKK, bidan desa, dan pendamping gizi berperan penting dalam penanggulangan stunting di daerahnya.
Dalam program sarapan bagi anak PAUD misalnya, Ridho mengatakan pihaknya melibatkan PKK untuk memastikan program tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. Ant
NERACA Medan - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Busyro Muqoddas yang juga mantan Ketua KPK RI, mengatakan kampus harus menjadi…
NERACA Jakarta - Perusahaan keamanan siber dan privasi digital global membagikan tip untuk menghindari serangan ransomware kepada organisasi maupun perusahaan. Dalam…
NERACA Jakarta - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie mengungkapkan strategi yang dapat dilakukan untuk membangun…
NERACA Medan - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Busyro Muqoddas yang juga mantan Ketua KPK RI, mengatakan kampus harus menjadi…
NERACA Jakarta - Perusahaan keamanan siber dan privasi digital global membagikan tip untuk menghindari serangan ransomware kepada organisasi maupun perusahaan. Dalam…
NERACA Jakarta - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie mengungkapkan strategi yang dapat dilakukan untuk membangun…