NERACA
Jakarta – Sepanjang kuartal pertama tahun ini, PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan penjualan logam timah menjadi 4.344 Mton dari 5.820 Mton periode serupa tahun 2013. Disebutkan, penurunan sering dengan harga jual rata-rata timah yang turun dari US$23.302 per mton kuartal pertama 2013 menjadi US$23.910 per mton. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Disebutkan, dengan penurunan penjualan tersebut. Maka laba bersih perseroan tertekan sekitar 10,02% menjadi Rp96,477 miliar dari Rp102,779 miliar. Sementara pendapatan mencapai menjadi Rp1,322 triliun dari Rp1,528 triliun. Pada periode tersebut, harga pokok pendapatan (HPP) sekitar 19,12% dari Rp1,232 triliun menjadi Rp996,743 miliar. Produksi bijih timah mencapai 6.214 ton dari 4.312 ton. Produksi logam hingga Maret 2014 mencapai 5.148 Mton.
Perseroan mencatat total aset sebesar Rp7,413 triliun. Dengan jumlah kewajiban sebesar Rp2,486 triliun. Asal tahu saja, perseroan mengeluarkan biaya eksplorasi timah bulan Mei 2014 sebesar Rp26.476.848.611 untuk operasional dan Rp58.388.272.796 untuk investasi.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Agung Nugroho pernah bilang, eksplorasi laut dilakukan di perairan Kundur dan Bangka serta di darat berlokasi di Bangka dan Belitung. Hasil yang didapat dari eksplorasi Mei 2014 adalah pada eksplorasi laut mendapatkan penemuan sumber daya 2.318 ton untuk inferred, 2.108 ton indicated dan 5.279 ton measured.
Sedangkan hasil kegiatan eksplorasi di darat mendapatkan penemuan sumber daya 3.607 ton untuk inferred premier, 73 ton untuk inferred alluvial, 10 ton untuk indicated alluvial dan 52 ton measured alluvial. Sedangkan perseroan melalui PT Timah Eksplomin tidak melaksanakan eksplorasi nikel.
Perseroan juga tengah fokus menyelesaikan pembangunan pabrik Logam Tanah Jarang (LTJ). Rencananya, pabrik Logam Tanah Jarang ini dapat mulai beroperasi pada tahun 2015. "Pabrik LTJ akan dibangun tahun ini dan direncanakan mulai berproduksi tahun 2015," kata Direktur Utama TINS, Sukrisno.
Untuk pembangunan pabrik ini, menurut dia, perseroan menganggarkan dana investasi sekitar Rp 15 miliar hingga Rp 20 miliar. Nantinya, pabrik Logam Tanah Jarang ini akan menghasilkan produk dalam bentuk Hidrooksida, dan dapat memproduksi sebanyak 50 kilo gram per hari atau sekitar 15 ton per tahun. "Produksi untuk Tanah Jarang ini dihitung per kilo gram bukan ton, kami prediksi kapasitasnya sekitar 50 kg/hari," ucapnya.
Menurut dia, tingginya permintaan dunia atas beberapa mineral ikutan dati Timah (Sn) yang sering disebut LTJ atau rate earth membuat perseroan memfokuskan diri untuk memproduksinya. Harga dari produk yang dihasilkan (hidrooksida) ini pun ditaksir dapat mencapai 10 kali lipat dari harga logam timah. "Sampai saat ini kami belum melakukan penambangan kami masih menggunakan hasil limbah tambang timah. Tapi kami melihat prospek ke depan untuk produk hasil LTJ ini sangat baik, karena harganya saja mencapai 10 kali lipat harga timah," jelasnya. (bani)
Badan Standarisasi Nasional (BSN) memastikan bahwa mengonsumsi air dari galon polikarbonat atau guna ulang aman dari Bisphenol A (BPA). Meminum…
Sambut perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, PT. Quick Serve Indonesia sebagai pemegang merek dagang tunggal di Indonesia untuk…
Wujudkan perusahaan yang bersih, sehat dan transparan dengan praktek good corporate governance (GCG), PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI) mengumumkan kesiapan…
Badan Standarisasi Nasional (BSN) memastikan bahwa mengonsumsi air dari galon polikarbonat atau guna ulang aman dari Bisphenol A (BPA). Meminum…
Sambut perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, PT. Quick Serve Indonesia sebagai pemegang merek dagang tunggal di Indonesia untuk…
Wujudkan perusahaan yang bersih, sehat dan transparan dengan praktek good corporate governance (GCG), PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI) mengumumkan kesiapan…