Bayi tabung menjadi metode reproduksi buatan yang paling efektif. Metode ini semakin populer di Indonesia, terbukti dari tingginya jumlah tindakan bayi tabung yang dijalankan. Namun tahukan bahwa, metode tabung juga tidak menjamin keberhasilan pembuahan dan harus memperhatikan beberapa tips agar bisa sukses.

Direktur Utama Rumah Sakit (RS) Telogorejo Semarang, dr Alice Sutedjo Lisa mengatakan, pola makan dan gaya hidup sehat meningkatkan peluang lebih besar terhadap keberhasilan pasangan suami istri dalam menjalani program bayi tabung."Gaya hidup modern, stres, serta makanan yang tidak sehat berpengaruh terhadap angka keberhasilan untuk mendapatkan anak,"ujarnya di Semarang, kemarin.

Dia menyebut banyak hal yang bisa memengaruhi keberhasilan program pasangan suami istri untuk memiliki anak. Generasi saat ini, kata dia enggan untuk mengonsumsi sayuran dan lebih memilih makanan cepat saji. Padahal, lanjut dia, seharusnya pola makan sehat sesuai nutrisi dan protein tinggi harus dipenuhi. Selain itu, dirinya juga menekankan tentang pentingnya berolahraga."Semakin orang gemuk, hormonnya akan terganggu," tambahnya.

Faktor lain yang memengaruhi kesuksesan program untuk memiliki anak yakni pentingnya deteksi sejak dini sehingga mengetahui kualitas sel telur yang bagus. Menurut dia, sebagian besar pasangan yang mengikuti program bayi tabung sudah berusia di atas 35 tahun. Akibatnya, lanjut dia, persentase keberhasilan untuk hamil juga menurun.

Laboratorium embriologi RS Telogorejo Semarang, kata dia, berupaya menjawab berbagai persoalan yang dihadapi tersebut melalui pembaruan yang berstandar internasional. Dia menyebut pembaruan standar laboratorium embriologi pada layanan unit vertilitas tersebut memungkinkan peningkatan angka keberhasilan untuk hamil melalui program bayi tabung."Dengan alat yang lebih canggih memungkinkan untuk mengolah embrio lebih bagus. Angka keberhasilan yang sebelumnya sekitar 20%, kini naik menjadi 40%," tambahnya.

Dia menyebut RS Telogorejo Semarang sudah memiliki klinik bayi tabung sejak tahun 1990-an. Klinik yang telah berstandar tersebut, kata dia, kini telah memenuhi standar internasional. Selain itu, menurut dia, Klink Obgyn RS Telogorejo hadir dengan peningkatan layanan yang memberi kenyamanan lebih bagi pasien."Kami memberikan layanan sepenuh hati. Bukan hanya gedung dan sarananya saja yang bagus," katanya.

Sebagai informasi, tingkat keberhasilan bayi tabung bisa berbeda–beda. Hal ini tergantung pada kualitas calon embiro yang dihasilkan dari pembuahan sel telur dan sel sperma. Selain itu, usia wanita juga memengaruhi tingkat keberhasilan ini. Jika diuraikan lebih lanjut, berikut penjelasannya:

Untuk wanita berusia 35 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 54,5, untuk wanita berusia 35–37 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 41,1% dan wanita berusia 38–40 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 26,7%. Untuk wanita berusia 41–42 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 13,8% dan untuk wanita berusia 43 tahun lebih, tingkat keberhasilannya sekitar 4,2%

Semakin bertambah usia wanita yang akan menjadi tempat embrio berkembang, tingkat keberhasilan bayi tabung juga akan semakin menurun. Beberapa faktor lain yang memengaruhi tingkat keberhasilan bayi tabung adalah pola hidup yang dijalani, berat badan, jenis sel telur yang digunakan (sel telur beku atau segar), hingga kualitas sperma pasangan.

Selain yang disebutkan di atas, data Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia pada tahun 2017 menyatakan tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia mencapai 29% atau setara dengan data Internasional, yang mana rata-rata tingkat keberhasilannya adalah sebesar 25–30%.