Miliki Cadangan Komoditas Berlimpah - Saatnya Jadi Tuan di Rumah Sendiri dan Global Price Setter

Gencarnya pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) menggantikan energi fosil menuju target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, membuat pandangan bahwa industri batu bara akan mengalami sunset. Namun asumsi tersebut keliru, faktanya bahwa Indonesia memiliki cadangan mineral dan batubara yang besar serta mampu membentuk aliansi strategis yang dapat mendukung upaya pengaturan harga di masa depan.

Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan, sumber daya dan cadangan batu bara Indonesia saat ini masih cukup banyak dengan total sumber daya sebesar 98,5 miliar ton dan cadangan sebesar 33,8 miliar ton.  Sementara menurut United States Geological Survey (USGS), cadangan nikel Indonesia adalah nomor satu dunia, 23% cadangan nikel dunia ada di perut bumi Indonesia.

Untuk produksi nikel juga Indonesia nomor satu. Kemudian ada bauksit yang menempati nomor 6 pada jumlah cadangan dan produksi dunia. Selain itu, cadangan tembaga Indonesia menempati posisi 7 dan produksinya ada di posisi 12 dunia. Komoditi emas berada di posisi 5 pada potensi dan 6 pada produksi. Produksi timah Indonesia mencapai 17% dari cadangan dunia atau berada pada posisi kedua, begitu pula dengan produksinya.

Di samping komoditas-komoditas tersebut, masih ada logam tanah jarang dan lithium yang potensinya sangat besar, namun belum dapat diproduksi karena Indonesia belum memiliki teknologi untuk memisahkan dan memurnikan. Ya, fakta Indonesia miliki kekayaan alam tambang menjadi alasan Indonesia menjadi daya tarik investasi pertambangan.

Dibalik kekayaan alam tambang yang dimiliki, Indonesia belum menjadi tuan di rumah sendiri. Faktanya, semua harga tambang mulai batu bara, nikel, emas, minyak, timah masih diatur oleh negara yang justru cadangan tambangnya tidak sebanyak Indonesia. Hal inipun diakui, Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, Indonesia saat ini masih mengacu pada indeks komoditas dari negara lain.

Misalnya, dalam produk batu bara, Indonesia masih bergantung pada indeks dari Australia atau negara lainnya. Padahal, Indonesia sendirinya adalah produsen terbesar batu bara dunia hingga saat ini. Indonesia juga belum menjadi penentu harga timah dunia meski memiliki kekayaan komoditas timah yang melimpah. Bersama China dan Peru, ketiga negara produsen utama ini dapat meniru skema Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) guna melakukan price setting.

Meskipun demikian, lanjut Hendi, MIND ID sebagai holding industri pertambangan Indonesia menyakini dapat menjadi pemimpin pasar sekaligus penentu harga komoditas di pasar global atau global price setter dengan fakta akan besarnya potensi cadangan mineral dan tambang Indonesia. Selain itu, grup MIND ID proaktif meningkatkan kegiatan eksplorasi secara agresif dan selektif agar pengelolaan cadangan dapat lebih optimal dalam menjawab kebutuhan global.

Grup MIND ID juga proaktif meningkatkan kapabilitas yang sudah dimiliki saat ini, mengembangkan skala bisnis hilir dan industrialisasi secara lebih jauh, sehingga mampu terus meningkatkan nilai tambah dari mineral yang dikelola. Di samping itu, Grup MIND ID juga proaktif membangun aliansi strategis untuk ekspansi bisnis hilirisasi baru yang akan semakin memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok dunia.“Kami berharap, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kami dapat menjadi global price setter. Ini adalah salah satu tujuan utama yang kami capai bersama di Grup MIND ID," ujarnya.

Hendi menyampaikan, sebagian besar komoditas mineral kelolaan Grup MIND ID telah diperdagangkan melalui bursa komoditas London Metal Exchange di Inggris. Indonesia juga terus memperkuat posisi tawarnya sebagai global player untuk komoditas mineral kritis dan strategis. MIND ID terus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait agar Indonesia memiliki batas kuota produksi nasional yang ketat, yang dijadikan acuan produksi oleh seluruh pelaku industri mineral pertambangan di Indonesia yang pada akhirnya dapat membantu Indonesia dalam menentukan harga.

Lebih lanjut sebagai perusahaan berkelas global, Grup MIND ID juga terus mengedepankan pengelolaan cadangan mineral yang optimal serta berpegang pada prinsip sustainable mining."Dengan demikian, upaya kami untuk menjadi pemimpin pasar dan global price setter dapat memberikan dampak dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia," pungkasnya.

 

Tulang Punggung Ekonomi

Besarnya potensi sumber daya dan cadangan tersebut sebagai pendorong signifikan bagi pengembangan industri nasional menuju Indonesia Emas 2045. Dalam konteks ekonomi berkelanjutan di sektor pertambangan, yakni menyoroti perlunya peningkatan nilai tambah melalui program hilirisasi, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) di tahap operasi produksi diwajibkan meningkatkan nilai tambah mineral dan batubara melalui kegiatan pertambangan. Langkah inilah yang telah dilakukan MIND ID dengan konsisten mendukung penciptaan nilai tambah komoditas mineral kelolaan melalui program hilirisasi serta industrialisasi, sehingga mampu menyerap dan meningkatkan kualitas tenaga kerja sekaligus mampu memberikan kontribusi optimal pada penerimaan negara.“Kami sadar sebagai aset milik negara, kami harus mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi perekonomian. Kami pun yakin kekayaan sumber daya alam ini mampu dijadikan kekuatan untuk basis kita mengembangkan ekonomi masa depan," kata Hendi.

Disampaikannya, sejumlah proyek strategis program hilirisasi yang saat ini tengah diselesaikan oleh Grup MIND ID. Sebut saja, PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan smelter baru berteknologi single lines terbesar di dunia. Ditambah dengan smelter yang telah ada, pabrik pemurnian konsentrat tembaga ini akan meningkatkan kapasitas produksinya dari 1 juta ton menjadi 3 juta ton.

Ada pula proyek yang dijalankan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) melalui PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dengan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah yang akan semakin melengkapi rantai pasok dari produksi aluminium Indonesia.“Program hilirisasi ini akan terus dilanjutkan. Sektor unggulan kita dari komoditas seperti timah, tembaga, aluminium, nikel, dan lainnya akan terus diperkuat agar mampu seoptimal mungkin memberikan manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat," katanya.

 

BERITA TERKAIT

Perdana, Pameran K3 Hadirkan Solusi Untuk Semua Sektor Industri

Perkenalkan lebih luas akan adanya wadah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi alasan hadirnya pameran Safe Work Indonesia 2024 di…

BEI Kaji Perubahan Aturan Free Float Saham

NERACA Jakarta- Hengkangnya saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dari dari daftar indeks FTSE Global Equity Indonesia akibat besarnya…

Ganti Logo Jadi AHI - Analis Masih Pertahankan Beli Saham ACES

NERACA Jakarta- Masih terjaganya daya beli masyarakat dan juga pertumbuhan kinerja keuangan di semester pertama 2024, menjadi alasan bagi pelaku…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Miliki Cadangan Komoditas Berlimpah - Saatnya Jadi Tuan di Rumah Sendiri dan Global Price Setter

Gencarnya pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) menggantikan energi fosil menuju target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau…

BEI Kaji Perubahan Aturan Free Float Saham

NERACA Jakarta- Hengkangnya saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dari dari daftar indeks FTSE Global Equity Indonesia akibat besarnya…

Ganti Logo Jadi AHI - Analis Masih Pertahankan Beli Saham ACES

NERACA Jakarta- Masih terjaganya daya beli masyarakat dan juga pertumbuhan kinerja keuangan di semester pertama 2024, menjadi alasan bagi pelaku…