FEB UPN Veteran Jakarta Gelar BIEMA 5th 2022 - Ancaman Resesi Ekonomi dan Peluang Bisnis Tahun 2023

FEB UPN Veteran Jakarta Gelar BIEMA 5th 2022

Ancaman Resesi Ekonomi dan Peluang Bisnis Tahun 2023

NERACA

Jakarta - Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran” Jakarta menyelenggarakan kegiatan Business Management, Economics and Accounting National Seminar 2022 (BIEMA 5th) dengan tema “Ancaman Resesi Ekonomi dan Peluang Bisnis Tahun 2023”, Kamis (8/12).

Guru Besar Bidang Ilmu Akuntansi UPN ”Veteran” Jakarta, Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA, CA mengatakan menurut data Bloomberg (Juli, 2022) memang menyebutkan kemungkinan negara-negara Asia diterpa resesi meningkat. Namun, dari sisi ketahanan, Asia masih lebih baik daripada Eropa dan Amerika. Bloomberg memperkirakan peluang Indonesia terkena resesi sebesar 3%, jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand yang 10%. Sementara itu, peluang Australia, Tiongkok, dan Jepang terkena resesi lebih tinggi, yaitu di atas 20%.

“Meski Indonesia masih lebih baik dari negara-negara sekitar, bukan berarti kita boleh abai terhadap potensi resesi. Kenyataannya, data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat inflasi pada Juni 2022 sebesar 4,35%. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak lima tahun terakhir. Inflasi pada Juni juga berada di atas perkiraan ambang batas atas Bank Indonesia (BI),” kata Erna saat menjadi Keynote Speaker dalam kegiatan Business Management, Economics and Accounting National Seminar 2022 (BIEMA 5th) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran” Jakarta.

Dia juga menjelaskan untuk menghindari resesi global, Indonesia harus melakukan langkah-langkah strategis yaitu, adanya komitmen penyelenggara negara, Praktek Tata Kelola Yang Baik (GCG), kepercayaan investor, peningkatan efisiensi dan produktifitas, bangun sinergi antar lembaga terkait, kualitas SDM dan penguasaan teknologi, keberpihakan pada UMKM, penggunaan produk dalam negeri, bangun hubungan harmonis antara pemilik dan pegawai, kendalikan efek persiapan Pilpres dan hukum dijalankan dengan efektif.

Sementara salah satu narasumber dalam kegiatan ini, yaitu Ketua Komite Bilateral Papua Nugini dan Timor Leste Bidang Hubungan Internasional, Dr. Handito Joewono mengatakan perekonomian di sejumlah negara merosot ke level negatif akibat pandemi COVID-19. Muncul pertanyaan apakah ekonomi global tengah berada di ambang resesi?

“Secara umum resesi terjadi akibat guncangan ekonomi tiba-tiba, gelembung utang dan aset, inflasi/ deflasi berlebihan, serta perubahan teknologi,” katanya.

Dia juga menjelaskan berdasarkan International Monetary Fund (IMF) yang merilis laporan World Economic Outlook: War Sets Back the Global Recovery pada bulan April 2022.

Laporan tersebut memperingatkan seluruh negara di dunia akan adanya ancaman inflasi dan resesi ekonomi dunia pada tahun 2022/2023. IMF pun mengoreksi angka proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2022 hampir 50 persen dari proyeksi tahun 2021.

“Resesi akan berdampak kepada daya beli masyarakat menurun, perusahaan rentan bangkrut karena pendapatan menurun,potensi PHK karyawan terbuka lebar, angka pengangguran meningkat, sehingga kesejahteraan masyarakat menurun, kemudian penerimaan negara berpotensi turun,” ungkapnya.

Menurut Handito, pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut di tengah perlambatan di banyak negara, Pertumbuhan ekonomi Kuartal III diperkirakan masih cukup kuat, didukung konsumsi rumah tangga dan ekspor yang diperkirakan menjadi penopang utama.

“Kinerja ekonomi Indonesia masih tumbuh kuat. Pemulihan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat di tengah pelemahan prospek ekonomi global, Ekspor dan impor bulan September 2022 tumbuh positif dipengaruhi menguatnya harga komoditas global dibandingkan tahun sebelumnya, dimana ekspor tumbuh 20,28 persen (yoy) dan impor tumbuh 22,02 persen (yoy),” jelasnya.

Dia menambahkan pertumbuhan pendapatan masih tinggi sebagai bukti pemulihan ekonomi yang terus terjaga, sokongan harga komoditas yang masih di level relatif tinggi, dan dampak berbagai kebijakan, hingga September 2022, Pendapatan Negara tercapai sebesar Rp1.974,7 triliun atau 107,0 persen dari Pagu, tumbuh 45,7 persen (yoy). Pembiayaan APBN terjaga namun tetap merespon dinamika pasar keuangan yang volatile realisasi APBN sampai akhir September 2022 mencatat surplus 0,33 persen terhadap PDB atau Rp60,9 triliun.

“Prospek perekonomian secara global terus menurun akibat eskalasi risiko global seperti lonjakan inflasi, volatilitas harga komoditas, isu geopolitik, serta potensi resesi. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup kuat, didukung konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor,” lanjutnya.

Kemudian Analis Kebijakan Ahli Madya-Sektor Eksternal Kemenko Perekonomian, Thasya Pauline, SE.,MSE mengatakan Permasalahan ekonomi terjadi di berbagai belahan dunia. Pasca Covid-19, berbagai negara telah masuk ke dalam masa pemulihan, namun hal tersebut pun masih dihadapkan pada masalah baru berupa ancaman resesi di tahun 2023.

“Berbagai masalah yang menyebabkan ancaman tersebuk yakni tensi geopolitik, peningkatan inflasi, ancaman stagflasi, krisis multisektor, dan suku bunga,” katanya.

Dia juga menjelaskan tren inflasi yang melampaui target direspon pengetatan kebijakan moneter. Permintaan global yang meningkat, disrupsi rantai pasok, melonjaknya harga pangan dan energi, serta perang Rusia-Ukraina mendorong kenaikan inflasi global dan pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara.”Diantara negara G20, ekonomi Indonesia relatif solid dan inflasi terkendali,” ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja impresif. Perekonomian Indonesia pada triwulan III-2022 mencatatkan pertumbuhan yang impresif yaitu sebesar 5,72% (yoy) atau 1,81% (qtq) dan secara kumulatif 5,40% (ctc). Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga tumbuh solid (5,39%) didukung dengan kinerja PMTB (4,96%).  Dari sisi Sektoral, Transportasi Pergudangan dengan pertumbuhan tertinggi (25,81%) dan Akomodasi Makanan-Minuman (17,83%), seiring pulihnya mobilitas masyarakat akibat penanganan pandemi yang baik dan terkendali.

“Leading Indicator Riil (konsumsi dan investasi) masih berada di level optimis. Indikator Sektor Eksternal relatif terkendali, tercermin dari surplus Neraca Perdagangan dan Transaksi Berjalan, dan Rasio ULN terhadap PDB berada di level yang aman. Ekonomi Indonesia 2023, optimis namun tetap waspada,” tambahnya. (Mohar)

 

BERITA TERKAIT

Cerdas Finansial, Solusi Keluar dari Jeratan Gaya Hidup Boros

NERACA Jakarta – Media sosial dipenuhi konten ala sultan yang sering kali mengundang FOMO (Fear of Missing Out). Tiktoker, Youtuber,…

PNM Raih Penghargaan Appreciated Diversity Inclusivity ESG Report di Ajang ESG Appreciation Night

NERACA Jakarta - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) meraih penghargaan “Appreciated Diversity Inclusivity ESG Report” dalam ajang Investor Daily ESG…

UWRF 2024 Sukses Datangkan Para Pecinta Sastra dari Dalam Maupun Luar Negeri

  NERACA Bali-Sebagai bentuk dukungannya dalam mewadahi para pecinta dunia sastra baik di dalam negeri maupun luar negeri, Yayasan Mudra…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Cerdas Finansial, Solusi Keluar dari Jeratan Gaya Hidup Boros

NERACA Jakarta – Media sosial dipenuhi konten ala sultan yang sering kali mengundang FOMO (Fear of Missing Out). Tiktoker, Youtuber,…

PNM Raih Penghargaan Appreciated Diversity Inclusivity ESG Report di Ajang ESG Appreciation Night

NERACA Jakarta - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) meraih penghargaan “Appreciated Diversity Inclusivity ESG Report” dalam ajang Investor Daily ESG…

UWRF 2024 Sukses Datangkan Para Pecinta Sastra dari Dalam Maupun Luar Negeri

  NERACA Bali-Sebagai bentuk dukungannya dalam mewadahi para pecinta dunia sastra baik di dalam negeri maupun luar negeri, Yayasan Mudra…