NERACA
Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyampaikan, keputusan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate pada level 5,75 persen konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Selain itu, keputusan tersebut juga konsisten dengan upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang tetap tinggi, dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam memanfaatkan ruang penurunan BI-Rate dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar rupiah,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Maret 2025 di Jakarta, Rabu (19/3).
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran terus dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) diarahkan untuk lebih mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.
Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan UMKM. Keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran akan terus diperkuat, demikian pula akseptasi digitalisasi sistem pembayaran akan terus diperluas. Arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dalam rangka memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tersebut didukung dengan berbagai langkah kebijakan bank sentral.
Salah satu langkah tersebut yaitu penguatan strategi operasi moneter pro-market untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter, mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valuta asing (valas), serta mendorong aliran masuk modal asing. Selain itu, penguatan strategi stabilisasi nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Bank Indonesia juga melakukan langkah lainnya seperti penguatan publikasi asesmen transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), penguatan akseptasi digital, serta penguatan dukungan kebijakan sistem pembayaran pada program pemerintah. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75 persen. Sedangkan suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,00 persen, dan suku bunga lending facility juga diputuskan untuk tetap sebesar 6,50 persen.
Sementara itu, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky memprediksikan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunganya pada level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Maret 2025. Ia mengatakan keputusan tersebut perlu diambil mengingat, walaupun inflasi saat ini masih di bawah target 2,5 persen plus minus 1 persen, namun inflasi diperkirakan akan kembali ke kisaran target Bank Indonesia dalam beberapa bulan mendatang. "Meskipun inflasi masih di bawah kisaran target Bank Indonesia, periode Ramadhan dan Idul Fitri dapat menimbulkan tekanan harga sementara," ujar Riefky.
Ia menyatakan bahwa terdapat risiko eksternal akibat volatilitas pasar keuangan global dan meningkatnya ketidakpastian karena kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah Presiden AS Donald Trump yang menimbulkan sengketa tarif dengan Uni Eropa dan mitra dagang di kawasan Amerika Utara. Ia menuturkan The Fed, bank sentral Amerika Serikat, juga menggunakan pendekatan yang hati-hati terhadap pelonggaran moneter dan ketidakpastian kebijakan perdagangan Presiden Trump sehingga meningkatkan tekanan sentimen terhadap rupiah.
Riefky menyampaikan bahwa keputusan kebijakan suku bunga The Fed akan diumumkan sekitar waktu yang sama dengan pertemuan Bank Indonesia dan para pelaku pasar mengharapkan The Fed untuk tidak mengubah suku bunga. Ia pun menyatakan jika terjadi penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia, maka hal tersebut dapat menambah tekanan pada rupiah. "Dengan dinamika ini, kami memandang bahwa Bank Indonesia harus memprioritaskan stabilitas nilai tukar dan ketahanan pasar keuangan dengan mempertahankan sikap kebijakannya (terkait suku bunga) tidak berubah pada 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Maret 2025," ucapnya.
NERACA Jakarta – Direktur Utama PT Nusantara Bona Pasogit (NBP) Holding atau BPR NBP Hendi Apriliyanto menyampaikan agar kewajiban…
NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tidak akan terburu-buru…
NERACA Jakarta – PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), bagian dari Holding BUMN Danareksa, melakukan berbagai upaya antisipasi peningkatan…
NERACA Jakarta – Direktur Utama PT Nusantara Bona Pasogit (NBP) Holding atau BPR NBP Hendi Apriliyanto menyampaikan agar kewajiban…
NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tidak akan terburu-buru…
NERACA Jakarta – PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), bagian dari Holding BUMN Danareksa, melakukan berbagai upaya antisipasi peningkatan…