BI : KLM Naik 1% akan Semakin Dorong Kredit ke Sektor Prioritas

BI : KLM Naik 1% akan Semakin Dorong Kredit ke Sektor Prioritas
NERACA
Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa peningkatan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar 1 persen, dari paling besar 4 persen menjadi paling besar 5 persen dari DPK, akan semakin mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas pertumbuhan. Ke depan, Bank Indonesia akan turut mendorong pertumbuhan kredit melalui berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk mengoptimalkan peningkatan KLM yang berlaku mulai 1 April 2025.
“Peningkatan KLM sebesar 1 persen tersebut akan semakin mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja sejalan dengan program Asta Cita pemerintah,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Maret 2025 di Jakarta, Rabu (19/3).
Adapun Bank Indonesia mencatat kredit perbankan tetap tinggi untuk mendukung upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kredit mencapai 10,30 persen year on year (yoy) pada Februari 2025, yang didorong oleh sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit ditopang oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan yang masih berlanjut, dukungan pendanaan dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang terus mencatatkan tren positif sejak 2025, serta ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan implementasi penguatan KLM.
Hingga minggu kedua Maret 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif KLM sebesar Rp291,8 triliun, masing-masing kepada kelompok bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp125,7 triliun, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp132,8 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp27,9 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp5,4 triliun. “Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, ultra mikro, dan hijau,” jelas Perry.
Dari sisi permintaan, Bank Indonesia mencatat bahwa pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, masing-masing sebesar 14,62 persen (yoy), 7,66 persen (yoy), dan 10,31 persen (yoy). Adapun pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,15 persen (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 2,51 persen (yoy).
Sementara itu, ketahanan perbankan juga tetap kuat mendukung stabilitas sistem keuangan. Perry menyebutkan bahwa likuiditas perbankan memadai, tercermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) pada Februari 2025 yang tinggi sebesar 26,32 persen. Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan pada Januari 2025 tercatat tinggi sebesar 27,01 persen. Kualitas kredit juga tetap sehat tercermin pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan pada Januari 2025 yang terjaga rendah, sebesar 2,18 persen (bruto) dan 0,79 persen (neto).
Secara keseluruhan ketahanan perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko tercermin pada tetap baiknya hasil stress-test yang dilakukan Bank Indonesia, serta ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga. “Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko yang dapat mengganggu ketahanan perbankan dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan,” kata Perry.

 

NERACA

Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa peningkatan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar 1 persen, dari paling besar 4 persen menjadi paling besar 5 persen dari DPK, akan semakin mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas pertumbuhan. Ke depan, Bank Indonesia akan turut mendorong pertumbuhan kredit melalui berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk mengoptimalkan peningkatan KLM yang berlaku mulai 1 April 2025.

“Peningkatan KLM sebesar 1 persen tersebut akan semakin mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja sejalan dengan program Asta Cita pemerintah,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Maret 2025 di Jakarta, Rabu (19/3).

Adapun Bank Indonesia mencatat kredit perbankan tetap tinggi untuk mendukung upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kredit mencapai 10,30 persen year on year (yoy) pada Februari 2025, yang didorong oleh sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit ditopang oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan yang masih berlanjut, dukungan pendanaan dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang terus mencatatkan tren positif sejak 2025, serta ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan implementasi penguatan KLM.

Hingga minggu kedua Maret 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif KLM sebesar Rp291,8 triliun, masing-masing kepada kelompok bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp125,7 triliun, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp132,8 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp27,9 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp5,4 triliun. “Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, ultra mikro, dan hijau,” jelas Perry.

Dari sisi permintaan, Bank Indonesia mencatat bahwa pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, masing-masing sebesar 14,62 persen (yoy), 7,66 persen (yoy), dan 10,31 persen (yoy). Adapun pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,15 persen (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 2,51 persen (yoy).

Sementara itu, ketahanan perbankan juga tetap kuat mendukung stabilitas sistem keuangan. Perry menyebutkan bahwa likuiditas perbankan memadai, tercermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) pada Februari 2025 yang tinggi sebesar 26,32 persen. Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan pada Januari 2025 tercatat tinggi sebesar 27,01 persen. Kualitas kredit juga tetap sehat tercermin pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan pada Januari 2025 yang terjaga rendah, sebesar 2,18 persen (bruto) dan 0,79 persen (neto).

Secara keseluruhan ketahanan perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko tercermin pada tetap baiknya hasil stress-test yang dilakukan Bank Indonesia, serta ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga. “Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko yang dapat mengganggu ketahanan perbankan dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan,” kata Perry.

BERITA TERKAIT

BPR Ingin Kewajiban CKPN Diberlakukan Jangka Lima Tahun Ke Depan

  NERACA Jakarta – Direktur Utama PT Nusantara Bona Pasogit (NBP) Holding atau BPR NBP Hendi Apriliyanto menyampaikan agar kewajiban…

The Fed Diprediksi Tidak Terburu-Buru Turunkan Suku Bunga Acuan

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tidak akan terburu-buru…

Jalin Pastikan Transaksi Aman Selama Lebaran - Jaringan ATM Link Himbara Siap Layani Pemudik

    NERACA Jakarta – PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), bagian dari Holding BUMN Danareksa, melakukan berbagai upaya antisipasi peningkatan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

BPR Ingin Kewajiban CKPN Diberlakukan Jangka Lima Tahun Ke Depan

  NERACA Jakarta – Direktur Utama PT Nusantara Bona Pasogit (NBP) Holding atau BPR NBP Hendi Apriliyanto menyampaikan agar kewajiban…

The Fed Diprediksi Tidak Terburu-Buru Turunkan Suku Bunga Acuan

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tidak akan terburu-buru…

Jalin Pastikan Transaksi Aman Selama Lebaran - Jaringan ATM Link Himbara Siap Layani Pemudik

    NERACA Jakarta – PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), bagian dari Holding BUMN Danareksa, melakukan berbagai upaya antisipasi peningkatan…