NERACA
Jakarta – Kembali menguatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) pasca terkoreksi akibat sentimen negatif pajak AS membuat pelaku pasar menatap positif pasar saham ke depan. Menurut analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, penundaan pemberlakuan tarif selama 90 hari yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (9/4) dinilaitelah memberikan katalis positif bagi pasar secara global."Pagi pada waktu Kamis bursa di AS juga mengalami penguatan. Jadi, ini diharapkan bisa memberikan efek domino ekonomi yang positif untuk market,"ujarnya di Jakarta, kemarin.
Trump pada Rabu (9/4) waktu setempat mengumumkan penundaan kebijakan tarif impor hingga 90 hari ke berbagai mitra dagang, kecuali untuk China dengan tarif impor yang tetap 125%. Pasca pengumuman tersebut, saham-saham AS meroket. Pada perdagangan Rabu (9/4), bursa AS Wall Street berhasil rebound dengan indeks S&P 500 melonjak 9,5%, indeks Dow Jones naik 7,69%, indeks Nasdaq naik 12,16%, serta Russell 2000 naik 8,66%.
Dari dalam negeri, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis pagi dibuka menguat signifikan 302,62 poin atau 5,07% ke posisi 6.270,61. IHSG pada Kamis (10/4) sore ditutup menguat 286,03 poin atau 4,79% ke posisi 6.254,02. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 37,74 poin atau 5,64% ke posisi 707,11.
Sebelumnya, IHSG sempat mengalami pelemahan pada pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025) setelah libur panjang Idul Fitri, di tengah kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif impor AS terbaru yang diumumkan pada 2 April 2025. Pada Selasa (8/4) pagi, IHSG dibuka melemah 596,33 poin atau 9,16% ke posisi 5.914,28 dan ditutup ke posisi 5.996,14. Pelemahan IHSG berlanjut hingga Rabu (9/4) yang mana pada akhir perdagangan ditutup melemah 28,15 poin atau 0,47% ke posisi 5.967,99.
Nafan turut mengapresiasi dialog yang dibuka oleh Pemerintah Indonesia dengan mengundang para pelaku ekonomi melalui Sarasehan Ekonomi pada Rabu (8/4) yang bertujuan untuk menciptakan ketenangan bagi market. Dia menilai langkah diplomasi ekonomi yang ditempuh Pemerintah Indonesia terhadap AS juga sudah on the right track, alih-alih melakukan retaliasi.
Dengan adanya jeda selama 90 hari untuk tarif resiprokal, Indonesia diharapkan dapat memaksimalkan waktu tersebut agar bisa mencapai kesepakatan yang komprehensif dengan AS."Daripada kita melakukan retaliasi, lebih baik kita menempuh perundingan (dengan AS) supaya bisa menghasilkan kesepakatan yang memang bersifat win win solution dengan mengedepankan pula kepada kepentingan nasional Indonesia," kata Nafan.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia mempersiapkan sejumlah paket negosiasi yang akan dibawa ke perundingan untuk menghadapi kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal AS di Washington DC. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai jalur diplomasi dipilih sebagai solusi yang saling menguntungkan tanpa mengambil langkah retaliasi terhadap kebijakan tarif resiprokal tersebut.
Namun, Pemerintah Indonesia akan melakukan pertemuan lebih dulu dengan pimpinan negara-negara ASEAN pada 10 April 2025 untuk menyamakan sikap.
Dalam rangka meningkatkan layanan kepada konsumen, Sharp Indonesia dengan bangga memperkenalkan dua karakter cerdas, SALLI dan SANDI, yang siap hadir…
Masyarakat Kalimantan Timur dan publik kini semakin geram. Setelah sebelumnya diduga mengumpulkan uang hasil pungutan liar sebesar US$ 0,8 per…
Sukses mencatatkan pertumbuhan kontrak baru di tahun 2024 sebesar 1,49% mendorong PT PP Presisi Tbk (PPRE) untuk menargetkan kontrak baru…
Dalam rangka meningkatkan layanan kepada konsumen, Sharp Indonesia dengan bangga memperkenalkan dua karakter cerdas, SALLI dan SANDI, yang siap hadir…
Masyarakat Kalimantan Timur dan publik kini semakin geram. Setelah sebelumnya diduga mengumpulkan uang hasil pungutan liar sebesar US$ 0,8 per…
Sukses mencatatkan pertumbuhan kontrak baru di tahun 2024 sebesar 1,49% mendorong PT PP Presisi Tbk (PPRE) untuk menargetkan kontrak baru…