NERACA
Jakarta – Kinerja keuangan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) di tahun 2024 masih negatif. Pasalnya, perseroan membukukan kerugian US$69,16 juta, atau setara dengan Rp1,11 triliun (kurs Jisdor Rp16.157 per dolar AS 31 Desember 2024). Dimana kerugian bersih ini membengkak dari tahun buku 2023 yang sebesar US$33,57 juta. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, kemarin.
Rugi yang meningkat sejalan dengan pendapatan Chandra Asri yang tercatat turun 17,34% year-on-year (YoY) menjadi US$1,78 miliar atau setara dengan Rp28,8 triliun. Sebagai perbandingan, TPIA membukukan pendapatan sebesar US$2,15 miliar pada 2023. Manajemen TPIA menjelaskan turunnya pendapatan ini akibat gangguan eksternal dalam pasokan dan permintaan, serta pemeliharaan fasilitas terjadwal atau turnaround maintenance (TAM) yang direncanakan, yang menyebabkan penurunan volume penjualan selama tahun penuh 2024.
TPIA juga melaporkan EBITDA yang lebih rendah pada 2024 sebesar US$76,1 juta, dibandingkan dengan 2023 yang sebesar US$130 juta. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya laba kotor akibat pelaksanaan TAM yang berakhir pada kuartal III/2024 dan menyebabkan penutupan sementara di beberapa fasilitas produksi. Meskipun hal ini berdampak pada kapasitas operasional jangka pendek, TPIA berharap inisiatif ini dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan ke depan.
Direktur Chandra Asri, Suryandi bilang, perseroan terus mempertahankan posisi keuangan yang kuat, dengan likuiditas solid sebesar US$2,4 miliar. Likuiditas ini terdiri atas US$1,4 miliar dalam bentuk kas dan setara kas, US$0,8 miliar dalam marketable securities, serta US$0,2 miliar dalam available committed revolving credit facilities. "Fondasi yang kokoh ini memungkinkan kami untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang dan berkontribusi pada perkembangan industri serta ekonomi Indonesia," ujar Suryandi.
Suryandi juga menuturkan, pihaknya bangga Pabrik Chlor Alkali – Dichloride (CA-EDC) Chandra Asri Group di Cilegon masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), yang memperkuat komitmen TPIA terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Menurutnya, dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 400.000 ton soda kaustik dan 500.000 ton Ethylene Dichloride (EDC), fasilitas ini akan secara signifikan mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan kimia impor. "Kami juga ingin memberikan pembaruan mengenai pembelian aset kilang dan petrokimia Shell. Semua persetujuan yang diperlukan telah diperoleh, dan saat ini kami berada di tahap akhir proses transaksi. Setelah transaksi selesai, kami akan menyerahkan pengungkapan penyelesaian kepada OJK,”kata Suryandi.
Tingkatkan layanan kepada konsumen dan kemudahan transaksi pembayaran lintas negara dengan kartu kredit, Paper.id sebagai solusi invoicing dan pembayaran B2B…
NERACA Jakarta – Perkuat struktur permodalan, emiten pengelola jaringan KFC Indonesia PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) berencana melakukan penambahan…
NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan, proyek overlay runway Selatan Bandara Internasional Soekarno Hatta yang tengah digarap…
Tingkatkan layanan kepada konsumen dan kemudahan transaksi pembayaran lintas negara dengan kartu kredit, Paper.id sebagai solusi invoicing dan pembayaran B2B…
NERACA Jakarta – Perkuat struktur permodalan, emiten pengelola jaringan KFC Indonesia PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) berencana melakukan penambahan…
NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan, proyek overlay runway Selatan Bandara Internasional Soekarno Hatta yang tengah digarap…