Indonesia Dinilai Berada di Jalur yang Tepat Menuju Negara Maju

Indonesia Dinilai Berada di Jalur untuk Jadi Negara Maju 
NERACA
Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai Indonesia masih berada pada jalur yang tepat menuju negara emas 2045 atau Indonesia Emas. “Mampu tidak kita menuju Indonesia Emas? Jelas mampu dan masih optimis. Karena sebenarnya kita masih on the track. Tinggal bagaimana dukungan peraturan serta demand atas permintaan kredit hingga 30 persen bisa terpenuhi,” kata Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad saat Diskusi Media UMKM Naik Kelas Menuju Indonesia Emas di Gedung Kemenkop UKM, di Jakarta, Jumat (17/11).
Tauhid menekankan agar Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045, setidaknya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Di antaranya, syarat pertumbuhan ekonomi harus mencapai minimal 6-7 persen. “Sementara Indonesia, jika dilihat dari RPJMN dan realitasnya masih terdapat gap, dari tahun 2015 hingga 2023 mencapai 4,1 persen termasuk adanya pandemi. Namun jika di luar pandemi pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen,” ujarnya pula.
Kemudian, tingkat pendapatan per kapita menuju Indonesia Emas minimal juga harus mencapai minimal 12.000 dolar Amerika Serikat (AS) per kapita di tahun 2030, dan mencapai 14.000 dolar AS per kapita di tahun 2045. Lalu laju inflasi, suku bunga yang stabil, serta jumlah penduduk hingga nilai tukar. “Jika faktor tersebut tak mendukung, maka akan sulit. Masih butuh waktu panjang untuk kita menuju Indonesia Emas,” ujarnya pula.
Lebih jauh Tauhid menyatakan, saat ini kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) agak sedikit menurun. Namun di sektor pertanian masih terus berpotensi untuk bertumbuh, sehingga UMKM sektor pertanian juga perlu menjadi perhatian pemerintah. “Kalau dilihat memang ada UMKM yang sudah naik kelas, tetapi masih ada yang harus menjadi perhatian long term visi Indonesia Emas,” katanya lagi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) KUKM atau Smesco Indonesia Leonard Theosabrata menegaskan bahwa dalam mencapai UMKM future atau di masa depan, harusnya bukan lagi membesarkan ekonomi mikro namun justru memperbesar struktur ekonomi besar yang 1 persen. “Namun hal ini dianggap tidak common. Kalau ekonomi mikronya semakin besar malah menciptakan ekonomi yang hanya subsisten (hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari, Red),” katanya pula.
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki, kata Leo lagi, selalu menegaskan ekonomi ultra mikro merupakan sektor yang harus diagregasi oleh ekonomi besar agar merasakan multiplier effect-nya. Dia menegaskan future SME harus dibentuk dalam ekosistem, bukan lagi bicara secara individu agar ekosistem ekonomi UMKM menjadi lebih berdaya.
“Future SME di tahun 2045 juga harus menciptakan adanya trend setter yang menumbuhkan industri turunan dari gerakan hasil kreasi. Selain itu, UMKM yang fokus di bidang SDGs (Sustainable Development Goals) seperti agrobase juga menjadi industri yang terus tumbuh di masa depan,” kata dia lagi.

 

 

NERACA

 

Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai Indonesia masih berada pada jalur yang tepat menuju negara emas 2045 atau Indonesia Emas. “Mampu tidak kita menuju Indonesia Emas? Jelas mampu dan masih optimis. Karena sebenarnya kita masih on the track. Tinggal bagaimana dukungan peraturan serta demand atas permintaan kredit hingga 30 persen bisa terpenuhi,” kata Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad saat Diskusi Media UMKM Naik Kelas Menuju Indonesia Emas di Gedung Kemenkop UKM, di Jakarta, Jumat (17/11).

Tauhid menekankan agar Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045, setidaknya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Di antaranya, syarat pertumbuhan ekonomi harus mencapai minimal 6-7 persen. “Sementara Indonesia, jika dilihat dari RPJMN dan realitasnya masih terdapat gap, dari tahun 2015 hingga 2023 mencapai 4,1 persen termasuk adanya pandemi. Namun jika di luar pandemi pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen,” ujarnya pula.

Kemudian, tingkat pendapatan per kapita menuju Indonesia Emas minimal juga harus mencapai minimal 12.000 dolar Amerika Serikat (AS) per kapita di tahun 2030, dan mencapai 14.000 dolar AS per kapita di tahun 2045. Lalu laju inflasi, suku bunga yang stabil, serta jumlah penduduk hingga nilai tukar. “Jika faktor tersebut tak mendukung, maka akan sulit. Masih butuh waktu panjang untuk kita menuju Indonesia Emas,” ujarnya pula.

Lebih jauh Tauhid menyatakan, saat ini kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) agak sedikit menurun. Namun di sektor pertanian masih terus berpotensi untuk bertumbuh, sehingga UMKM sektor pertanian juga perlu menjadi perhatian pemerintah. “Kalau dilihat memang ada UMKM yang sudah naik kelas, tetapi masih ada yang harus menjadi perhatian long term visi Indonesia Emas,” katanya lagi.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) KUKM atau Smesco Indonesia Leonard Theosabrata menegaskan bahwa dalam mencapai UMKM future atau di masa depan, harusnya bukan lagi membesarkan ekonomi mikro namun justru memperbesar struktur ekonomi besar yang 1 persen. “Namun hal ini dianggap tidak common. Kalau ekonomi mikronya semakin besar malah menciptakan ekonomi yang hanya subsisten (hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari, Red),” katanya pula.

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki, kata Leo lagi, selalu menegaskan ekonomi ultra mikro merupakan sektor yang harus diagregasi oleh ekonomi besar agar merasakan multiplier effect-nya. Dia menegaskan future SME harus dibentuk dalam ekosistem, bukan lagi bicara secara individu agar ekosistem ekonomi UMKM menjadi lebih berdaya.

“Future SME di tahun 2045 juga harus menciptakan adanya trend setter yang menumbuhkan industri turunan dari gerakan hasil kreasi. Selain itu, UMKM yang fokus di bidang SDGs (Sustainable Development Goals) seperti agrobase juga menjadi industri yang terus tumbuh di masa depan,” kata dia lagi.

BERITA TERKAIT

Kementan Tutup Resmi Kerjasama Program Pertanian Modern Tahap Pertama

NERACA Indramayu - Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Pertanian Modern kerjasama Kementerian Pertanian(Kementan) dan Kemendikti telah memasuki fase…

Bidik Ekspor ke Amerika Serikat, SIG Segera Rampungkan Dermaga dan Fasilitas Produksi di Pabrik Tuban

  NERACA Jakarta – Kondisi oversupply yang menjadi tantangan bagi industri semen, tidak semata-mata menjadi tekanan, melainkan juga menjadi peluang…

Berkat Adopsi Teknologi dan Penerapan Metode Budidaya, Petani Humbang Hasundutan Sukses Tanam Bawang Merah

  NERACA Jakarta — Keberhasilan petani di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara dalam membudidayakan tanaman hortikultura khususnya bawang merah semakin menunjukkan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Kementan Tutup Resmi Kerjasama Program Pertanian Modern Tahap Pertama

NERACA Indramayu - Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Pertanian Modern kerjasama Kementerian Pertanian(Kementan) dan Kemendikti telah memasuki fase…

Bidik Ekspor ke Amerika Serikat, SIG Segera Rampungkan Dermaga dan Fasilitas Produksi di Pabrik Tuban

  NERACA Jakarta – Kondisi oversupply yang menjadi tantangan bagi industri semen, tidak semata-mata menjadi tekanan, melainkan juga menjadi peluang…

Berkat Adopsi Teknologi dan Penerapan Metode Budidaya, Petani Humbang Hasundutan Sukses Tanam Bawang Merah

  NERACA Jakarta — Keberhasilan petani di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara dalam membudidayakan tanaman hortikultura khususnya bawang merah semakin menunjukkan…